Selasa, 17 Mei 2016

The Healer

Part 1: Beings of Light




"We are beings of light. We are one with the all."



Edisi 1


Dua orang pembaca saya kembali dari umrah. Mereka berkirim pesan kepada saya, sharing mengenai pengalaman mereka yang sangat mencerahkan dan merubah pandangan mereka terhadap alam dan Tuhan. 

Pernyataan pertama: "bahwa 'Your feeling is your prayer' itu benar adanya dan telah terjadi pada saya."

Pernyataan kedua: "bahwa 'The Field' itu memang ada dan dapat dirasakan secara langsung dan semua yang ada di alam ini adalah bagian dari field itu.

Terima kasih atas sharing dari kalian. 

~~~~~~~~~~~~~~

Seorang pembaca lain, yang sangat saya hormati juga kerap berkirim pesan kepada saya yang menceritakan pengaruh pengetahuan illahi terhadap pencerahan di kehidupannya dan tugasnya sebagai The Healer (Sang Penyembuh).

Terima kasih atas feedback-nya yang menginspirasi tulisan saya kali ini.

Tulisan saya ini saya dedikasikan khusus kepada para Penyembuh, kepada yang telah menerima manfaat dari tulisan saya, dan terus menyampaikan manfaat itu kepada orang lain dalam bentuk sentuhan cinta dan kasih illahi - sebagai penyampai pesan, sebagai The Healer. Saya berharap tulisan saya ini dapat menambah kisi-kisi pengetahuan yang bermanfaat.



The Principles

Space atau ruang di mana kita semua eksis ini tidaklah kosong atau vacuum. Karena jika kita mampu meneropong hingga ke ranah kuantum, ruang yang tampak kosong dan tenang sesungguhnya penuh dengan fluktuasi kuantum yang sangat aktif, disebabkan oleh partikel-partikel fundamental yang bermuculan dan saling meniadakan. Partikel-partikel itu bermunculan dari 'ketiadaan'. Begitulah penjelasan yang diajukan oleh ilmuwan fisika kuantum.

Namun, dengan diperkenalkannya String/M-Theory, telah diajukan bahwa 'ketiadaan' itu adalah membrane. Silakan membaca mengenai membrane ini di tulisan saya yang berjudul "Braneworlds". Membrane dimana tempat kita eksis sekarang inilah yang dinamakan juga sebagai "Zero Point Field (ZPF), atau medan dimana semua obyek bergantung padanya, dan saling berhubungan karenanya.

Anda bisa membayangkan ikan yang selama hidupnya berada di dalam air. Ikan itu tidak mengetahui bahwa ia hidup di dalam sebuah medium bernama air. Mereka tidak mengenal air, dan tidak mengetahui keberadaan atau definisi air. Dan air secara alamiah bergerak serta merambatkan gelombang di antara ikan-ikan itu. Bahkan air adalah tempat dimana ikan itu eksis. Tanpa air, ikan tidak mungkin ada.

Begitu pula kita, manusia, yang sudah terlalu terbiasa dengan ruang dimana kita eksis. Kita tidak pernah mau repot bertanya dan memikirkan apakah ruang itu? bagaimana wujudnya? apakah sifat-sifatnya? Dan seberapa pentingnyakah untuk alam ini?

Sebelum melanjutkan, saya harus mengajak pembaca untuk merujuk pada sebentuk pengetahuan tertua yang dibawa oleh sang tokoh misterius yang pernah saya ulas di dalam tulisan saya "Sacred Sience". Karena ini adalah dasar pengetahuan Sang Penyembuh.


  • The Principle of Mentalism (Prinsip Kebatinan)
"The universe is mental in the mind of God."  
Seluruh alam semesta ini berada di dalam mental/batin Zat Yang Maha Esa, Tuhan. Tuhan adalah tempat/medium dimana alam semesta ini eksis. Alam semesta adalah proyeksi dari sebuah Kehendak. Tuhan mem-batin akan keberadaan suatu alam semesta beserta seluruh isinya, maka terciptalah alam itu di dalam batin-Nya. Dan karena Tuhan adalah Satu yang Nyata, maka apa yang diproyeksikan-Nya adalah semu bagi-Nya. 
"Before believing there is knowing." 
Dasar dari keyakinan adalah mengetahui. Seorang guru sejati selalu mengawali ajarannya kepada muridnya untuk mengetahui terlebih dahulu sebelum meyakininya. Bukan sebaliknya. Anda harus "tahu" dahulu untuk kemudian dibukakan pintu pengetahuan yang sesungguhnya. Pintu kepada pengetahuan illahi
Alam ini eksis di batin Tuhan, maka alam ini mematuhi hukum Tuhan. Tidak ada satu pun yang berada di dalam alam ini bisa luput dari hukum Tuhan. Hanya Tuhan yang tidak terikat dengan hukum-Nya. Hukum Tuhan adalah pengetahuan yang kita cari dan pelajari. Inilah tujuan utama dari pencarian ilmu, yaitu memahami hukum Tuhan, memahami batin Tuhan. Maka dengan menyelaraskan batin diri ini dengan batin Tuhan, otomatis manusia dapat mencapai pemahaman mutlak akan pengetahuan alam yang tanpa batas. Pengetahuan Tuhan.
The Healer, sang penyembuh, praktisi spiritual dan meditator, sudah paham apa yang saya maksudkan di sini. Alam ini berperilaku dengan hukum/pengetahuan Tuhan. Maka dengan menyerahkan batin diri ini untuk selaras dengan batin Tuhan, akan terbuka pengetahuan Tuhan yang hakiki tanpa batas, dengan penyampaiannya mengunakan bahasa yang dimengerti secara universal, yaitu bahasa ruh.

  •  The Principle of Correspondence (Prinsip Korespondensi/Keterhubungan)
"As above so below, as below so above. As without so within, as within so without." 
Apa yang terjadi di langit terjadi pula di bumi. Dan apa yang terjadi di bumi terjadi pula di langit. Yang terjadi di alam makro kosmos juga terjadi di alam mikro kosmos. Terdapat 7 lapis alam semesta kosmos (yang dijelaskan di prinsip pertama di atas), juga terdapat 7 lapis alam di mikro kosmos, yaitu di dalam diri. Pengetahuan mengenai prinsip ini sesungguhnya menguatkan apa yang kita pelajari sebelumnya. Alam adalah bagian dari manusia dan manusia adalah bagian dari alam. Manusia bereaksi terhadap alam, alam pun bereaksi terhadap manusia. Satu sistem yang saling berhubungan, saling mempengaruhi, dan tidak terpisahkah. 
Memahami akan pengetahuan yang hakiki menjadikan manusia memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi. "Kesadaran" adalah hasil dari diperolehnya pengetahuan itu. Semakin dekat kau dengan Tuhan - semakin tinggi tingkat kesadaran, maka kau juga menggunakan kesadaran Tuhan (God's consciousness). Hanya ada satu Kesadaran, yaitu kesadaran Tuhan/illahi (The Divine Consciousness). 
Dengan menyadari bahwa alam adalah satu sistem yang sama, maka kita akan sadar penuh akan keterhubungan kita dengan sesama manusia, alam, dan Tuhan. Manusia yang sadar akan mampu memisahkan tabir yang menutupi ke-illahi-an setiap penghuni alam ini dan melihat dengan hati nurani akan esensi dari alam ini, serta berkomunikasi dengan seluruhnya menggunakan bahasa ruh. Mereka yang paham dan sadar, maka mereka akan berperilaku sesuai dan selaras dengan Tuhan. 
Alam semesta adalah manusia. Manusia adalah alam semesta. The Temple of Man. Alam semesta adalah sebuah kuil. Manusia adalah sebuah kuil. Di dalam kuil itu terdapat sebuah ruangan istimewa, sebuah ruangan paling suci dari yang tersuci (The holy of holies). Di ruang itulah tempat meleburnya dua batin. Sebuah penyatuan dari yang satu kepada yang satu kembali. Tuhan.

  •  The Principle of Vibration (Prinsip Getaran)
"Nothing is at rest, everything moves." 
Tidak ada satu pun di alam ini yang diam, semua obyek di alam ini bergetar dan bergerak. Hanya Tuhan yang diam. Dari partikel terkecil hingga obyek kosmos terbesar, semuanya bergetar dan bergerak. Bahkan sesuatu yang tampaknya diam sesungguhnya senantiasa bergerak. Pergerakan ini menghasilkan energi dan setiap energi mempengaruhi energi lainnya. 
Berangkat dari prinsip pertama di atas yaitu penciptaan alam semesta di dalam batin Tuhan. Bayangkan tubuh anda sendiri, tidak ada bagian tubuh kita yang diam. Setiap sel-sel tubuh anda senantiasa bergerak. Setiap partikel di dalam sel pun bergerak. Dan seluruh tubuh anda pun bisa bergerak jika anda berjalan dari satu posisi ke posisi lainnya. Demikian pula alam semesta ini. Pergerakan-pergerakan itu memerlukan dan menghasilkan energi dengan jumlah tertentu. Planet bumi pun adalah sebuah obyek yang senantiasa bergerak. Materi penyusun bumi pun bergetar dan bergerak. 
Sehingga pada prinsipnya, semua ciptaan Tuhan, bergetar dan bergerak. Dan pergerakan itu mematuhi hukum yang satu. Hukum Tuhan. Dengan demikian, berlandaskan pada prinsip kedua di atas, maka setiap materi bergerak itu saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu-sama lain, sebuah kesatuan yang terpisah, terpisah tetapi merupakan kesatuan yang tak terpisahkan. 

  • The Principle of Polarity (Prinsip Pengkutuban)
Saat Tuhan menciptakan alam ini, Ia menciptakan cahaya terlebih dahulu. Cahaya memiliki 2 kutub. Oleh karena inilah maka terjadi pengkutuban di alam ini (Polarity). Ada lelaki-perempuan, positif-negatif, atas-bawah, kiri-kanan, baik-buruk, senang-sedih, dll. Semua yang ada di alam ini berpasangan. Tidak ada yang singular kecuali Tuhan. 
Dengan memahami prinsip keterpasangan ini maka kita memahami pula bahwa yang satu tidak mungkin bisa berada sendiri tanpa yang lainnya. Dimana ada kebaikan, maka akan tejadi keburukan di tempat yang sama atau di tempat lainnya. Ada cahaya maka akan ada kegelapan. Ada kebahagian, maka akan ada pula ketidakbahagiaan. Manusia tidak mungkin terlepas dari prinsip ini, karena ini termasuk hukum alamiah Tuhan. Masing-masing kutub memiliki kekuatan yang sama dan saling menyeimbangi.
Sang Penyembuh memahami hal ini dan menerima sifat pengkutuban ini sebagai hal yang alamiah. Baginya tidak ada yang baik maupun buruk. Baik dan buruk adalah dua kualitas Tuhan yang sama. Keduanya berasal dari Tuhan.

  •  The Principle of Rhythm (Prinsip Irama)
Prinsip ini berhubungan dengan prinsip "Polarity" di atas. Prinsip ini menjelaskan terjadinya ritme atau swing di antara kutub. Segala sesuatu di alam ini tidak bisa terhindar dari irama ini. Seperti pendulum yang bergerak berirama dari titik tertinggi ke titik terendah, kemudian naik lagi ke titik tertinggi pada posisi berlawanan. Semakin tinggi maka semakin kuat dan cepat pula pendulum bergerak. Dan tidak ada pendulum yang diam, karena segala sesuatu senantiasa bergerak selamanya. 
Jika kau berada di satu titik ekstrim sebuah kutub, maka kau akan berpotensi untuk bergerak/mengayun ke titik ekstrim yang berseberangan. 
Sang Penyembuh memahami prinsip ini. Ia merasakannya. Segala sesuatu bergerak di sekelilingnya, menghasilkan gelombang energi dan frekuensi yang beraneka ragam. Dan ia memahami bahwa walaupun ia menguasai energi irama ini, ia tetap sadar akan posisinya yang harus senantiasa di tengah. Sadar bahwa akan adanya irama bukan berarti ia harus memilih satu di antara dua, melainkan menyadari posisi yang seimbang di antara keduanya. Karena hanya Tuhan-lah yang diam sempurna. Karena di titik diam itu adalah tempat Tuhan. 
Di titik tengah adalah tempat Kesadaran illahi berada, Ia biasa disebut dengan God's Consciousness, Divine Consciousness, atau Super-Consciousness.
Kesadaran akan keseimbangan alam, ritme yang tenang, tercerminkan dan terwujudkan pada perilaku manusia. Ini adalah "Budi", 'Bodhi", "Enlightened", yang tercerahkanBudi Pekerti, adalah sebuah sikap dengan tingkat kesadaran yang tinggi terhadap posisinya di alam ini. Pada inilah seharusnya manusia dinilai tingkat kualitas kemanusiaannya. Inilah kuliatas hidup Sang Penyembuh.

  • The Principle of Cause and Effect (Prinsip Sebab dan Akibat)
Setiap kejadian menyebabkan kejadian lainnya. Ini adalah hukum alam. Hukum Tuhan yang  berlaku dimanapun di alam ini. Inilah Karma. Kesadaran akan prinsip ini menjadikan kita seharusnya mengetahui bahwa manusia berpotensi menyebabkan sesuatu terjadi, maka terjadilah karma padanya, dan tidak akan berhenti suatu kejadian hingga karma itu selesai - artinya, hingga kejadian itu memenuhi keseluruhan hukum sebab-akibatnya secara alamiah. Dan reaksi ini berjalan terus tanpa bisa dicegah oleh apapun, tidak oleh ruang maupun waktu. Sehingga setelah seseorang meninggal pun, apa yang pernah ia lakukan ketika ia hidup akan terus bergulir sampai karmanya berakhir. 
Hanya Tuhan yang berada di luar hukum sebab-akibat ini. Maka Sang Penyembuh yang memahami prinsip ini akan berusaha menyelesaikan karmanya dengan sebaik-baiknya untuk bisa terbebas dari kemelekatan dunia, dan kembali ke kedekatanya pada Tuhan. 

  • The Principle of Gender (Prinsip Jenis Kelamin)
Yin dan Yang, Feminine dan Masculine adalah dua kutub yang saling melengkapi. Saya sudah sering menyinggung hal ini di tulisan-tulisan saya sebelumya. Masculine membawa sifat logika, sejarah, science, rationalisme, realita dan aturan serta dogma. Sedangkan Feminine membawa sifat kehidupan non-fisik yang kekal, waktu, ritual, magis, kesadaran-lain (altered-state), dan seni. Pada manusia, otak kiri mewakili sifa-sifat Masculine. Sedangkan otak kanan mewakili sifat-sifat FeminineDi tingkat mistic, terjadi perkawinan antara Feminine dan Masculine. Ini adalah sebuah ikatan suci antara dua jenis, disaksikan oleh Tuhan. Keduanya saling melengkapi. Keduanya menjadikan panutan bagi yang lainnya. 
Sang Penyembuh telah mengalahkan egonya yang telah lama dikuasai oleh bagian masculine di otaknya, hingga terjadi keseimbangan feminine dan masculine. inilah bentuk keseimbangan sempurna. Tingkat kesadaran tertinggi yang dicapai oleh manusia.



Beings of Light

Kembali pada bahasa kita, sekarang kita akan membedah salah satu zat tertua yang ada sejak awal penciptaan, yaitu cahayaSatuan terkecil cahaya adalah pertikel fundamental yang dinamakan photon. Photon adalah partikel penghantar (boson) untuk forsa (gaya) elektromagnetik. Jika Tuhan mengawali proses penciptaan dengan photon maka ada photon di setiap makhluk. Terutama di makhluk hidup. Ya. Ilmuwan menamakannya Bio-Photon.

Seorang teoretikal Biophysics dari German bernama Fritz-Albert Popp pada tahun 1970 melakukan eksperimen yang sangat penting. Popp mempercayai bahwa setiap makhluk hidup; manusia, hewan, dan tanaman memancarkan sejumlah photon. Jumlah photon yang dipancarkan sangat kecil untuk bisa diamati oleh manusia. Untuk memecahkan masalah ini, Popp menciptakan sebuah alat bernama Photomultiplier yang berfungsi untuk menangkap photon yang terpancar dari suatu obyek lalu melipat-gandakannya sehingga photon dapat teramati. Dari eksperimen yang dilakukannya, Popp berhasil menyimpulkan bahwa makhluk hidup memang melepaskan sejumlah photon. Yang kemudian dikenal dengan Biophoton.

Penelitian demi penelitian, eksperimen demi eksperimen dilakukan oleh Popp dan ilmuwan lain yang menaruh minat pada biophoton ini. Photon pada makhluk hidup tersimpan di bagian paling penting dalam tubuh, yaitu DNA. Di dalam relung-relung (double-helix) DNA tersimpan sejumlah photon yang dalam kondisi tertentu dilepaskan ke alam. Dalam kondisi lain, DNA juga menyerap sejumlah photon dari alam.



Khususnya pada manusia, relung DNA dapat meregang dan mengkerut. Kondisi ini berhubungan dengan tingkat emosional serta perasaan seseorang. Jika seseorang sedang stress atau dirudung rasa yang negatif, maka DNA akan mengkerut dan menjadi lebih pendek. Sedangkan jika seseorang sedang santai atau rileks, bahagia dan perasaan positif lain, DNA akan meregang dan menjadi lebih panjang dari ukuran normalnya. Kondis ini kemudian dihubungkan dengan keberadaan photon pada DNA. Ilmuwan menemukan bahwa di saat DNA sedang mengkerut, ia melepas sejumlah photon ke alam. Sedangkan saat DNA meregang, ia menyerap sejumlah photon dari alam. Banyaknya jumlah photon yang diserap dan dilepaskan bergantung pada besarnya atau kuatnya emosi dan perasaan seseorang.


Inilah yang kemudian memotivasi Popp dan ilmuwan lain untuk terus meneliti perilaku biophoton.
Popp kemudian menemukan banyaknya jumlah photon yang diserap atau yang dilepaskan berhubungan langsung pada tingkat evolusi makhluk. Semakin rendah atau kasarnya tingkat evolusi makhluk; seperti tumbungan dan hewan, semakin besar jumlah photon yang diserap atau dipancarkannya. Semakin tinggi tingkat evolusi makhuk; yaitu manusia, semakin kecil jumlah photon yang diserap atau dipancarkannya.

Tanaman adalah makhluk hidup yang menyerap dan memancarkan jumlah photon tertinggi. Hal ini dikarenakan tanaman membutuhkan photon untuk proses Photosynthesis.

Tingkat evolusi yang disinggung di atas pada dasarnya adalah seberapa majunya tingkat kesadaran makhluk hidup tersebut. Semakin tinggi tingkat kesadarannya, semakin rendah jumlah photon yang diserap atau dipancarkannya. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan pada manusia (makhluk dengan tingkat kesadaran yang tertinggi), terdapat sistem regulasi yang selalu menjaga keseimbangan (equilibrium) jumlah photon yang tersimpan di dalam DNA. Jika jumlah photon kurang, maka DNA akan menyerap lebih banyak photon. Jika kelebihan photon, maka DNA akan melepaskan photon yang berlebih itu sehingga keseimbangan tetap terjaga.

Manusia memiliki sistem alamiah yang menjaga keseimbangan photon ini. Dalam keadaan terjaga (bangun) dan melakukan pekerjaan keseharian, relung DNA akan mengalami stress dan melepas banyak photon. Lalu saat tidur, relung DNA dalam kondisi rileks dan meregang sehingga menyerap lebih banyak photon. Sistem alamiah ini menjaga keseimbangan photon dalam tubuh.

Popp menemukan bahwa pada tubuh orang yang sakit, sistem regulasi keseimbangan photon di dalam tubuhnya tidak bekerja dengan baik. Orang yang sakit melepas photon dalam jumlah besar.

~~~~~~~~~~~~~~

Pada tahun 1990, yaitu dua puluh tahun setelah eksperimen Popp dengan photomultiplier diatas, seorang ilmuwan Rusia bernama Dr. Vladimir Poponin melakukan eksperimen yang juga tak kalah menariknya. Poponin menyiapkan sebuah tabung dan menempatkan sejumlah partikel photon di dalamnya. Menempatkan sejumlah photon di dalam sebuah tabung bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan. Photon adalah partikel cahaya yang senantiasa bergerak. Menangkap sejumlah photon harus dilakukan di kondisi khusus dengan perangkat yang sangat canggih dan sensitif.

Lihatlah pada ilustrasi gambar di bawah. Pada gambar kiri, sejumlah photon beterbangan dan berpantulan secara acak di dalam tabung. Kemudian, di tabung tersebut diletakkan serangkaian relung DNA seperti pada gambar di tengah. Setelah beberapa saat, relung DNA itu dikeluarkan dari tabung. Hasil yang didapat adalah photon pada tabung membentuk relung DNA seolah-olah masih ada DNA di dalam tabung. 
Tidak hanya terhadap cahaya, namun terhadap partikel materi seperti proton, partikel-partikel itu akan berperilaku menyerupai DNA. Perilaku ini dikenal dengan sebutan DNA Phantom Effect. Ekpserimen Poponin membuktikan bahwa DNA mempengaruhi energi dan materi. Dengan kata lain, DNA mempengaruhi dunia / alam di sekelilingnya dengan cara dan sebab yang misterius. Dengan kata lain lagi, manusia dapat mempengaruhi alam di sekelilingnya.

Sesungguhnya tidaklah terlalu misterius, karena kita sudah bisa menduga mengapa partikel berperilaku seperti itu, adalah karena sifat DNA yang menyimpan photon. Photon-lah yang menjadi kunci dari perilaku ini.


Berlanjut ke Part 2

===============
ER


1 komentar:

Unknown mengatakan...

terimakasih blog nya sangat menarik dan bermanfaat ulasan2nya