Senin, 04 Februari 2019

A Sufi's Diaries: Book 18





Kumpulan artikel singkat, kisah dan petikan seorang kelana, jilid ke-18.





Diary 133:
Karma (1)


Apa itu karma?
Di dalam seminar dan diskusi online maupun offline saya sering menemukan pertanyaan ini. 
Sebenarnya saya kurang suka membicarakannya karena tendensi pembicaraan karma adalah ketergantungan seseorang (peserta diskusi) terhadap ‘sesuatu’ di masa lalu yang mengikat kehidupan mereka saat ini. Dan ini menjadi sangat negatif.

Saya hanya meminta mereka ‘Memutuskan’ karma-karma mereka. Itu saja, agar hidup yang sekarang adalah yang bebas dari kemelekatan masa lalu.
Tapi kali ini saya ingin mengulasnya sedikit.

Saya mencari ke penjalasan Sadhguru mengenai karma, dan penjelasan beliau cukup pas, juga cocok dengan kepahaman saya selama ini mengenai Karma yang sudah sangat sering saya utarakan juga, dengan bahasa saya sendiri tentunya. Tetapi dengan membawa seorang tokoh di luar saya, saya harap dapat cukup menutup diskusi ini. Biasalah... kalau ada orang luar yang bicara, lebih dipercaya ketimbang orang yang di depannya sendiri.

Karma adalah memori.
Memori adalah informasi. Informasi tersimpan di tubuh fisik manusia. Yang kita pahami, penyimpan memori adalah otak. Namun sesungguhnya tidak hanya otak, setiap sel di tubuh kita menyimpan informasi atau memori dari semua kejadian.

Oleh karena DNA kita diturunkan dari orang tua kita, maka informasi / memori yang tersimpan di dalam sel kita ini juga termasuk kejadian yang diturunkan dari orang tua, kakek-nenek, dan leluhur kita.

DNA kita membawa semacam ‘program’ yang di-set / ditulis oleh para pendahulu kita.
Mata kita melihat alam ini dan mengartikan /memprosesnya dengan menggunakan memori yang tersimpan lebih dulu itu. Inilah persepsi dasar kita.

Jika leluhur kita adalah manusia-manusia yang terjajah, tertekan, ketakutan, maka reaksi awal / dasar kita dalam memandang dunia ini adalah sebagai dunia yang menakutkan.
Sebaliknya, jika leluhur kita adalah manusia-manusia yang sadar, tercerahkan, bahagia, maka pandangan kita terhadap dunia adalah dunia yang baik.

Dengan kalimat lain, kita membawa karma leluhur itu ke dalam diri kita. Inilah fenomena yang sering kita jumpai dan dengar dari mereka yang berkata bahwa apa yang mereka alami di kehidupan mereka sekarang adalah karma dari leluhur mereka.

Dan hal inilah yang selalu saya tekankan bahwa janganlah menghukum diri sendiri dengan karma. Hidupmu yang sekarang seharusnya BEBAS dari semua informasi turunan itu. Bagaimana caranya? Meditasi dan kenali jati dirimu. Tidak mudah, tidak cepat, tetapi bisa.

Karena selain informasi / memori turunan (karma), kau juga lahir dalam desain yang baru, bersih tanpa noda dan siap untuk ditulis / diprogram dengan yang baru. Bagaikan kanvas bersih yang bisa bebas kau lukis sendiri tanpa pengaruh eksternal maupun masa lalu, tanpa persepsi warisan, tanpa kemelekatan.







Diary 134:
Karma (2)


Lanjutan dari Diary 133: Karma (1). Harap di baca dulu sebelum baca yang ini.

Dikatakan pula oleh Sadhguru, bahwa Karma adalah suatu komponen non-physical yang merekatkan komponen-komponen pembentuk tubuh kita.

Saya akan bawa penjelasan Sadhguru ke dalam pemahaman saya. Begini:
Saya sudah sering menjelaskan bahwa manusia dibentuk atas 4 komponen, yaitu Jasad, Nyawa, Sukma, dan Ruh. Sadhguru menggunakan bahasa lain tetapi tidak jauh berbeda pemahamannya.

Jasad adalah tubuh kita ini. Kalau mati akan kembali ke alam yaitu bumi - tanah. Jasad adalah komponen Physical.

Nyawa adalah energi kehidupan yang tidak senyata jasad. Nyawa adalah energi yang tidak bisa musnah. Jika manusia mati, nyawa akan kembali ke alam dalam wujud energi. Nyawa adalah komponen Physical.

Sukma adalah energi kesadaran. Sukma menyimpan informasi akan kesadaran manusia selama ia hidup. Sukma tidak dapat musnah. Jika manusia mati, Sukma akan kembali ke alam dalam wujud energi. Sukma adalah komponen Physical.

Ruh adalah Zat Tuhan. Jika manusia mati, Ruh kembali ke Tuhan. Ruh adalah komponen Non-Physical.

Sadhguru menambahkan Karma. Karma adalah komponen Non-Physical yang merekatkan komponen-komponen Physical. Karma adalah memori. Memori adalah informasi yang dihasilkan dari pengamatan dan pengalaman duniawi.

Memori ini tersimpan pada komponen Physical tubuh manusia.

Saya akan jelaskan, begini:
Setiap komponen Physical, menyimpan memori atau informasi dari pengamatan dan pengalaman. Jasad, Nyawa, Sukma menyimpan memori. Jasad menyimpan memori yang bersifat fisik. Nyawa juga menyimpan memori. Sukma menyimpan memori yang bersifat KESADARAN.

Bila manusia mati, adalah proses terpisahnya 4 komponen tubuh itu. Dan dari sini kita bisa pahami ada dua jenis kondisi kematian:

Kondisi Pertama, ia mati dalam kondisi baik. Artinya Ia sadar dan menerima kematian itu dengan pasrah dan ridho. Komponen-komponen itu berpisah dengan lancar.
Mengapa? Karena KEMELEKATAN-nya pada KARMA-nya kecil atau tidak melekat. Atau Kemelekatan terhadap DUNIAWI-nya kecil.

Kondisi Kedua, ia mati dalam kondisi tidak baik. Artinya, ia tidak menerima kematiannya. Komponen-kompnen itu terpisah dengan paksa, prosesnya 'menyakitkan'. Kondisi ini termanifestasi ke peristiwa yang sering kita dengan sebagai 'siksa kubur'. 
Mengapa? Karena KEMELEKATAN-nya pada KARMA-nya terlalu kuat. Atau kemelekatan terhada DUNIAWI-nya terlalu kuat.

Saya ulangi: Karma adalah memori. Memori adalah informasi yang dihasilkan dari pengamatan dan pengalaman duniawi. Memori ini tersimpan pada komponen Physical tubuh manusia. Memori tersebut diturunkan secara genetik dari leluhur kita, kakek-nenek, orang tua, sampai ke kita - di dalam DNA dan sel-sel tubuh dan sukma kita. (komponen physical manusia). Sehingga kita sering mendengar mereka yang terbelenggu karma dari kehidupan masa lalu mereka.

Saya selalu mengatakan, 
Putuskan karmamu! BEBAS-kan diri ini dari keterbelengguan persepsi kita akan karma! Kita adalah manusia BEBAS yang lahir dalam kondisi bersih - bagaikan kanvas kosong kehidupan yang bebas kita tulis sendiri.

Tidak mudah dan tidak cepat membersihkan diri dari persepsi karma itu. Namun bisa dilakukan. Meditasi dan kenali jati diri sejatimu.






Diary 135:
Karma (3)


Lanjutan dari Diary 134: Karma (2). Harap dibaca dulu sebelum membaca yang ini.

Karma adalah memori. Memori adalah informasi. Setiap sel tubuh di jasad kita, di nyawa, dan di sukma kita menyimpan informasi itu.

Sukma adalah energi yang menyimpan informasi / memori KESADARAN menusia. Kesadaran terhadap kebenaran hakiki; hidup, diri sejati, dan Tuhan.

Jika manusia mati dalam kondisi kemelekatannya terhadap duniawi - kemelekatan terhadap karmanya kecil, maka ia akan mati dalam damai - dan menurut Sadhguru - ia (Sukma atau jiwa itu) akan dapat segera dipakai lagi oleh manusia baru yang baru lahir (reinkarnasi).
(catatan: Sadhguru tidak menggunakan istilah Sukma. Pengetahuan Sukma saya dapat dari guru saya).

Jika manusia mati dalam kondisi kemelekatan kuat terhadap duniawi - kemelekatan kuat terhadap karmanya, maka ia menolak mati, dia akan berusaha untuk tetap hidup. Jika energinya cukup kuat, ia akan tertampak oleh orang yang masih hidup dan disebut sebagai hantu atau arwah gentayangan. Dan akan cukup lama untuk bisa berinkarnasi.

Oleh karena Sukma adalah energi yang tentunya bersifat kekal, maka memori kesadaran dari sukma yang terlahir kembali akan membawa tingkat kesadaran yang sama dengan pencapaian kesadaran di kehidupan si sukma tsb sebelumnya.

Jika seseorang mencapai kesadaran yang cukup tinggi, maka ia (sukma-nya) akan lahir kembali dalam kondisi kesadaran yang sudah baik. Maka kita sering mendapati orang-orang muda yang arif dan tercerahkan, yang biasa kita sebut memiliki 'old-soul'.

Saya tidak akan membicarakan reinkarnasi lebih jauh. Karena inti dari tulisan saya adalah mengenai Karma. Tulisan saya ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa memori KESADARAN dari kehidupan seseorang di masa lalu akan terbawa ke kehidupan sekarang.

Beruntunglah bila di kehidupan sebelumnya sudah mencapai kesadaran yang baik. Namun banyak yang tidak begitu. Banyak mereka yang melakukan 'past-life regression' dan mendapati berita yang tidak baik. Dan hal ini kemudian dipersalahkan sebagai penyebab keterpurukan kehidupannya saat ini. Mereka memvonis diri mereka sendiri.

Contoh:

"Oh... pantaslah hidup saya sekarang selalu sial... karena ternyata dulunya saya ini seorang pencuri, penjahat, atau pembunuh."

Orang tersebut hidupnya PASTI berubah total setelah mengetahui past-life-nya. Pengetahuan itu menjadi persepsi dan realita baginya. Saya sangat menentang hal ini. Saya selalu menegaskan bahwa Karma itu bisa diputus / diselesaikan. Tidak mudah, tidak cepat, tetapi bisa. Dan saya selalu menganjurkan agar JANGAN melakukan past-life regression dengan alasan apa pun.

Hidupmu sekarang BERBEDA dari hidupmu yang sebelumnya. Yang dibawa hidup kembali (reinkarnasi) hanyalah Sukma. Sedangkan memori yang tersimpan di jasad dan nyawa TIDAK terbawa hidup kembali. Ruh juga tidak menyimpan memori. Sehingga Dirimu yang dulu dan sekarang adalah dua orang yang sama sekali BERBEDA.

Saat kau lahir, kau adalah manusia dengan jasad yang baru, nyawa baru, dan Ruh Tuhan yang baru. Kau adalah kanvas putih bersih yang BEBAS untuk kau lukis sendiri tanpa adanya pengaruh dari persepsi eksternal dan masa lalu.

Kau memang membawa / mewarisi secara genetik memori leluhurmu dalam DNA dan sel-selmu, tetapi itu seharusnya TIDAK menjadi penjaramu (baca Diary 133).
Meditasi, kenali jati diri sejatimu. Lalu, MAAFKAN semuanya.
Begitulah.







Diary 136:
Karma (4)


Lanjutan dari Diary 135: Karma (3), wajib dibaca dulu sebelum membaca yang ini.

Karma adalah memori. Memori adalah informasi. Memori tersimpan di dalam wujud Physical manusia.

Kita sering mendengar mengenai karma yang dikaitkan dengan perbuatan baik dan buruk. Kita sering mendengar definisi karma sebagai hukum sebab-akibat, seperti ini;
Kalau berbuat baik maka akan berbalas baik. Kalau berbuat buruk maka akan berbalas buruk.

Saya akan menjelaskannya,
Apa itu perbuatan baik dan perbuatan buruk?

Baik adalah perbuatan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain (termasuk alam).
Sedangkan buruk tentu sebaliknya, yaitu perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Namun definisi ini kurang. Saya melengkapinya dengan 'KEMELEKATAN'.

Begini... Jika kau berbuat baik tetapi untuk mendapatkan pujian, pamrih, dan kebanggaan, maka perbuatan baikmu digerakan oleh ego. Ini adalah sebentuk kemelekatan. Jika kau berbuat baik tetapi bukan untuk mendapatkan pujian, kebanggaan, serta tanpa pamrih (termasuk tidak mengharapkan pahala), maka ini bukan kemelekatan.

Sedangkan untuk perbuatan buruk, sudah pasti merupakan Kemelekatan yang kuat.
Memori akan hal ini tersimpan di fisik. Sehingga kecenderungannya adalah perbuatan yang sama akan berulang kembali, di kehidupan ini.

Mereka yang berbuat baik (tanpa kemelekatan - tanpa ego) akan berbuat baik lagi dan lagi. DAN, ia pun akan mendapat perlakuan baik dari orang lain. Karena Energi positif pasti mengundang energi positif lainnya.

Mereka yang berbuat baik dengan ego, dan berbuat buruk, akan berbuat hal yang sama lagi dan lagi. DAN ia pun akan mendapatkan perlakuan serupa dari orang lain. Karena energi negatif pasti mengundang energi negatif lainnya.

Dengan demikian, saya tegaskan lagi; kita bisa memutus hukum sebab-akibat dari karma ini, dengan cara MENYADARI perbuatan kita, lalu Meminta maaf dan Memaafkan semua.
ACCEPT, FORGIVE, and ASK for FORGIVENESS.

----------

Sekarang saya ingin menutup pembahasan mengenai karma dengan menambahkan sedikit. Kita bisa simpulkan beberapa hal:

1. Apakah Kau mewarisi memori fisik leluhur, kakek-nenek, serta orang tuamu?

Jawab: Ya. Tetapi hal itu seharusnya TIDAK berpengaruh padamu. Putuskan. Kemelekatan itu. Tidak ada satu pun hutang leluhurmu yang harus kau tanggung. Kau adalah manusia baru!

2. Apakah kau membawa memori KESADARAN dari seseorang sebelumnya (past-life)

Jawab: Ya. Tetapi hanya memori KESADARAN. Sedangkan memori kehidupan fisik tidak terbawa karena memori itu tersimpannya di jasad yang hancur jika mati. Kau tidak akan bisa mengingatnya. Sehingga dirimu dan siapa pun itu di masa lalu adalah dua orang yang sama sekali berbeda. Jangan jadikan hal ini realitamu sekarang. putuskan. maafkan.

3. Apakah Karma adalah sebab-akibat?

Jawab: Ya, namun hanya dengan penjelasan seperti di atas.

----------

Tambahan:

1. Apa itu Dosa?
Jawab: Dosa adalah Kemelekatan kuat dengan duniawi dan karma.

2. Apa itu Pahala?
Jawab: Pahala adalah Kemelekatan kecil atau tidak melekat dengan duniawi dan karma.

3. Apa yang terjadi terhadap orang yang pada saat dia mati, kemelekatannya terhadap duniawinya dan karmanya kuat?

Atau bisa diganti kalimatnya dengan yang lebih populer:
"Apa yang terjadi dengan orang yang saat dia mati, dosanya besar?"

Dan juga pertanyaan ini:
"Apa yang tejadi terhadap orang yang pada saat dia mati, kemelekatannya terhadap duniawi dan karmanya kecil atau tidak melekat sama sekali (kesadarannya baik/tinggi)?"

Atau bisa diganti kalimatnya menjadi:
"Apa yang terjadi dengan orang yang saat dia mati, pahalanya besar?"

Jawab:
Sukmanya (jiwanya) akan hidup kembali di dunia dalam kondisi yang sesuai dengan tingkat kesadarannya saat di kehidupan sebelumnya.

Dan mungkin ada yang terusik untuk bertanya:
Lalu dimana surga dan neraka?
Silakan dijawab sendiri.








Diary 137:
Reincarnation
Reinkarnasi


Mohon dibaca dulu Diary 133, 134, 135, 136 mengenai KARMA, sebelum membaca yang ini. 

Apakah saya percaya reinkarnasi? Saya percaya. Dan ternyata memang harus percaya.

Mengapa demikian?
Karena reinkarnasi justru menjelaskan dengan sangat baik mengenai akhirat - kehidupan setelah kematian, dan menjelaskan banyak hal yang diyakini oleh banyak agama mengenai kehidupan setelah kematian.

Dari pengetahuan mengenai karma saja kita sudah banyak menjawab persoalan mengenai apa yang terjadi pada saat manusia hidup, mati, dan setelah mati. Apa yang ditinggalkan dan dibawa setelah mati, dan apa yang diturunkan setelah mati.

Sukma akan dipakai kembali sebagai komponen pembentuk manusia selain jasad, nyawa, dan ruh. Sukma menyimpan dan membawa memori / informasi KESADARAN dari manusia di kehidupan lalu ke manusia yang hidup di kehidupan selanjutnya.

Sukma atau jiwa itu akan mendapatkan jasad baru, nyawa baru, dan ruh. Ia lahir sebagai manusia dari bayi, remaja, hingga dewasa. Di suatu masa dalam hidupnya, Sukma mendapatkan kesempatan untuk meneruskan dan memperbaiki kesadaran-nya.

Atau tidak? Tergantung kondisi. Ia bangkit dan mengingat sudah sampai dimana kesadarannya lalu jika situasinya sesuai, akan melanjutkan perjalanan peningkatan kesadarannya itu.

Kesadaran apa?
Kesadaran akan kebenaran hakiki - Yaitu mengenai kehidupan, manusia, dan TUHAN.
Kesadaran yang hanya bisa didapatkan melalui KEPAHAMAN.

Jadi, dimanakah akhirat itu?
Akhirat adalah kehidupan setelah kematian. Maka bagi saya, akhirat adalah bila saya mati di kehidupan ini lalu sukma / jiwa saya hidup kembali sebagai manusia di kehidupan yang akan datang.

Bukankah sudah dikabarkan kepada kita melalui kitab suci bahwa manusia setelah mati akan dibangkitkan kembali beserta daging dan tulang-tulangnya, berkali-kali?

Lalu dimanakah titian yang sangat kecil bagai rambut dibelah tujuh itu?
Adalah di sini, saat ini, sekarang. Bagi sukma yang sudah menyadari / paham, maka sebenarnya kita sedang meniti titian itu. Sedikit ke kiri adalah kemelekatan duniawi, dan sedikit ke kanan adalah kemelekatan spiritual / akhirat.

Kiri maupun kanan adalah pilihan. Kondisi yang terbaik adalah di tengah. Karena tujuan kita bukan kiri maupun kanan, bukan dunia maupun akhirat. Melainkan di tengah. Karena dalam keseimbangan sempurnalah Tuhan berada.

Dan manusia dipandu untuk mengenali posisi seimbang di antara dunia dan akhirat. Mawas, aware, dan sadar akan keberadaan dualitas hidup sehingga mampu mengenali keseimbangannya.

KESEIMBANGAN, adalah apa yang harus kita sadari di kehidupan ini.
Di sinilah letak jalan peningkatan kesadaran itu.

Lalu, mana yang lebih relevan bagimu; memikirkan kehidupan yang lalu atau kehidupan akhirat (yang akan datang)? 

Keduanya tidak relevan. Yang terpenting adalah SEKARANG.
Jangan terbelenggu oleh masa lalu, dan terpaku oleh sesuatu yang belum terjadi.

Siapa dirimu di masa lalu? Tidak relevan.
Yang relevan adalah sekarang; sudah sampai dimana kepahamanmu sekarang?
Kenali yang dualitas untuk bisa berada di posisi di antara keduanya - posisi yang SINGULAR, dimana Tuhan berada - tanpa tabir, tanpa prasangka (persepsi).

To die before you die.







Diary 138:
The Essence (1)
Esensi


Bayangkan segelas es teh manis.
Ada es, ada teh, ada air, dan ada gula.
Misalkan esensi dari segelas es teh manis adalah gula, maka coba bayangkan hilangkan es-nya dari es teh manis itu.
Kemudian hilangkan teh-nya. Dan terakhir hilangkan air-nya.
Yang tersisa terakhir adalah esensi dari es teh manis itu, yaitu gula-nya saja.

Ekstrak gula dari satu gelas es teh manis paling tidak hanya satu sendok kecil gula pasir. Tidak lebih.

Sekarang masukkan satu sendok gula itu ke dalam mulutmu. Bagaimana rasanya?
Sangat manis, bukan?

Di atas adalah analogi bagaimana sesungguhnya setiap kondisi atau setiap kejadian bila dicermati esensinya, akan sangat pekat dan sarat akan rasa yang mendasari kondisi itu sendiri. Yang membuatnya hambar atau biasa saja adalah atribut-nya.

Es, teh, air adalah atribut yang bercampur bersama gula, menjadikan sesendok gula itu menjadi tidak manis, biasa saja dan tidak istimewa. Kejadian apa pun di dalam hidupmu yang tampak biasa saja, tidak istimewa karena berulang setiap hari, sesungguhnya mengandung esensi yang sangat istimewa.

Ambillah contoh nafasmu. Setiap hari kau bernafas dan sudah sangat terbiasa dengannya. Biasa saja. Tidak istimewa, Semua orang melakukannya. Akan tetapi, cobalah duduk diam, pejamkan matamu. Rasakanlah bagaimana udara masuk melalui hidung saat kau menghirupnya. Terasa menggelitik ujung hidungmu, masuk ke dalam, terasa udara bergerak masuk ke tenggorokan terus hingga ke paru-paru. Dada mengembang terisi udara. Lalu hembuskan... terasa lega...

Apa yang baru saja kau lakukan itu adalah penghayatan akan suatu peristiwa yang sangat sederhana. Dan hanya dengan begitu kau akan menghargai nafasmu. Dan kau mampu bersyukur atas perisitwa sisederhana nafas itu sebagai peristiwa paling istimewa.
Setiap kejadian dalam hidupmu jika dihayati kau akan merasakan esensinya. Dan hanya dengan merasakan yang esnsial kau akan mampu menghargai dan menyukurinya.

Latihlah melakukannya.
Kau akan sadari betapa hidupmu adalah sebuah mukjizat. Dan hidupmu dipenuhi keajaiban yang tiada henti.

Sebagian orang bertanya,
"Lalu mengapa jika begitu? Untuk apa? Apa pentingnya untuk saya?"

Saya hanya bisa tersenyum karena saya tidak mampu menceritakan sesuatu yang terlalu indah itu. Akan ada kejadian yang sangat istimewa untukmu. Syukurmu akan menyadarkanmu akan sesuatu yang sangat luar biasa. Keajaiban di atas keajaiban.
Cahaya di atas cahaya.








Diary 139:
The Essence (2)
Esensi


Harap dibaca dulu Part 1 sebelum membaca yang ini.

Bagi mereka yang sudah mulai mampu melihat esensi dari setiap peristiwa yang dialaminya, hanya hikmah yang ia lihat. Akan selalu ada makna / hikmah di dalam esensi setiap peristiwa, kejadian, kondisi yang dihadapi / dialami setiap manusia.

Mereka itu tidak lagi memandang dan menghakimi kejadian apa pun sebagai kejadian baik maupun buruk, namun serangkaian kejadian yang saling terhubung. Karena hikmah adalah kisah bersambung.

Ya, esensi dan hikmah adalah cerita bersambung. Tidak ada hikmah yang tidak mendatangkan kejadian selanjutnya. Seperti analogi gula sebagai esensi es teh manis, jika kita memahami gula itu maka gula tidak hanya dapat memberi rasa manis pada teh, tetapi juga fleksibel pada semua jenis minuman dan masakan lainnya yang tak berhingga kemungkinannya.

Jika memahami yang esensial, maka tiada kejadian buruk bagimu, walaupun orang lain menilainya sebagai kejadian buruk. Dan karena di setiap kejadian adalah hikmah, maka tiada kejadian yang tidak kau syukuri, walaupun kebanyakan orang lain sering menyesali kejadian yang menimpa mereka.

Dengan syukur yang tak putus di setiap kejadian, banyak rangkaian kejadian yang datang kemudian yang berupa jawaban, dan pertolongan untukmu.
Hanya dirimu yang mampu melihatnya begitu.
Karena kau memahami yang esensial.
Lalu apa yang terjadi kemudian?
Silakan dialami sendiri keajaiban syukur.







Diary 140:
Faith
Keyakinan


Harap baca dulu Diary sebelumnya sebelum membaca ini.

Manusia adalah makhluk spiritual yang hidup di dunia. Namun kemelekatan manusia terhadap keduniawian semakin kuat sejak pertama kali manusia diciptakan. Sekarang manusia sudah sangat jauh melupakan asal-usulnya, siapa esensi diri yang sesungguhnya.

Di dunia ini ego bertumbuh subur dengan semaian pupuk materi, logika, status, kultur, tatanan masyarakat - budaya, doktrin, dogma dan lain sebagainya yang dibuat oleh manusia sendiri.

Jika saya berkata kepada sebagian mereka bahwa Tuhan adalah segalanya, Tuhan meliput segala sesuatu, dan segalanya termasuk manusia eksis di dalam Tuhan...

Mereka tidak ada yang percaya.

“Tidak logis.”
“Lalu jika memang begitu, apa untungnya bagi saya.”

Begitu tanggapan mereka. Sangat duniawi. Dualitas menjadi kekuatan tersendiri untuk melakukan kontrol atas manusia lainnya. Yang baik diberi hadiah. Yang buruk diancam hukuman. Maka teraturlah kehidupan ini bagi mereka.

Lalu saya sampaikan hal yang sangat sederhana ini; “Tuhan ada di dalam hatimu.”
Mereka berkata, “Mana buktinya?”

Demikian saya sampaikan;
Egomu menuntut pembuktian berkali-kali untuk sebuah kebenaran.
Sedangkan hatimu hanya menunggu sekali saja.

Ego mereka menuntut bukti nyata, penjelasan logis, serta untung-ruginya dalam mencerna kalimat saya. Dan walaupun sudah banyak kesempatan menunjukkan bukti bahwa saya benar, mereka masih tidak dapat meyakininya. Hatimu dikurung di dalam peti besi tebal dan kuat, dijaga ketat oleh algojo bernama ego.

20 tahun saya merantaukan hati ini. Dan setelah Ego kalah menepi, ternyata hati ini membutuhkan satu kali saja untuk yakin akan kebenaran Tuhan.

Hatimu bagai hanya dilapisi selembar selaput rapuh reput. Hanya perlu kau sentuh sedikit maka selaput itu gugur menjadi debu. Hatimu terpampang terbuka tanpa tabir, melihat dan merasakan Tuhan. Teringat kembali akan asal-usulmu - sebagai makhluk spiritual.

Kenali dirimu.
Kenali yang dual untuk mengenali yang singular.
Kenali yang esensial agar kau dapat bersyukur.
Setelah itu rasakan keajaiban syukur.
Peti besi itu akan sirna.
Hatimu sudah selalu menunggumu dan menyambutmu dalam cinta kasih Tuhan.

Hatimu hanya butuh satu kali pengalaman mukjizat Tuhan, setelah itu tidak akan ada seorang pun yang dapat merubah keyakinanmu.







Diary 141:
Memahami Tuhan


(1)

Sifat tertinggi, terkuasa, terhebat, terbesar dari Tuhan adalah Maha Pencipta.
Sifat dan kesadaran tertinggi, terkuasa, terhebat, terbesar dari manusia, adalah mencipta.
Kepahamanmu menyadarkanmu akan jati diri sejatimu.


(2)

Tuhan itu Esa, Tunggal, Singular.
Ciptaan Tuhan bersifat Dual, Memiliki dua kutub, berpasangan. Tuhan tidak memihak pada salah satu, karena DIA lah Sang Satu.

Manusia yang memahami Tuhan adalah yang menyadari dan menerima Dualitas dirinya, tetapi tidak memihak salah satu. Dia akan berada di tengah antara dua kutub itu, selayak Tuhan yang Singular.

Menerima kedua kutub dan tidak melekat padanya adalah ciri keseimbangan dan kesadaran menuju kesadaran Tuhan.

Ciri sikap dari mereka yang mencapai kesadaran ini adalah; tidak menghakimi, tidak khawatir akan apa pun, tidak takut akan apa pun, tenang, dan damai penuh syukur menikmati dan menghargai hidup.


(3)

Tuhan menciptakan surga dan neraka untuk ciptaan-Nya, bukan untuk-Nya.
Memahami Tuhan adalah dengan memahami bagaimana selalu bersama-Nya, bukan di surga atau di neraka.


(4)

Bagaimana Tuhan itu, adalah bergantung PERSEPSI (Prasangka) manusia yang memahami-Nya. 

Semakin dewasa dan arif manusia yang memahami-Nya, semakin dewasa dan arif pula Tuhan baginya. Manusia yang belum dewasa (dewasa di sini bukan atas tinjauan usia), belum berkesadaran cukup baik, akan memandang (berpersepsi) bahwa Tuhan itu Maha Tersinggung, Maha Sakit Hati, Maha Pemarah, Maha Pendendam dan Maha Penghukum.

Mereka akan bertindak sedemikian pula, yaitu cepat tersinggung, cepat sakit hati, harus marah, harus menaruh dendam, dan harus menghukum manusia lainnya.

Sedangkan manusia yang sudah cukup dewasa, arif, dan berkesadaran tinggi, memandang Tuhan adalah sebagai Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dan mereka pun akan bersikap yang sama dengan Tuhannya; Mengasihi dan menyayangi sesama makhkuk.

Dan mereka yang sudah betul-betul mencapai Kepahaman Tertinggi, akan memahami Tuhan sebagai Segalanya, termasuk diri mereka sendiri. Satu dari yang segalanya. Segalanya dari yang Satu.


(5)

Tuhan itu Satu, Tunggal, Singular. Tiada Tuhan selain Tuhan. Tiada APA PUN selain Tuhan. Tuhan adalah Zat yang SENDIRIAN.

Tuhan tidak menempati suatu tempat / ruang. Tuhan tidak menempati waktu. Justru Ruang dan Waktu adalah ciptaan-Nya.
Tidak ada kata “Luar” bagi Tuhan. Karena “Luar” berarti ruang. Tuhan tidak eksis di luar maupun di dalam.

Tuhan ADA / Eksis Sendirian.
Jika Tuhan tidak eksis di suatu ruang dan waktu, maka dimana ruang dan waktu ini eksis?
Ruang dan waktu, dan semua ciptaan-Nya ini eksis di dalam Tuhan. Tidak ada satu pun yang eksis di luar Tuhan.


(6)

Tuhan adalah zat dimana segala ciptaan-Nya eksis. Seluruh alam ini, termasuk makhluk, manusia eksis di dalam Tuhan.

Tiada yang eksis di luar Tuhan. Tuhan meliputi segalanya. Dengan demikian, tiada jarak antara manusia dengan Tuhan.

Memahami Tuhan adalah dengan memahami dan merasakan Zat-Nya yang meliputi segalanya ini. Yang ada di seluruh alam, juga di dalam diri manusia.

Tiada yang bukan Tuhan.
Tiada Tuhan selain Tuhan.


(7)

Tuhan adalah Zat yang Satu, Esa, Tunggal, Singular. Karena Ke-Esa-anNya itulah maka Tuhan meliputi SEGALANYA.

Memahami Tuhan dimulai dari memahami ciptaan-Nya. Ciptaan Tuhan itu adalah seluruh alam ini. Semua ciptaan-Nya adalah makhluk. Dari yang besar seperti bintang dan galaksi, sampai ke yang terkecil seperti electron dan photon. Dari mulai yang tidak memiliki kecerdasan sampai ke manusia.

Pahami bagaimana interaksi dan keterkaitan di antaranya, pahami bagaimana semua makhluk itu co-exist bersama-sama. Pahami pula hukum yang bagaimana yang mengatur semua itu.

Memahami Tuhan bukan didapat hanya dari mempelajari satu agama tertentu atau spiritualitas dari suatu ajaran tertentu. Tidak pernah ada satu ilmu yang berdiri sendiri. Semuanya saling berkaitan.

Memahami Tuhan adalah dengan memahami SEGALANYA tanpa terkecuali, selayak eksistensi Tuhan yang Esa dan Meliputi Segalanya.

Memahami Tuhan adalah membebaskan diri kita dari belenggu ciptaan-Nya, sehingga dapat memahami semua ciptaan-Nya.
Dengan memahami ciptaanNya, kita akan lebih dekat dalam memahami-Nya.


(8)

Sewaktu kecil kita diberi makan oleh ibu. Ibu memaksa kita makan sesuai waktu, pagi siang sore, malam. Termasuk snack buah, susu, dan lain sebagainya yang bermanfaat untuk kita.
Setelah dewasa, kita tidak lagi perlu mematuhi jadwal yang pernah dipaksakan pada kita. Karena kita tahu kebutuhan tubuh kita sendiri. Kita sudah paham. Paham esensi makan dan kebutuhan alamiah tubuh kita.

Memahami Tuhan juga akan berevolusi mirip seperti ilustrasi di atas; dari yang awalnya dipaksa harus patuh untuk melakukan ritual-ritual tertentu, hingga tiba masanya dimana jiwa ini sudah cukup dewasa dan paham akan esensi kehidupan dan esensi Eksistensi Tuhan yang hakiki.

Perjalanan manusia adalah menuju KEPAHAMAN, bukan KEPATUHAN.
TUHAN akan dipahami, ditemukan, dan dirasakan dalam keadaan diri yang PAHAM, bukan PATUH.


(9)

Tuhan itu Satu, Esa, Tunggal, Singular. Sedangkan semua ciptaan-Nya adalah Dual dan Berkutub. Namun kedua kutub itu berasal dari Tuhan yang Satu. Memahami Tuhan yang Utuh dan Hakiki adalah dengan memahami dualitas Ciptaan-Nya sehingga dapat menemukan Ke-Esa-anNya.

Memahami dualitas kehidupan adalah dengan cara menerima (accept) kedua kutub secara adil. Ada baik dan ada buruk. Tuhan ada di sisi baik dan sisi buruk. Ada senang, ada derita. Ada bahagia, ada sedih. Ada kaya ada miskin. Kedua sisi berasal dari Tuhan.

Tuhan itu Maha Baik, juga Maha Buruk. 
Tuhan itu Maha Pemberi, juga Maha Pengambil.
Tuhan itu Maha Penyayang, juga Maha Penghukum.
Tuhan itu Maha Pemberi Rizki, juga Maha Pemberi Siksaan.
Tuhan itu Maha Pengasih, juga Maha Pendendam.

Jika dirimu melabelkan Tuhan hanya utk yang baik-baik saja, maka Tuhanmu tidak utuh. Tuhanmu hanya separuh.
Jika kau berpihak pada surga saja tanpa neraka, maka Tuhanmu hanya separuh.
Jika kau berpihak pada malaikat saja dan memusuhi iblis, maka Tuhanmu hanya separuh.

Setelah kita mampu menerima Kedua Kutub dengan seutuhnya, barulah kita mampu memahami Tuhan.
Tuhan yang Utuh. Tuhan yang hakiki.
Tuhan yang Tunnggal, Singular.
Tiada Tuhan selain Tuhan.

Lalu, adakah sifat Tuhan yang Singular tanpa dualitas?
Ada, yaitu Cinta. Cinta yang hanya memiliki makna singular. Cinta yang tidak memiliki lawan katanya.
Bukan cinta lawan dari benci. Tetapi Cinta yang Singular. Cinta tanpa syarat.
Jika kau mampu mencintai sesamamu tanpa syarat, maka kau memahami Tuhan.
Aku mencintaimu.


(10)

Tuhan itu meliputi segalanya. Semua ciptaan Tuhan, termasuk manusia eksis di dalam Tuhan. Dengan demikian maka alam ini termasuk kita menggunakan bahan baku yang sama utk eksis, yaitu Zat Tuhan.

Maka ada Zat Tuhan di setiap partikel alam ini. Di planet, bintang, ruang, waktu, udara, gunung, batu, tanaman, hewan. Ada Tuhan di dalam dirimu, dan di dalam diriku.

Memahami Tuhan adalah mahami esensi Zat baku dirimu sendiri. Yaitu Tuhan.
Jika kau ingin melihat-Nya, bercerminlah.
Jika kau ingin menyentuh-Nya, sentuhlah dadamu.
Jika kau ingin menciumnya, letakkankanlah telapak tanganmu pada bibirmu.
Jika kau mencintai-Nya, cintailah dirimu sendiri dan sesamamu.

Apakah kau masih mampu membenci sesamamu?
Maka izinkan aku bersujud kepada Tuhan yang bersemayam di dalam dirimu (Namaste).


(11)

Tuhan berkomunikasi dalam bahasa yang paling fundamental dan paling primitif di alam ini. Yaitu RASA / Feeling.

Tuhan tidak berkomunikasi dalam bahasa ciptaan manusia. Bukan dalam bahasa Arab, Hebrew, Inggris, Hindi, Indonesia, dll.

Gunakan rasamu untuk berkomunikasi dengan-Nya, dan untuk memahami-Nya.
Bukan ucapanmu yang didengarkan Tuhan.
Tetapi Rasa di hatimulah.


(12)

Apakah kau berpikir bahwa Tuhan itu berkomunikasi denganmu dgn nyaringnya sehingga telingamu sakit mendengarnya?

Tuhan berkomunikasi dalam bahasa rasa. Dan rasa itu sangat halus. Tidak ada pesan yang lebih halus dari itu. Lebih halus dari bisikan terhalus. Bahkan telingamu pun tidak dapat mendengarnya.

Akan tetapi sejak kau lahir dirimu sudah terbiasa mendengarkan pesan yang disampaikan dengan lantangnya di telingamu, atau tulisan yang dapat kau lihat dengan matamu.

Memahami Tuhan adalah dengan belajar mendengarkan rasa-Nya.
Berdiamlah. Padamkan semua indera fisikmu. Karena semua itu tidak kau gunakan untuk merasakan-Nya.
Hanya rasa di hatimulah.


(13) Harmoni

Kunci untuk berkomunikasi dengan Tuhan yang HAKIKI adalah RASA dan HARMONI.
Tuhan yang hakiki adalah Tuhan yang BUKAN dari persepsi manusia. Tuhan yang eksis di luar persepsimu.

Bahasa Tuhan yang hakiki adalah Rasa. Rasa adalah energi, energi memiliki getaran dan frekuensi. Maka tidak cukup hanya rasa, keselarasanmu dengan alam ini juga mempengaruhi bagaimana kau menyibak tabir persepsimu.






~ Collection of other Articles, Stories & Quotes ~




Forged in Fire

Pernah nonton serial FORGED IN FIRE di History Channel?
Kalau sudah pernah, hmm santai banget ya hidupmu... hehehehe....

The Forge adalah tempat Penempaan Besi. Seorang pandai besi mengambil sebongkah besi yang berbentuk acak. Besi itu tidak ada fungsinya karena bentuknya yang acak, tetapi memiliki potensi untuk dibentuk menjadi sesuatu.

Besi dimasukkan ke dalam api yang panasnya mampu mencairkan logam. Besi tadi menjadi merah panas, kemudian si pandai besi memukul-mukul besi itu. Perlahan besi mulai menjadi pipih dan bentuknya mulai dapat dikenali.

Beberapa jam kemudian akhirnya besi tadi menjadi mirip sebilah pisau. Si pandai besi mengasahnya hingga tajam hingga mampu memotong. Jadilah sebilah pisau yang tajam.

Di babak berikutnya, si Pandai besi membuat gagang pisau dari kayu. Pisau tadi sekarang memiliki gagang yang bagus, kuat, bilahnya pun tajam dan mampu memotong apa pun.

Pisau tadi diuji oleh sekelompok juri untuk mengetahui kekerasannya, kekuatannya dan ketajamannya. Tidak luput juga menguji kehandalan pisau tersebut saat digunakan, serta keindahan bentuk dari sebuah karya indah.

----------

Dirimu adalah sebongkah besi itu. 
Tungku api panas dan tempaan yang kau terima adalah pukulan-pukulan ujian kehidupan yang sangat berat - dan tidak jarang sampai serasa ingin mati saja - yang kemudian akan membentukmu menjadi manusia tangguh, kuat, yang berguna dan dapat diandalakan oleh sesamamu - sebilah pisau tajam.

Dan setelah kau berhasil melewati tempaan yang berat yang memunculkan potensi dirimu yang sesungguhnya, kau layak mendapatkan sebuah gagang kuat agung nan indah yang menjadi penghubungmu dengan sesamamu.

Bagaimana kau bisa menjadi sebilah pisau bila kau menyerah setiap kali kau menghadapi tempaan?

Lagi pula, gagang pisau hanya diberikan kepada pisau, bukan kepada sebongkah besi.
Reward pencapaianmu hanya layak kau dapatkan setelah kau sudah berbentuk!






Rejeki Berlapis

Dari percakapan Si Om dan si Dul mengenai hujan, terdapat pesan ini;
Bahwa rejeki itu datang SESUAI kesiapan manusia yang menerimanya, atau sesuai kapasitas yang menerimanya.

Dianalogikan sebagai hujan. Yang satu menampung hujan dengan mulut (kecil dan terbatas), sedangkan yang satu menampung dengan ember.

Yang menampung dengan mulut menerima rejeki hanya sebatas mulutnya saja. Mengapa ia tidak terpikir memakai benda yang dapat menampung air lebih banyak?

Jawabannya adalah: Pengetahuan.
Sehingga lapisan terbawah dari peng-akses-an rejeki Tuhan adalah ilmu pengetahuan.
Setelah mampu berpikir, dimulai dengan tampungan yang berukuran kecil, dari situ ia menabung untuk dapat membeli wadah yang lebih besar sehingga mungkin di tahun kedua ia sudah memiliki ember untuk menampung lebih banyak.

Di tahun ketiga ia berhasil membeli dua buah ember, kemudian tiga, empat, dst.
Pesannya di sini adalah;
Hargai rejeki yang sedikit. Karena ia sedang mempersiapkanmu untuk yang lebih banyak.
Percuma mengharap yang banyak jika kau tidak siap menampungnya.

Setelah mendapatkan rejeki yang berlimpah, jangan lupa Terima Kasih.
Yaitu ‘Terima’, dan ‘Kasih’.

Berapa pun yang kau Terima, sebagian Kasihkan (berikan) kepada orang lain.
Karena toh tanganmu cuma dua. Tanganmu hanya mampu memegang dua buah ember.
Kau butuh orang lain untuk memegang ember selebihnya.

DAN juga, Karena tidak ada pun yang milikmu.
Berapa pun ember yang kau punya, bagikan kepada orang lain untuk dapat menampung air bersama-sama.





Kepahaman?

Saya sangat sering menyuarakan hal ini; Kepahaman, sebagai sesuatu yang terpenting dalam hidup.

KEPAHAMAN adalah gabungan antara Pengetahuan + Pengalaman. 
Melihat, memandang, mengetahui, menghargai segala sesuatu secara apa adanya (Kebenaran hakiki) tanpa persepsi, tanpa bias, tanpa tabir.
Kemudian dijalani, dialami sendiri.

Segala sesuatu di alam ini adalah Energi.
Energi itu hidup, bergetar dan berinteraksi.
Kita eksis di dalam medium yang Maha.
Jika kita PAHAM, maka kita akan merdeka dari segala PERSEPSI. Kemudian kehidupan kita berlaku alamiah apa adanya.

Jadilah manusia yang PAHAM, bukan manusia yang patuh.




Lukisan, Panjang X Lebar

Berikut adalah percakapan yang terjadi nyata beberapa menit yang lalu, namun bukan mengenai sebuah lukisan. Saya menggunakan lukisan sebagai pengganti obyek yang sesugguhnya, agar dapat lebih mudah dicerna.

-----

“Wah lukisannya bagus ya.. indah... sebuah karya cipta yang agung dari seorang seniman hebat... andai saya bisa memiliki yang serupa ini...”

“Ya betul... saya setuju dengan assessment anda. Memang karya indah mempesona... oleh karenanya saya mengoleksi lukisan ini.
Akan tetapi jika anda jatuh cinta dan berminat membelinya, saya akan jual dengan harga pantas.”

“Oh begitu? Wah saya sangat berminat! Berapa harga per meter perseginya?”

-----

Pesan:

Manusia yang berkesadaran tinggi menghargai karya seni yang dimanifestasikan dari hati terdalam. Tak mudah menilainya dengan uang atau materi apa pun.

Lukisan maha karya adalah perpaduan dari kayu, kanvas, cat, kuas; dan yang terpenting; kalbu, hati dan perasaan dari sang pelukis yang mampu channeling dengan Sang Maha Agung. Terciptalah satu luksian yang tidak akan dapat ditiru atau diduakan. Manusia berkesadaran rendah menilai segala sesuatu hanya dari wujud fisik, panjang kali lebar.

Di dalam hidupmu, kau adalah seorang seniman. Kau manusia unik tiada duanya.
Pancaranmu tak kan mungkin sama dengan yang lainnya.
Kepada siapa kau menjual lukisanmu?
Sejauh mana kau menghargai dirimu sendiri?

Apakah kau termasuk orang yang memahami dan menghargai kemuliaan diri sejatimu?
Ataukah kau termasuk mereka yang hanya menghargai segala sesuatu dari panjang kali lebar fisiknya saja?




The Next Level

Jika ada orang yang sangat membecimu, apa reaksimu?

The next level attitude:
 Kau seharusnya bertanya, “Ada apa dengan orang itu sehingga dia sampai membenciku?"

Jika lingkunganmu tidak membuatmu produktif dan berkembang, apa reaksimu?
The next level attitude: Kau seharusnya bertanya, “Mengapa mereka masih harus di sini? Atau mengapa aku masih di sini?”




Manis?

Apa itu rasa manis?
Manis yang kau ketahui selama ini adalah yang kau dapat dari keterangan / cerita orang lain, sampai kau benar-benar merasakannya sendiri. 

Bayangkan, sepanjang hidupmu kau hidup sendiri dan tidak pernah mengenal rasa manis. 40 tahun kemudian kau diberikan permen untuk pertama kalinya. Apakah kau akan langsung mengetahui bahwa permen itu rasanya manis?

Lalu kau diminta untuk menceritakan rasanya. Mampukah kau menceritakannya?
Tidak. Kau tak kan mampu menceritakannya. Dengan bahasa apa pun juga.
Paling jauh kau hanya mampu menuangkan pengalamanmu itu ke dalam syair dan puisi.

Begitu pula dengan pengalaman spiritual merasakan Sang Agung.
Biarlah aku disebut gila dengan kekagumanku pada-Nya yang kutemui setiap malam dalam heningku.





Setiap kali kamu datang kepadaku dengan masalahmu, aku selalu menertawakanmu.
Ya betul, aku menertawakan penderitaanmu.

Apa pun masalahmu, baik itu ekonomi, politik, intrik, jodoh, sakit hati, patah hati, perceraian, dan lain-lain adalah masalah kecil yang sangat remeh-temeh bagiku.
Kamu ternyata masih anak kecil dan belum dewasa yang masih suka menangis bila tidak diberi permen.

Itulah kamu!
Mengapa?
Karena begitu kamu mulai berpikir mengenai Tuhan, maka semua masalah dan keluhanmu itu tampak sangat kecil.
Dan begitu kamu memahami Tuhan, maka semua masalah dan keluhanmu itu sirna.
Semua masalahmu adalah ilusi yang kau buat sendiri.
Dan begitu kau merasakan Tuhan, yang tersisa tinggallah Cinta.




Buka dulu satu pintu, pintu apa pun. Yang penting buka dulu.
Maka akan ada banyak pintu yang bisa kau buka di dalam sana.
Sebelum senang, ada susah.
Sebelum bahagia, ada sedih.
Sebelum baik, ada buruk.
Bagaimana bisa senang kalau kau tidak mau susah?
Bagaimana bisa bahagia kalau kau tidak mau menerima kesedihan?
Bagaimana bisa baik kalau kau tidak mau menghadapi yang buruk?
Yang penting, buka dulu satu pintu.
Selanjutnya lihatlah apa yang akan terjadi…




Apa bedanya bekerja dengan passion dan tanpa passion?
Tidak dengan passion; rasanya seperti mendaki gunung terjal berbatu.
Dengan passion; rasanya seperti meluncur naik roller-coaster.




Kemelekatan terbesar yang akan menutup pintu pencerahan atau ke kesadaran tinggi adalah:

1. Tidak ada Tuhan (ini yang terbesar).
2. Membunuh
3. Menyakiti
4. Dendam
5. Rasa bersalah (guilt) dan Trauma.
6. Kemelekatan terhadap harta, benda, hidup, karir, istri, suami, anak, dll.

Cara menanggulanginya adalah:
1. PAHAM akan Kebenaran Hakiki.
2. Menerima Tuhan apa adanya.
3. Murnikan PERSEPSI. Maafkan.

Praktiknya / latihannya adalah:
1. Belajar dan bertanya.
2. Meditasi
3. Melaku / berperilaku yang sesuai (8 noble paths).




Mengapa dokter membius pasien untuk tidak sadar diri sewaktu dioperasi?
Tentunya yang pertama adalah agar si pasien tidak merasakan sakitnya.
Tetapi juga yang kedua adalah; agar si pasien pasrah total kepada sang penyembuh.
Pasien yang tidak pasrah total tidak akan sembuh.
Murid harus bertanya kepada gurunya. Tetapi murid yang selalu menyanggah gurunya, tidak akan mendapatkan ilmu apa pun.
Prepare an Empty Cup!




Kebenaran hakiki itu bersifat absolut dan berlaku dimana saja di alam ini, tanpa kecuali, dan kekal adanya. 
Jika kau berkata bahwa hidup kita di sini baik, tanah subur, negeri indah, dan kaya adalah karena Tuhan memihak kepada kita di sini yang menyembah pada-Nya dengan taat, maka kau mungkin mengatakan bahwa Congo adalah negeri yang miskin karena mereka tidak taat pada Tuhan yang sama dengan kita; maka apa yang kau yakini adalah kebenaran semu.
Yang hakiki adalah khayalanmu saja.




Kebenaran hakiki itu bersifat absolut dan berlaku dimana saja di alam ini, tanpa kecuali, dan kekal adanya.
Maka bila ada banyak agama di bumi, semua agama itu adalah tradisi.
Yang hakiki adalah Tuhan-nya saja.
Jadi untuk mengetahui kebenaran hakiki, pahamilah Tuhan.
Bukan yang lainnya.
Renungkan.




Kebenaran hakiki itu bersifat absolut dan berlaku dimana saja di alam ini, tanpa kecuali, dan kekal adanya.
Jika gambaranmu mengenai surga - yang diajarkan di dalam agamau BERBEDA dengan gambaran orang lain mengenai surga di ajaran agama-agama mereka, maka gambaran surgamu itu adalah kebenaran semu.
Yang hakiki adalah angan-anganmu dan mereka saja mengenai sebuah tempat yang disebut surga.
Renungkan.




Kebenaran hakiki adalah Tuhan.
Segala bentuk ritual mendekati-Nya adalah kebenaran semu.
Maka berdiamlah.
Semakin kau diam, semakin kau mendekati-Nya.




Imajinasi adalah alat utama dalam berkomunikasi dengan energi alam ini.
Manusia dilengkapi dengan daya imajinasi agar dapat dimanfaatkan untuk memahami alam ini dengan sebenar-benarnya, dan membuka tabir untuk merasakan Tuhan secara langsung.




Tuhan adalah Sang Satu. Dialah Sang Pencinta, Sang Perindu.
Jika kau berada di tengah-tengah masyarakat yang membutuhkan bantuanmu, dan kau terpanggil untuk membantu mereka. Bagaimana kau bisa merawat begitu banyaknya manusia sedangkan kau hanya sendirian?

Kau mampu merawat semuanya, karena kau hanya perlu merawat Satu saja, yaitu Tuhan.
Karena Tuhan adalah Satu yang berada di dalam semua bentuk ciptaan-Nya.
Sehingga kau pun hanya perlu memahami Satu hal saja yang meliputi semuanya dan mencintai semuanya, yaitu Tuhan.

Temukan Cinta di dalam dirimu yang menjadi sebab keberadaanmu, kau akan menemukan cinta di dalam diri semua makhluk yang menjadi sebab keberadaan mereka. Cinta itu adalah cinta yang Satu; Tuhan.




Kalau kau tidak berserah diri sepenuhnya untuk Tuhan, maka saksikanlah Tuhan yang akan membuatmu berserah diri sepenuhnya untuk-Nya dengan cara yang sangat menyakitkan.
Saat itu terjadi, kau akan merasa lebih baik mati saja.

Kau ingin hatimu bersih suci?
 Rasakan bagaimana sakitnya Dia mencucimu.
Kau ingin hatimu kilau bercahaya?
Rasakan bagaimana pedihnya Dia memolesmu.

Mengapa jalan menuju-Nya penuh sakit dan kepedihan?
Karena hatimu sudah tebal ditutupi kerak kotoran keduniawian sejak lahir.
Namun setelah kau dibersihkan dan hatimu berkilaukan cahaya illahi, rasanya tak terlukiskan. Bahkan surga dan neraka pun sudah tak ada artinya lagi.




Pertanyaannya bukanlah apakah Tuhan setuju denganmu, tetapi apakah kau setuju dengan Tuhan?
Hampir semua orang termasuk dirimu diajarkan untuk memohon kepada Tuhan, yang sama artinya dengan meminta Tuhan untuk setuju atas apa yang kau inginkan.
Dan tidak pernah terpikirkan olehmu bahwa kaulah yang seharusnya memahami Tuhan dan setuju dengan-Nya.




Suami-istri tinggal di sebuah rumah.
Suatu pagi suaminya pergi bekerja ke luar rumah.
Malam harinya sang suami pulang ke rumah. Ia mengetuk pintu rumah.

Terdengar suara sang istri dari dalam, “Siapa di situ?”

Suami pun menjawab, “Ini aku, kekasihmu..”

Sang istri pun membukakan pintu seraya menyambut sang kekasih dengan senyuman dan pelukan mesra.

---------
Begitu pula dengan kau dan Tuhan.
Suatu hari kau akan pulang ke rumahmu yang juga rumah-Nya.

Kau mengetuk pintu rumah dan akan terdengar suara dari dalam, “Siapakah itu?”

Lalu kau akan menjawab apa?




Apa pun pekerjaanmu atau karyamu, berbuatlah dan hasilkan yang maksimal, lebih dari hanya ‘sekadar’, lebih dari hanya ‘memenuhi syarat.’
Saksikan apa yang akan terjadi kemudian.




When you start to realize your ideas, NO ONE believes in you.
When you succeed the first time, everyone says you’re just lucky.
When you succeed the second time, everyone wishes they did what you did and start following you.
You’re on FIRE!
No one can steal anything from you!




If life is a Poem, then God must be a Poet.
Whenever I pray, He replies to me with the beauty of life itself.
-----
Jika hidup adalah puisi, maka Tuhan pastilah Sang Penyair.

Setiap kali aku berdoa, Dia menjawabku dengan keindahan hidup ini.




Jika ada satu saja perayaan dalam hidupku, apakah itu? Apakah yang aku rayakan?
Dirimu! Kaulah alasan aku merayakan hidupku.
Terima kasih telah hidup untukku mencintaimu.
-----

If there is one celebration in my life, what would it be? What would I celebrate?
You! You are my celebration of life!
Thank you for being alive for I can love you.




Mencintaimu bagai hati tertusuk pedang api.
sejuk membakar, panas membekukan
aku melihat dalam pejam
berjalan dalam gelap
aku mati sebelum mati.




Tanganku bisa kugunakan untuk menamparmu dan untuk membelaimu.
Keduanya adalah kualitas diriku. Aku akui dan menerimanya.
Tetapi aku memilih untuk menggunakan tanganku untuk membelaimu.
Karena AKU mencintaimu.




Diriku ini hanyalah jasad, diam, mati, tak bermakna.
Jika kau melihat diriku tampak hidup, bergerak, menyapamu, tersenyum dan mencintaimu, itu semua adalah perlakuan Tuhan terhadapmu.




Kala aku tersenyum padamu, seluruh alam turut tersenyum padamu.
Bahkan pohon-pohon merunduk bersama kedatanganku.
Aku adalah cahaya yang menyambutmu setiap pagi. 
Aku adalah angin lembut menyeka rambut yang menutupi wajahmu, sehingga aku dapat melihat senyummu.
Aku di sini, wahai kekasihku.
Hadirku adalah hadirmu.
Di sini, setia, selamanya.




Many people want to go to heaven someday when they die.
But I am living my heavenly life every single day gratefully and with widest smile.
Bring heaven now and share it.
——-
Banyak orang ingin ke surga kalau mereka mati.
Tetapi saya sudah merasakan surga setiap hari dalam hidup saya dengan penuh syukur dan senyuman.
Bawalah surga sekarang dan bagikan.




Mengapa Kau berikan aku tangan yang tak pernah bisa berhenti menulis mengenai keagunganMu?
Mengapa Kau berikan aku mulut yang tak pernah bisa berhenti memanjatkan syukur padaMu?
Mengapa Kau berikan aku hati yang tak pernah bisa berhenti merindukanMu?
Kau mabukkan aku dengan Keagungan, Keberlimpahan, dan KerinduanMu.




Janganlah gugah aku, karena aku melihatmu dalam pejamku.
Janganlah pula memintaku berpejam, karena aku melihatmu di dalam jagaku.
Biarkanlah aku terpejam dalam jagaku,
dan terjaga dalam pejamku, 
agar aku selalu senantiasa bersamamu.




Anggur sebanyak lautan tak mampu mengalahkan kemabukanku padaMu.




Mengapa kau meminta agar semuanya terjadi sekarang?
Sedangkan Tuhan tidak terburu-buru.




Batu tidak dapat menyerap air. 
Spons menyerap air.
Hati yang keras tidak akan dapat memahami.
Hati yang lembut akan mudah memahami.
Lembutkan hatimu untuk memahamiku.




My heart is a vast field where beautiful flowers like you can blossom and grow. 
You make me beautiful.




Kebanyakan manusia hanya mau mendengar apa yang ingin mereka dengarkan.
Lalu bagaimana aku bisa menyampaikan berita baik ini?




Masa depan mempengaruhi masa sekarang.
Bukan sebaliknya.




Jika kita hendak pergi ke suatu tujuan, maka tujuannya lah yang hadir kepada kita, bukan kita yang bergerak ke tempat tujuan itu.




Kebenaran hakiki itu bersifat absolut dan berlaku dimana saja di alam ini, tanpa kecuali, dan kekal adanya.




Ingin hidup tenang, tentram dan damai?
Pahami yang esensial saja.




Hatimu berhak berbahagia.
Tetapi egomu melarangnya.
Dan kau selalu berpihak pada egomu.
Mengapa?




Bisakah api menyala spontan tanpa sebab?
Tidak, tetapi Cinta Kasih Tuhan bisa.
Di Hatimu.




Tangan kiriku menggandeng pada tanganmu.
Kananku pada Tuhan.




Hanya dengan paham maka terjadilah segala sesuatunya dengan sesuai.
Bila tidak, maka kau memahami sesuatu yang salah.




Tuhan itu Singular. 
Memahami Tuhan adalah memahami Yang Singular.
Memahami Yang Singular adalah melepaskan persepsi dualitas keduniawian kita.





Tidak ada baik, tidak ada buruk.
Yang ada hanyalah sesuai dan tidak sesuai.




Menjanjikan sesuatu yang bukan miliknya adalah penipuan. 
Seperti menjanjikan surga dan neraka.




How big your dream is, determines how big a man you are.




I only speak the truth. Nothing but the truth.
Even the truth hurts you deeply.
You have to deal with it.




Tuhan hanya bisa dipahami setelah kau memahami dirimu sendiri.




I suggest you stop worshipping God, and start Feeling God.
-----
Cukuplah sudah kau memuja Tuhan, sekarang mulailah merasakan Tuhan




Cukuplah sudah kau hidup berjauhan dari Tuhan.
Sekarang mulailah hidup bersama Tuhan.




Kalau kau tidak membuka hatimu untukku, aku yang akan mematahkan hatimu, merobeknya, membukanya, dan memasukinya!




Kamu cukup membuktikan keberhasilanmu SEKALI saja. Setelah itu yakinnya jadi 100%.




Tuhan tidak akan muncul selagi masih ada syarat darimu untuk-Nya.




Jika ucapanku membingungkan dan menyiksamu, aku berjanji akan menjaga ucapanku.
Aku adalah spiritualist yang akan selalu membawa kabar bohong untukmu.




Tuhan adalah kekasihku.
Apa yang Dia bisikkan kepadaku, kau tidak perlu tahu.
Akan kujaga ketat rahasia-Nya.




Aku adalah rahasia-Nya.
Dan Dia adalah rahasiaku.




Perbanyaklah mendengar Tuhan ketimbang mendengar manusia.
Pandanglah hidup melalui pandangan-Nya.




“Tuhan adalah sesuai persepsi manusia pada-Nya.”
Dan bagiku, diriku adalah sesuai persepsi Tuhan kepadaku. Biarkan Tuhan yang menjalankanku.




Merusak sesuatu lebih cepat ketimbang membuatnya.
Membuat sesuatu yang buruk lebih mudah & cepat ketimbang membuat yang indah.
Tekun dan bersabarlah.




Walaupun yang kau lantunkan itu ayat-ayat illahi, tetapi kalau sumbang suaramu, sebaiknya kau bisikkan saja perlahan ke telingaku.




Betapa merdunya suaramu.
Sudikah kau lantunkan ayat-ayat illahi untukku?




Setiap ucapanmu adalah untaian ayat suci. 
Damainya hati ini berada di sisimu mendengarkanmu.
Kaulah sang illahi.




Egomu menuntut pembuktian berkali-kali untuk sebuah kebenaran.
Sedangkan hatimu hanya menunggu sekali saja.




Surga dicapai bukan setelah kau mati. Tetapi selagi kau masih hidup.




Tidak perlu mengajarkan orang untuk masuk surga.
Jadikanlah hidupmu dan keberadaanmu surga bagimu dan orang lain, sekarang.




~ Erianto Rachman ~

Tidak ada komentar: