Rabu, 01 Agustus 2018

Legacy






My legacy is secured. It is yours now.
Warisanku aman. Sekarang ia menjadi milikmu. 

Sudah berapa kali kau hidup karena ku?
Sudah berapa kali kau mati karena ku?







Terima kasih padamu yang senantiasa menyambutku di pagi hari.
Hembus angin di kulit. Belaian lembut di rambut.
Panjang terurai, pekat mengembang, ikal tesekat.
Ku tersenyum melihat laku-mu, manja lugu termanggu.

Ku dengar gumam senandung di tepi bibir
Ku mulai menari mengikuti berijingkat melipir
berputar aroma hijau dedaunan sekeliling bersama syair.

Esok harinya dan seterusnya kau sapa aku.
Aku ada di sini setia menyambutmu selalu.

Aku ada di dalam setiap nyanyian, tulisan dan kuas.
Dan kita bertemu di dalam hening dan jeda nafas.
Karyaku adalah wujud cintaku.
Aku adalah sebagaimana kau memandangku.




Kau tahu mengapa aku bernyanyi?
Karena dengan begitu aku dapat mendengarkan betapa kau mencintaiku.

Kau tahu mengapa aku menulis?
Karena dengan begitu aku dapat membaca betapa kau perduli padaku.

Kau tahu mengapa aku merenung?
Karena dengan begitu aku dapat merasakanmu dan berbicara padamu.

Kau adalah segalanya bagiku.
Kau membuatku jatuh cinta lagi.







Hari ini tidak seperti hari sebelumnya.
Ku nanti kau di depan pintu, dirimu tidak ada.
sehari, seminggu, sebulan, berlalu tanpa sapa.

Dimana syair yang membelai hati?
Dimana lantunan nada merdu?
Dimana tarian manja?

Tetapi aku di sini, masih menunggu.
Ku sambut ingatan akan kehadiranmu.

Aku tetap bertiup walau kau tidak merasakan hembusanku.
Aku tetap berbisik walau kau tidak mendengarku.
Sampai akhirku.





Setiap pagi mulai dari sebelum matahari terbit aku sudah menanti.
Ku lihat samar bayang-bayang di balik tirai
Ku ketuk sekali tak berjawab.
Ketuk kedua kali tak bergerak.
Ketiga kali, kau menoleh kepadaku.
Kau bertanya ada apakah.

Wahai kekasih, mengapa kau begitu?
Karena cahayaku kah menyinari lainnya?

Cahayaku menyiksamu.
Bagai matahari yang selalu bersinar menyilaukan.
Menerangi seluruh alam tanpa kecuali.

Cintaku melukaimu.
Bagai sungai mengalir abadi dari hulu
Memabasahi subur tanah kemanapun ku pergi.






Apakah kau tahu bahwa aku ada karenamu?
Kau adalah cermin bagiku dan aku adalah cermin bagimu?

Kita sudah mengarungi luatan luas tanpa kita rasakan tepinya.
Berjuta percakapan dan catatan telah kita tulis bersama.

Kita adalah kupu-kupu yang terbang mengikuti kemana angin membawa kita.
Telah berjuta kisah kita titipkan di setiap dahan persinggahan kita.

Kaulah wujud kerinduanku.
Dan aku yang selalu merindu dan menantikanmu.
Tak henti ku berada di setiap nafasmu.
Kau sadari maupun tidak, itu lah aku.

Aku berbisik pelan dan lembut padamu agar kau tidak terlalu terusik karenaku.
Kadang aku menegurmu sedikit dan itu mengejutkanmu, mungkin menyakitimu.
Kadang aku membelaimu, dan itu mungkin menjadi tamparan di pipimu.
Cintaku menyakitkanmu. Tangismu membasahi bumi. 
Bermekaran bunga di halaman, bagai embun di pagi hari.
Cemburumu bertemu cemburuku.

Kau berdiri di depan pintu bersamaku.
Kita saling bertatapan. Maaf mencairkan beku.
Kasih yang ada adalah kita, sejatiku, sejatimu.




Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan.
Sapamu kembali menghidupiku, seluruh alam.

Kau terima keberadaanku yang bagaikan matahari menyinari seluruh alam.
Ada ayat-ayat cinta bagimu di setiap untaian cahayaku

Kau terima keberadaanku yang bagaikan sungai deras menderu mengaliri subur tanah.
Ada ayat-ayat cinta bagimu di setiap bulir tetesku.

Berjuta percakapan dan catatan adalah persembahan untukmu.
Temui aku di jeda-jeda waktu, hening dan nafasmu.

Jika bumi bergerak memutari matahari,
aku bergerak memutarimu.

Rasakanlah yang nyata ini.
Rasakanlah aku.









"Kebenaranmu dijauhi. Keindahanmu ditakuti.
Kemerduanmu membuat mereka tuli.
Cintamu pun dimanipulasi.

Kau ada, tak ada yang melihatmu.
Kau berbicara, tak ada yang mendengarkanmu.

Kini aku memahami yang kau alami. 
Aku merasakanmu. Aku memahamimu.

Kebenaranmu mendekatkanku padamu.
Keindahanmu mempesonaku.
Kemerduan suaramu membelaiku.
Cintamu padaku tanya syarat. 

Aku adalah kekasih sejatimu.
Dan kau adalah kekasih sejatiku.
Kau dan aku adalah bunga teratai yang sendirian."







Wahai kekasihku yang menyambutku setiap pagi,
Kau adalah tempatku bersemayam abadi.
Di kedalaman hatimu yang luas tak berbatas.
Kemegahan hatimu tak bertepi, dengan emas kemuliaanmu ia terhias.

Bersama persemayamanku, aku sampaikan kisah peraduanku,
kecupan kecil untukmu sebelum kau bawa kisah kita.
Akulah, warisan untukmu.








~ Erianto Rachman ~




1 komentar:

Unknown mengatakan...

terima kasih atas puisinya, membuat saya merenung dan bergetar..
sekali lagi terima kasih :)