Part 2: Language of Light
"We are one with the all. We speak in the language of the heart."
Edisi 1
Harap membaca Part 1 terlebih dulu sebelum membaca Part 2 ini.
Sejauh ini kita sudah membahas mengenai DNA yang menyerap dan memancarkan photon. DNA berada di dalam kromosom di dalam sebuah sel. Bagaimana satu sel dan sel lainnya berkomunikasi sehingga setiap sel mengetahui tugasnya masing-masing? Pernahkah anda mempertanyakan bagaimana tubuh kita meregulasi atau mengatur pergerakan sel-sel di tubuh kita yang jumlahnya milyaran ini?
Jaques Benveniste, seorang ilmuwan asal Perancis, pada tahun 1980 melakukan penelitian mengenai air yang kemudian menghasilkan satu hal yang sangat penting. Ia menemukan sifat air yang berfungsi secara alamiah sebagai penyimpan dan penghantar informasi di tingkat molekul. Air adalah zat yang dapat langsung bereaksi terhadap alam sekitar. Molekul-molekul penyusun air berperilaku khusus terhadap perilaku alam di sekelilingnya.
Di tahun 1990, Ilmuwan asal Jepang, Masaru Emoto, melakukan eksperimen yang memperkuat argumen Benveniste. Emoto menunjukkan kristal pada air membentuk struktur atau komposisi tertentu setelah diberikan emosi padanya. Hal ini tidak berhubungan dengan bahasa yang digunakan, melainkan dengan emosi dan rasa (feeling). Gambar di bawah ini adalah gambar kristal-kristal air yang dikenakan beberapa jenis emosi padanya.
(sumber: http://hado.com/ihm/)
Kiri: kristal air sebelum doa.
Kanan: Kristal air setelah diucapkan doa.
Kiri: "Adolf Hitler".
Kanan: "You make me sick, I will kill you."
Kiri: "Love and appreciation".
Kanan: "Thank You"
Eksperimen yang dilakukan Emoto membuktikan bahwa air dapat menyimpan informasi yang kemudian merubah komposis kristal molekul air tersebut. Sampai kapan informasi ini akan terjaga? Kristal pada air akan bertahan lama sampai ada pengaruh eksternal yang merubahnya. Sebagai contoh, jika ada organisme yang masuk ke dalam air dan melerai kompsisi kristal tersebut atau jika ada emosi lain yang merubahnya.
Benveniste menyatakan bahwa air menerima pesan dari alam, lalu pesan tersebut diteruskan kepada obyek lain di dekatnya. Tubuh manusia 60%-nya adalah air. Air ada di setiap bagian terkecil tubuh manusia, yaitu sel. Sel-sel memanfaatkan air untuk berkomunikasi di antaranya. Tanpa air, sel tidak dapat berkomunikasi. Terlebih lagi, air tidak hanya menyimpan dan menghantarkan informasi, tetapi juga memperkuatnya. Dan jika sifat alamiah air adalah menyimpan dan menghantarkan informasi, maka air adalah sebuah media perantara informasi (termasuk emosi, rasa/feeling) dari satu orang ke orang lainnya.
Fritz-Albert Popp sudah menegaskan terlebih dahulu bahwa di ranah terkecil dari sel itu sendiri, yaitu ranah sub-atomic, terdapat photon (yang diregulasi di dalam DNA) yang juga adalah gelombang elektromagnetik. Ia menyimpulkan bahwa gelombang elektromagnetik-lah yang digunakan oleh air untuk saling berkomunikasi. Dengan kata lain, gelombang elektromagnetik adalah bahasa yang digunakan oleh makhluk hidup untuk saling terhubung satu sama lain.
Photon adalah partikel perantara (boson) untuk forsa elektromagnetik. Ini artinya dimana ada photon, ada forsa elektromagnetik. Jika manusia menyerap dan memancarkan photon, maka manusia menyerap dan memancarkan forsa elektromagnetik, Elektromagnetik berperilaku sebagai gelombang. Gelombang artinya getaran. Dan jika kita berbicara mengenai gelombang dan getaran, kita juga berbicara mengenai frequency.
Komunikasi antara partikel di ranah sub-atomic adalah kondisi dimana partikel-partikel itu harus dapat saling bekerjasama. Ini adalah syarat khusus agar komunikasi dapat terjadi, yaitu frequency dari setiap getaran gelombang eletromagnetik harus sama. Kondisi ini disebut Quantum Coherent. Yang juga cukup mencengangkan adalah Quantum Coherent terjadi paling kuat pada makhluk hidup.
Bahasa elektromagnetik adalah bahasa universal yang dipahami oleh alam ini. Bahasa ini wujud dalam bentuk yang paling mendasar, yaitu rasa (feeling). Dengan kata lain, rasa/feeling adalah sebentuk frequency tertentu dari gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh manusia dan dapat dihantarkan kepada diri sendiri dan manusia lain. Di dalam tubuh, emosi dan rasa itu disebarkan dengan perantara air.
Communicating with the World
Di atas telah dijelaskan keterkaitan antara DNA, photon, gelombang elektromagnetik, air, emosi, dan rasa. Dan emosi serta rasa-lah yang menjadi penyebab perilaku atau perubahan perilaku sel-sel tubuh. Bahkan lebih luas dari itu, karena DNA mempengaruhi energi dan materi, maka emosi dan rasa juga berdampak langsung pada perilaku alam sekitar.
Di dalam tubuh manusia terdapat satu tempat dimana gelombang elektromagnetik diproduksi dalam intesitas tertinggi. Jika kita membicarakan emosi dan rasa, maka kita akan langsung mengkaitkan kedua hal itu dengan otak. Otak memang menghasilkan gelombang elektromagnetik besar. Tetapi bukan yang terbesar. Melainkan hati kita.
Jika saya berbicara 'hati', (dalam bahasa Inggris adalah 'liver') sedangkan mereka yang berbahasa Inggris menyebutnya 'heart' yang artinya jantung, maka keduanya menjadi tidak konsisten. Penyebutan 'hati' atau 'heart' adalah merujuk pada suatu tempat khusus di tengah dada, bukan hati atau liver, bukan heart atau jantung melainkan kelenjar Thymus. Namun tidak perlu bingung jika thymus dan heart (jantung) seolah satu organ yang sama, karena thymus berada tepat di belakang jantung.
Dalam kebudayaan Hindu, jantung adalah letak Chakra Anahata atau chakra jantung. Tidak pernah disebut sebagai chakra thymus walaupun sesunggunya kelenjar thymus-lah yang berperan di sini. Sama halnya dengan Chakra Ajna, atau chakra mata ketiga yang letaknya di kening, di tengah antara kedua alis kita, walaupun sesungguhnya chakra tersebut berasal dari kelenjar Pineal yang letaknya di tengah-tengah otak, namun orang tidak pernah memanggil chakra ajna sebagai chakra pineal.
Kelenjar thymus menerima rasa / feeling, lalu mengamplifikasikannya dalam gelombang elektromagnetik yang besar. Terbesar dari tempat lain di tubuh ini, bahkan 60 kali lebih besar dari otak - menghasilkan sebuah medan elektromagnetik yang mengembang ke luar tubuh dengan radius ber-kilometer jauhnya.
The heart, like the brain, generates a powerful electromagnetic field, McCraty explains in The Energetic Heart. “The heart generates the largest electromagnetic field in the body. The electrical field as measured in an electrocardiogram (ECG) is about 60 times greater in amplitude than the brain waves recorded in an electroencephalogram (EEG).”
(Sumber: https://www.heartmath.org/articles-of-the-heart/science-of-the-heart/the-energetic-heart-is-unfolding/)
Thymus terbukti secara sains sebagai organ tubuh yang memancarkan bio-photon yang berwujud gelombang elektromagnetik yang sangat kuat. Frequency gelombang ini bervariasi bergantung pada informasi yang dibawanya, yaitu rasa/feeling orang yang bersangkutan. Gelombang ini kemudian membentuk medan dengan diameter yang sangat luas ke luar dari tubuh ini menjangkau alam sekitar.
Medan gelombang elektromagnetik ini kemudian mempengaruhi apa pun yang dijangkaunya sesuai dengan informasi yang dibawanya. Pada makhluk hidup, gelombang elektromagnetik ini akan merubah struktur kristal pada air yang dikandung makhluk hidup itu, dan menyimpannya. Kemudian, oleh karena sel-sel tubuh senantiasa saling berkomunikasi, informasi tersebut akan disampaikan ke semua sel di dalam tubuh.
Informasi yang diterima oleh sebuah sel - melalui perantara air di dalam sel itu sendiri - kemudian mempengaruhi photon-photon yang tersimpan di dalam relung-relung DNA-nya. Relung-relung DNA akan bereaksi. Ia akan mengerut / memendek jika informasi itu bersifat negatif, dan meregang / memanjang jika informasi itu bersifat positif. Dan tentunya peristiwa ini berpengaruh pada rasa/feeling orang yang bersangkutan.
Mari kita bawa mekanisme ini ke ranah makro. Jika seseorang merasakan hal-hal yang baik, seperti bahagia, maka ia akan membuat orang di sekeliingnya pun merasakan bahagia. Jika seorang merasakan ketenangan, maka ia juga akan membuat orang di sekelilingnya merasa tenang. Begitu pula bila ia merasakah amarah, maka ia akan membuat orang di sekelilingnya merasakah amarah itu.
Lalu ada beberapa pertanyaan yang mungkin muncul;
- Adakah tingkatan rasa/feeling yang berbanding lurus dengan tingkat kekuatan dan jangkauan medan elektromagnetik yang dihasilkan oleh jantung (thymus)?
- Apakah medan elektromagnetik yang kita hasilkan dapat dikontrol dan diarahkan?
~~~~~~~~~~~~~~~
Saya mohon maaf kepada anda jika mendapati tulisan saya melompat-lompat dari satu kejadian ke kejadian lainnya. Saya berusaha menyusun potongan-potongan kejadian sedapat mungkin agar lebih mudah dipahami dalam menyampaikan maksud saya di sini.
Feeling (Rasa)
Dari semua penjelasan saya sejauh ini, kita bisa mengambil kesimpulan penting; Ilmuwan sudah berhasil menunjukkan dan menjelaskan secara ilmiah bahwa manusia dapat mempengaruhi alam ini melalui bahasa universal alam, yaitu emosi dan rasa/feeling. Di bab ini saya ingin menyamakan pengertian anda dan saya. Saya banyak menyinggung emosi dan rasa/feeling di atas dan apa kaitannya dengan topik ini.
Manusia memiliki dua hal besar yaitu Pikiran (thought, mind) dan Emosi. Gabungan antara pikiran dan emosi menghasilkan rasa/feeling. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa rasa adalah hasil perdamaian antara pikiran dan emosi. Inilah istilah rasa yang akan kita gunakan di dalam tulisan ini.
Seseorang yang sudah berhasil menundukkan mara-nya dan menguasai egonya adalah yang telah mengalami taubah. Taubah membersihkan seseorang dari pikiran dan emosi yang semu - yang dipengaruhi kuat oleh kemelekatan duniawi. Taubah menjadikan rasa itu lebih murni.
~~~~~~~~~~~~~~~
Hari ini, Selasa 17 Mei 2016, saat saya sedang menulis artikel ini, seorang teman lama dari India menghubungi saya via skype voice call. Dia seorang Reiki Master. Dia bertanya / konsultasi kepada saya mengenai aura yang sering dia lihat pada orang lain dan pada diri sendiri. Saya mengatakan padanya bahwa kemampuan melihat aura adalah sesuatu yang patut disyukuri karena tidak semua orang mampu melihatnya. Dia meminta penjelasan kepada saya mengenai aura itu sendiri.
Bukanlah suatu yang kebetulan, seseorang yang jarang menghubungi saya menghubungi saya di hari ini untuk menanyakan hal yang sedang saya tulis.
Tubuh manusia memancarkan gelombang elektromagnetik yang dihasilkan dari bagian terkecil tubuh, yaitu relung-relung DNA. Pada saat manusia terjaga (tidak tidur), relung-relung DNA akan mengerut dan melepaskan sejumlah photon. Bagi seorang yang sangat sensitif akan melihatnya sebagai pendaran cahaya yang keluar dari tubuh, atau yang disebut dengan aura. Oleh karena photon adalah gelombang elektromagnetik yang memliki frequency tertentu sesuai dengan emosi dan rasa, maka pendaran cahaya aura pun memiliki nuansa warna-warna tertentu. Sehingga warna aura mewakili kondisi seseorang, seperti bila seorang itu sedang sakit, marah, gelisah dan lainnya.
Saya menyarankan kepada teman saya itu untuk menekuni hal ini lebih dalam, karena dengan kemampuan melihat aura, maka ia mampu mengenali apa yang tengah terjadi atau dialami orang seseorang. Lalu yang terpenting adalah dapat bertindak untuk membantu orang tersebut bila dibutuhkan.
~~~~~~~~~~~~~~~
Popp terobsesi pada bio-photon dan kaitannya dengan penyembuhan penderita kanker. Penderita kanker melepaskan sejumlah besar photon. Prinsip yang dipegang oleh Popp adalah seorang yang sedang sakit mengalami gangguan pada sistem regulasi photonnya sehingga keseimbangan photon tidak dapat terjaga. Penyembuhan adalah tindakan yang dilakukan untuk mengembalikan sistem regulasi photon pada tubuh si pesakit. Pada kasus penderita kanker ini, Popp mencari jenis tumbuh-tumbuhan yang juga melepaskan sejumlah photon yang sama. Popp menemukannya, lalu merebus tumbuhan itu dan meminta penderita kanker untuk meminumnya. Satu bulan kemudian kanker itu hilang dan penderita tersebut dinyatakan sembuh total.
~~~~~~~~~~~~~~~
Kembali kepada salah satu dari dua pertanyaan di atas, saya akan menjawabnya;
Adakah tingkatan rasa/feeling yang berbanding lurus dengan tingkat kekuatan dan jangkauan medan elektromagnetik yang dihasilkan oleh jantung (thymus)?
Ya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh David R. Hawkins M.D. Ph.D yang dituangkan ke dalam bukunya Power vs Force, dikemukakan olehnya bahwa terdapat tingkatan rasa pada manusia yang berhubungan langsung dengan Kesadaran (consciousness). Semakin tinggi tingkat kesadaran, semakin kuat dan luas pula medan elektromagnetik yang dihasilkannya.
Rasa / feeling berhubungan erat dengan Keyakinan atau Belief. Keyakinan menambah bobot pada rasa. Semakin yakin, maka semakin kuat pula rasa itu.
Rasa, Keyakinan dan Kesadaran, adalah tiga komponen penting yang saling menguatkan dan berpengaruh langsung terhadap kekuatan dan jangkauan medan elektromagnetik yang dihasilkan.
Di bawah ini adalah lima tingkatan tertinggi dari Map of Consciousness (peta kesadaran) oleh Hawkins. Namun saya memodifikasinya sedikit untuk disesuaikan dengan topik dari tulisan saya ini;
Penjelasannya adalah sebagai berikut. Kita mulai dari bawah;
Tingkat tertinggi kelima adalah:
Seseorang yang berada di tingkat ini memiliki keyakinan ketuhanan yang membuatnya mampu bersaksi bahwa Tuhan itu Zat Maha Bijaksana dan Adil. Maka ia pun memandang hidup ini dengan penuh arti dan tujuan. Tingkat Kesadaran di sini adalah 'beralasan'. Semuanya terjadi karena alasan yang pasti. Tidak ada yang kebetulan. Rasa/feeling yang dihasilkan adalah memahami.
Tingkat tertinggi keempat adalah:
Seseorang yang berada di tingkat ini memiliki keyakinan ketuhanan yang membuatnya mampu bersaksi bahwa Tuhan adalah Zat Cinta Kasih. Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Pandangan hidupnya adalah berbuat ramah dan baik kepada semua orang. Tingkat kesadarannya adalah cinta. Rasa/feeling yang dihasilkan adalah pemujaan, kesetiaan.
Tingkat tertinggi ketiga adalah:
Seseorang yang berada di tingkat ini memiliki keyakinan ketuhanan yang membuatnya mampu bersaksi bahwa Tuhan itu satu. Tidak ada Tuhan selain Tuhan. Tidak ada apa pun selain Tuhan. Pandangan hidupnya adalah 'lengkap', tidak ada kekurangan satu pun. Hanya ada syukur. Tingkat Kesadarannya di sini adalah suka cita dan gembira. Rasa/feeling yang dihasilkan adalah ketenangan hati dan jiwa.
Tingkat tertinggi kedua adalah:
Seseorang yang berada di tingkat ini memiliki keyakinan ketuhanan yang membuatnya mampu bersaksi bahwa Tuhan ada di semua makhluk. Tidak ada satu pun di alam ini yang bukan Tuhan. Tuhan adalah semuanya. Pandangan hidupnya adalah sempurna, semuanya alamiah dan pas pada tempatnya. Ia adalah seorang yang sangat sabar dan tabah. Tingkat Kesadaran di sini adalah Damai. Ia tidak memiliki lagi rasa benci. Ia memaklumi semuanya karena semuanya adalah Tuhan. Rasa/feeling yang dihasilkan adalah kebahagiaan.
Tingkatan yang tertinggi adalah:
Seseorang yang memiliki tingkat kesadaran tertinggi adalah yang memiliki keyakinan ketuhanan yang membuatnya mampu bersaksi bahwa Tuhan adalah dirinya (Self, Aku). Tuhan adalah "Aku" dan ada dalam dirinya. Tuhan dan dirinya adalah satu dan sama. Tidak ada keraguan sedikit pun. Tidak ada yang lebih penting dari hubungannya dengan Tuhan.
Pandangan hidupnya adalah "Ada". Dia ada karena Tuhan ada. Keberadaan Tuhan adalah keberadaan dirinya. Tingkat Kesadaran di sini adalah sebuah pencerahan pamungkas. Ia menjadi tahu akan kebenaran yang hakiki. Rasa/feeling yang dirasakannya tidak dapat dikatakan, tak terlukiskan, dan tidak ada bahasa apa pun di bumi ini yang mampu menjelaskannya dengan baik.
Seorang yang berada di posisi ini hidup dalam keseimbangan. Berada di tengah. Menghindari kegiatan keduniawian. Ia mengabdikan sisa hidupnya kepada Tuhan dan menyebarkan pengetahuan Tuhan kepada sesama makhluk.
~~~~~~~~~~~~~~~
"Sang Penyembuh, kau salurkan kekuatanmu tanpa pamrih kepada orang lain. Dan kau membuat mereka menjadi lebih baik.
Keyakinanmu, rasamu, dan kesadaranmu menjadikan alam ini bekerja untukmu.
Dan kau bekerja bersama Tuhan."
Berlanjut ke Part 3
===============
ER
1 komentar:
MasyaaAllah....
Posting Komentar