Senin, 02 Desember 2019

Finale




Aye, while I sleep in the Halls of Amenti, 
my Soul roaming free will incarnate, 
dwell among men in this form or another.
Ya, dalam tidurku di ruang Amenti,
jiwaku yang bebas berkeliaran akan berinkarnasi,
tinggal bersama manusia dalam bentuk ini atau lainnya.


Emissary on Earth am I of the Dweller, 
fulfilling his commands so many might be lifted.
Now return I to the halls of Amenti, 
leaving behind me some of my wisdom.
Preserve ye and keep ye the command of the Dweller:
Lift ever upwards your eyes toward the light.
Utusan di bumi, adalah aku sebagai penjaganya.
menunaikan perintah-perintahnya, sehingga banyak yang terangkat.
Sekarang aku kembali ke ruang Amenti,
meninggalkan sebagian kearifanku.
Kau peliharalah dan kau jagalah perintah dari sang penjaga:
Jagalah pandanganmu matamu tetap ke atas kepada cahaya.


Surely in time, ye are one with the Master, 
surely by right ye are one with the Master, 
surely by right yet are one with the ALL.
Pasti pada waktunya, kau adalah satu dengan Sang Master,
Pasti sesuai hakmu, kau adalah satu dengan Sang Master,
Pasti sesuai hakmu, kau adalah satu dengan Segalanya.


Now, I depart from ye. 
Know my commandments,
keep them and be them, 
and I will be with you, 
helping and guiding you into the Light.
Sekarang aku meninggalkanmu.
Ketahuilah firman-firmanku,
Jagalah dan jadilah firman-firmanku itu,
dan aku akan bersamamu,
membantu dan membimbingmu ke dalam Cahaya.


Now before me opens the portal. 
Go I down in the darkness of night.
Membukalah gerbang di hadapanku.
Berangkatlah aku ke bawah, di dalam kegelapan malam.


(The Emerald Tablets of Thoth, Tablet I: The History of Thoth, The Atlantean)




Sang anak berada di depan pintu ruang hati keempat; Arcanum, Khafi, Black, Extinction.
Masuklah ia ke dalam, gelap membalut dirinya perlahan dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Kealpaan rasa fisik satu per satu. Punah. Nafaspun sirna. Tinggallah yang selama ini tersimpan tersembunyi. Hanya itu yang ada.
Waktu berjalan melambat, hingga berhenti. Ia berada di tepian realita. Ia berada di jeda waktu. Ayunan pendulum berhenti bergerak. Di Jeda inilah tempat di antara dualitas, dimana runtuh dan punahnya persepsi. Tergantikan dengan kemanunggalan, singularitas keberadaan.

Langit membelah tebuka, masuk cahaya putih terang menyilaukan. Pohon-pohon di luar menunduk menyambut kehadiran dirinya yang sejati. Ia hadir dalam kehakikiannya. Ia pun melangkah masuk ke ruang hati kelima, ruang terakhir; Super Arcanum, Akhfa, Green, Annihilation, Absolute Truth.

Sang anak ditunjukkan kebenaran terakhir dari segalanya. Musnahnya realita yang selama ini disebut sebagai alam, sebagai hidup. Inilah akhir dari perjalanannya. Ketiadaan. Inilah kebenaran hakiki. Mutlak tak terbantahkan.

Ia telah menjadi segalanya sebagaimana segalanya adalah dirinya.
Ia telah menjadi yang satu, sebagaimana yang satu adalah asal dari segalanya.

Dia adalah aku dan aku adalah dia.
Tiada Tuhan selain Tuhan.
Tiada aku selain aku.
Pada akhirnya hanya ada aku.

Aku menciptakan realita ini. Aku menciptakan hidup. Aku menjalani hidup.
Akulah semesta. Akulah dimana semuanya eksis.
Tiada apa pun selain aku.

Aku adalah zat yang sendirian. Aku merindukan sosok serupa diriku, maka kujadikanlah aku yang lain.
Kehidupan demi kehidupan terjalani. Masa demi masa terlalui. Cerita dan kisah teralami.
Senang-susah, bahagia-sedih, manis-pahit adalah rasa yang berpasangan.
Kehidupan ada karena aku ada. Aku ada karena kehendakku.
Sudah aku mengelana hidup dalam dualitasku, sekarang aku kembali sebagai singularitasku.

ineffable.
ikhlas.
damai.





To the west sun is setting
into darkness letting moon ruling the night.
May my wisdom be preserved and forever telling,
for I return after the night turns to light.

Many days have passed, no more ink to my quill.
Lengthy stories have been written,
no more lines to spill.

Remember to keep walking
inward, self, within.
As my visible journey has ended,
begun for me all the unseen.

The stories beyond are for me alone,
Will I not write for you to know.
Secrets have all been revealed and condoned,
Into the river I jumped and with the river I flow.

Forgive my mistakes, forgive my blindness.
Let me be with the night, let me west to rest.
Thank you for your visits, thank you for your kindness.
For the next journey, forever be blessed.




~ ER ~





3 komentar:

Unknown mengatakan...

Hallo mas,
sangat bagus artikel ini!

mengenai "finale"..

apakah perjalanan akhir itu menuju ke singularitas? dan ketika berada dalam singularitas akan kembali lagi ke dualitas?

atau

apakah tempat akhir perjalanan kita itu tidak kekal? alias akan kembali lagi menjadi material rendah?

Erianto Rachman mengatakan...

Artikel Finale ini adalah artikel terakhir (final) dari saya menulis di blog.
Artikel ini berisi ucapan perpisahan saya pada pembaca saya.
Selanjutnya saya hanya menulis tanpa publish di blog atau media manapun. Dan hanya untuk lingkup kecil saja.

Perjalanan saya sudah selesai.
Bila sudah memahami akan singularitas, maka yang dualitas akan terasa tidak relevan lagi. Tidak ada penghakiman.
Begitulah saya memandang alam ini sekarang.

Ada apa setelah itu?
Itu akan menjadi rahasia saya dan Tuhan.
Karena Dia adalah Yang Maha Perahasia.

Apakah setelah mati kita akan hidup lagi? Jawabannya; Ya.
Kesadaran akan singularitas Tuhan akan hidup kembali. Yang hidup kembali tsb tidak akan kehilangan kesadarannya.

Demikian.

Unknown mengatakan...

menjadi sebuah pilihan apakah menikmati ketidaksempurnaan atau kembali ke pasar dunia.

kesadaran tuhan boleh di anggap final dan sekaligus juga menjadi dasar dalam dualitas kesempurnaan.