Senin, 04 Februari 2019

Conversations of The Mystics: Book 5




Percakapan antara seorang guru dan muridnya, Si Om dan Si Dul, Jilid ke-5.



Pecakapan antara si Om dan si Dul penuh makna yang sangat dalam, walaupun tampak agak 'ngasal'... dan sebagian memang hanya ngasal... :-)

Pecakapan semacam ini memang nyata terjadi antara saya dan pembaca saya yang datang pada saya untuk berdiskusi. Dan kami menikmati cara berbagi ilmu dengan senyuman jenaka seperti ini.

Selamat menikmati.




Kerabat

"Om, Jika hubungan kita dengan Tuhan adalah langsung, maka tanpa perantara, begitu?”

“Betul, Dul.”


"Kalau begitu, siapakah panutan Om?”

“Tuhan, Dul."

"Lalu Nabi dan Rosul Om anggap sebagai apa?”

“Kerabat.”






Emosi

"Om... Emosi saya naik turun.”

"Baguslah Dul... kalau cuma naik aja ntar nggak bisa balik lagi. Kalau turun aja namanya nyungsep.
Nikmati aja..."





Tangga

(Kadang si Om sedang males meladeni pertanyaan si Dul.)

"Om, apa yang perlu dipersiapkan untuk bisa menggapai ilmu ketuhanan yang tinggi?”

"Tangga!"





Untuk Apa?

"Om, untuk apa Tuhan menciptakan kita?” 

"Untuk bisa mempertanyakan pertanyaan yang barusan kamu tanyakan, Dul.”

(Dibuat simpel aja...)





Masalah

"Mengapa saya selalu bertemu masalah ya Om?”

"Kare
na masalah suka banget sama kamu, Dul...”






Gagal Hidup

"Aduh Om... Saya merasa gagal dalam hidup.”

Oh gitu... ok... terima kasih infonya, Dul...”

"Lah... si Om becanda aja nih... orang serius juga... Saya minta nasihat nih...”

"Karena begitu kamu merasa gagal, ya gagal-lah yang terjadi. Kamu yang menentukan hidupmu, bukan saya...
Gitu Dul...
Lagian... kalau kamu gagal hidup.. hebat ya arwahmu kok masih bisa ngomong sama saya?"





Si Dul dan Karma

(Terngiang petuah si Om...)

"Berbuatlah yang baik... Hati-hati ada balasan karma."

(Si Udin memukul, si Karma pun membalas.
Berantem deh si Udin dan si Karma...)

"Dasar si Dul... nasihat saya dipraktekkan langsung... harfiah..."






Pertanyaan Jawaban

(Hampir semua murid sudah mengetahui perangai si Om. Setiap pertanyaan yang diajukan ke si Om hampir selalu juga mengandung jawabannya sekaligus. 

Banyak orang bertanya kepada si Om, si Om sering tertegun memutuskan apakah pertanyaan itu perlu dijawab, karena sebenarnya yang dia tanyakan adalah juga jawaban yang dia cari. Dan biasanya ini yang membuat percakapan menjadi lucu dan menarik.)


Contoh;

"Om, bagaimana saya bisa bahagia selalu?"

"Ya berbahagialah selalu, Dul."


"Om, bagaimana menghargai diri sendiri?"

"Ya hargailah dirimu sendiri, Dul."


"Om, bagamana caranya agar saya tidak terpengaruh orang lain?"

"Ya jangan dengarkan dan jangan terpengaruh orang lainl h Dul...”

(Gitu aja kok repot...)






Jaminan Hidup

“Om, manusia itu pinginnya hidup mereka terjamin.”

“Iya Dul?”

“Misalnya terjamin adanya tempat tinggal, terjamin cukupnya makan, minum, termasuk jaminan kesehatan.
Bahasa kerennya, ‘secure’, gitu Om.”

“Iya Dul?”

“Gimana caranya saya bisa hidup terjamin gitu ya Om?”

“Kamu mau, Dul?
Coba kamu nyolong ayam tetangga sebelah deh... nanti saya laporin polisi.”

“Loh kok saya malah disuruh nyolong, Om?!”

“Iya ntar kan kamu masuk penjara.
Di sana hidupmu terjamin.... dapet tempat tinggal, makan, minum, dan kalo sakit dikasih obat.”

“Yaaaaah.... si Om mah ngaco ah....”

“Katanya kamu pingin hidup terjamin, Dul...
Cuma satu yang nggak bakal kamu dapatkan di penjara”

“Apaan, Om?”

“Kebebasan.”





Kolang Kaling

“Dul, kolang-kaling enak ya?”

“Enak, Om!”


“Kalau selasih?”

“Enak juga, Om!”

“Bagaimana dengan agar-agar?”

“Enak lah Om!”

“Buah-buahan enak nggak, Dul?”

“Ya ennnnaaak lah Ooom!”

“Kamu tau apa yang lebih enak dari itu semua, Dul?”

“Apa Om?”

“Kamu campur semuanya dalam satu mangkuk besar, tambahkan es dan sirup, gitu Dul!”

“Waaaaahhh ya ennaaak banget lah Om!

Rasanya pasti segar, nikmat, dan membahagiakan!”

“Begitu pula dengan manusia, Dul.
Jika mereka bisa hidup damai dalam satu mangkuk, rasanya sangat membahagiakan.”





Planning

"Lagi ngapain Dul?"

"Saya lagi buat planning, Om. Perencanaan proyek."

"Oooh... banyak banget ya Dul?"

"Sebenarnya proyek-nya cuma satu, tapi saya buat Plan A kemudian ada Plan B kalau-kalau Plan A-nya gagal. Lalu ada Plan C kalau-kalau Plan B-nya juga ga bagus hasilnya.

Trus ini saya lagi buat yang Plan D."

"ck...ck...ck... Hebat kamu Dul... sudah memikirkan semua kemungkinan kalau gagal...

Lalu mana plan yang kalau berhasil saja?"

"Maksud Om?"

"Maksud saya, Plan mana yang kamu buat yang Hanya Berhasil saja dan tidak perlu adanya Plan cadangan?"

"hmmm.... ga ada Om.. semua plan saya buat cadangannya."

"Dul, Kenapa kamu fokus hanya pada kejadian yang pasti gagal dan tidak fokus pada kejadian yang akan berhasil?

Jika pun nanti di tengah jalan ada kejadian yang menghambat, ya tinggal dirubah saja sedikit plan-nya. Fleksibel aja Dul seperti air.

Proyek-nya cuma satu, tapi plan-nya banyak.
Coba kalau plan-nya cuma satu tapi hasilnya yang banyak…"






Spiritualis

Dia adalah seorang spiritualis tanpa gelar apa pun.
Dia hanya berpakaian seadanya, kaos dan jeans.

Dia hanya dipanggil ’Om’.

Dia tidak dikenal banyak orang.
Dia sering dijumpai membahas Tuhan di warung kopi.

"Si Dul bisa aja…"






Daun Pandan

“Dul...”

“Ada apa Om???”

“Tolong belikan seikat daun pandan di warungnya Pak Eko yang di ujung, di kampung sebelah sono di balik bukit itu.
Jalan kaki Ya Dul... pulangnya atur nafas.
Harus sampai ke sini sebelum gelap ya.”

“Oh... baik Om...
Saya kira Om mau ngerjain saya lagi...”

(3 jam kemudian...)

“Ini Om daun pandannya.
Kenapa harus di warungnya Pak Eko sih Om?”

“Biar kamu gerak, Dul!
Dari kemarin kamu tidur-tiduran doang..
Gerah saya lihatnya!”

(Ternyata emang dikerjain...)






Radio Rusak

“Lagi ngapain, Dul? Klotakan aja dari tadi...”

“Lagi coba benerin radio ini nih Om... sepertinya rusak.”

“Bagaimana rusaknya, Dul?”

“Frekuensi gelombang yang jelas cuma satu, siaran berita doang.
Gelombang yang lain ga jelas kresek-kresek... padahal saya kan mau dengerin musik-musik yang asik-asik gitu Om...”

“Oo iya berarti itu radio emang udah rusak.
Trus cara benerinnya gimana, Dul?”

“Ya seperti ini nih Om... saya buka aja dan saya lihat dalamnya gimana....”

“Trus... dalamannya gimana, Dul?”

“Waaaah bagus luarnya doang nih radio, Om!.... dalamannya parah... radio udah tua juga sih ya... musti ganti komponennya nih...”

(Si Dul nunjuk sesuatu)

“Yang ini nih yang paling parah, Om... komponen untuk penerimaan gelombangnya yang rusak.”

(Si Om tersenyum...)

“Kalau manusia tidak merawat dalaman diri, nanti juga bakal jadi seperti radio rusak itu, Dul.
Luarnya aja yang hidup.... dalamannya mati.”






(Sambungan dari kisah sebelumnya.)

(Dua hari berlalu...

Mulai terdengar suara musik di rumah si Om...)

“Waaaah... udah bisa nyala lagi tuh radio!
Hebat kamu ya Dul...!”

“Saya udah benerin kemarin Om... sekarang semua gelombang bisa ditangkap. Ga ada yang luput.

Tampangya emang tua sih nih radio... tapi jangkauan penerimaannya jauh banget.
Kalau dalamnya bagus, hasilnya pasti bagus!”

(Si Om tersenyum)

“Semakin tua semakin bijak, semakin banyak yang dipelajari, dan menerima segalanya apa adanya.

Kalau dalamnya baik, luarnya pasti baik.
Dan mempengaruhi alam sekitarnya menjadi baik juga.

Begitulah…”





The Power of Belief

“Saya yakin pohon rambutan itu besok BERBUAAAAHHH!!!!!!!”

(Si Om jatuh dari kursi)
“@$%#*!! Buset!!! Lu teriak begitu bikin kage
t gua...tau ga Dul!!??”

“Saya sedang mempraktikkan Kekuatan Keyakinan nii Om... emang harus teriak gitu Om biar afirmasinya jelas...”

“Itu pohon ga pernah lo siram, ga pernah dikasih pupuk, ga disiangin, trus lo minta berbuah besok?? Ngaco kamu Dul!

Sono siram tu pohon, kasih pupuk, disiangin yang bersih.. yang rutin tiap hari...
ya ntar kalo udah waktunya berbuah, udah musimnya, dia berbuah sendiri. Ga usah kamu teriakin gituuuu...

Yang ada tu pohon stress rontok diteriakin terus...
Tuh lihat... ayam-ayam juga pada bubar denger afirmasi kamu…”





Dog-ma

(Terdengar sayup-sayup teriakan-teriakan ini, dari kampung di bawah.)

"Awas itu dosa nanti!"
"Awas syiriq itu
..!"
"Awas itu perbuatan penghuni neraka!"

"Bagus itu.. pahalamu banyak."
"Bagus perbuatanmu itu di jalan Tuhan."
"Amalmu itu jamininan penghuni surga."

(Si Dul gerah lalu dia nyolot...)

"Bentar... bentaaaaar...!

Kapan saya dihargai atas kualitas murni diri saya yang tulus dan tidak pernah mendambakan imbalan atau pun takut akan hukuman?"

(si Dul ngedumel sendiri sambil masuk ke rumah...

Si Om cekikikan sendiri di pojokan.. sambil bergumam,)

"Bagus Dul... ga percuma kamu gangguin saya saban hari di mari…"





Air Hujan

“Om, hujan itu kan rejeki ya?”

“Bener Dul... rejeki yang turun cuma-cuma dari Tuhan...”

“Lah kok orang pada pake payung, Om?”

(Si Om berkata dalam hati... 
“Nah si Dul mulai usil deh...”)

“Jadi harusnya gimana, Dul?”

“Mangap aja ke atas... minum tu aer dari langit... kan Om?”

(Si Om, dalam hati,
“Nah kan.... dasar bocah koplak...”)

“Ya udah... gih lo keluar mangap sono noh... mumpung lagi ujan deres, Dul!
Kamu mangap, saya ambil ember yang banyak untuk nampung air hujannya.
Ntar kita lihat siapa yang lebih banyak nampung rejeki ini yak...?!

Nampung rejeki juga boleh pake mikir kali Dul... kita pan punya otak...
Lu mangap gitu ntar kembung ama masup angin doang jadinya…!”





Wawancara

(Dengan sangat terpaksa... suatu hari si Om menghadiri undangan wawancara bertemakan spiritual)


----------

Penanya: "Apakah ciri-ciri orang yang mendapat hidayah?"

Si Om: "Mesem-mesem sendiri dan suka usil."

Penanya: (??? hhmmmm....)

Penanya: "Jika apa yang diterimanya dari Tuhan ia abadikan dalam bentuk tulisan, seperti apakah bentuknya?"

Si Om: "Kitab lawakan."

Penanya: (??????? hhhhhmmmm....)

Penanya: "Apa pesan yang ingin anda sampaikan kepada pemirsa?"

Si Om: "Jangan bertanya kepada orang usil.”






Printer

(Crieeeeettt.... crieeeeetttt
Suara printer. Si Dul lagi numpang ngeprint di rumah si Om.)

“Wah si Om... mentang-mentang orang spiritual... tinta printernya aja warna putih... ga keliatan hasil cetakannya... putih semua.”

“Eh Koplak... itu printer bukan pake tinta putih... tapi tintanya yang abis... kamu tiap hari ngeprint di mari mulu...

Beli dulu gih!

.... Ni bocah kadang pinter kadang blo’on….”





Mimpi

(Hari 1)

"Om, tadi malam saya mimpi setan. Serem banget..."

"Ga usah dipikirin Dul, semakin kamu pikirin, merasa seram, takut, semakin nyata dia."

-----

(Hari 2)

"Om, tadi malam setanya muncul dari cermin kamar. Padahal saya tidak tidur.. hanya setengah sadar aja... hiiiy.. serem Om!"

"Ga usah dipikirin Dul, semakin kamu pikirin, merasa seram, takut, semakin nyata dia."

-----

(Hari 3)

"Om, tadi malam setannya bisik-bisik di telinga saya... serem banget Om!.... gimana ini....?"

"Asalnya dari dririmu sendiri. Semakin kamu pikirkan, setan itu semakin nyata....
Bahkan hari ini udah nyata banget dia...."

"Hah!!!... masa sih Om???? Om bisa lihat juga???!!"

"Iya jelas banget Dul... ini dia lagi ngomong sama saya…"






Persepsi

"Om... Bagaimana mengetahui apakah sesuatu itu hanya persepsi saya saja atau sebuah kebenaran hakiki?"

"Dul... Jika persepsi itu berlaku bagi semua makhkuk, maka persepsi itu adalah sebuah kebenaran hakiki. Jika tidak berlaku bagi semua makhluk maka itu hanya persepsi saja.

Contoh:
Ada yang takut jalan malam hari karena gelap dan sepi.
Ada yang tidak takut gelap dan sepi.

Maka TAKUT akan gelap dan sepi adalah sebuah PERSEPSI.
Karena ia tidak berlaku bagi manusia lain.

Ngerti, Dul?"






Masih mengenai Persepsi...

"Walaupun sudah saya katakan ratusan kali bahwa 'musuh terbesar manusia adalah PERSEPSI', ternyata banyak yang tidak paham.

Bahkan ketika seseorang baru saja menyatakan dirinya 'paham' akan hal itu, sehari kemudian dia masih mengeluh akan suatu masalah yang sangat menyakitkannya, yang inti sesungguhnya adalah masalah persepsi."

"Apa contohnya, Om?"

"Yang paling umum adalah:

1. Terusik oleh pendapat orang lain terhadap dirinya.
2. Sakit hati, kecewa karena difitnah.
3. Putus asa karena belum kawin.
4. Takut dan Takut dosa.
5. Merasa terusik bila orang lain berperilaku berbeda dengan dirinya."





Spirit

"SPIRIT itu kalau dalam bahasa inggris bisa digunakan untuk menyebut roh halus atau hantu... kayak di film-film... gitu Om...

Berarti Spiritualist adalah orang yang mempelajari hantu.
Pelaku Spiritual artinya orang yang berkelakuan Hantu."

"Ngawur-mu kebangetan, Dul...!"






Tuhan Maha Besar

(Di suatu pengajian...)

“Tuhan itu Maha Besar” (Ucap para hadirin. Mereka sepakat akan kalimat itu.)


(Si Om berkata)
"Artinya, tiada yang lebih besar dari Tuhan. Betul?"

"Tentu saja...!" (Ujar mereka serentak dengan penuh semangat.)


(Si Om melanjutkan)
"Maka Tuhan tidak mungkin berada di suatu tempat / ruang. Karena jika demikian, maka Tuhan bukan yang paling besar! 
Betul?"


(Di sini hadirin tampak mulai bingung.)

(Si Om bertanya lagi)
"Lalu dimana Tuhan menciptakan segalanya ini?"

(Mereka sem
akin bingung.)

(Si Om berkata)
"Tuhan menciptakan seluruh alam ini di dalam-Nya sendiri!"

(Hadirin pun menyudahi percakapan ini dan pergi sambil memandang si Om aneh.


"Hmmm.. coba kamu yang jawab deh Dul…"






Mengenai Tuhan

“Tuhan itu dapatkah dilihat dengan mata?”

“Tidak.”

“Tuhan itu dapatkah didengar dengan telinga?”

“Tidak.”

“Tuhan itu dapatkah disentuh?”

“Tidak, Om. Tuhan itu dilihat, didengar dan dirasakan kehadiran-Nya di dalam hati.”

“Bagus. Maka, pejamkanlah matamu, tutuplah telingamu, dan berdiamlah dalam kesunyian. Begitulah kau merasakan Tuhan.
Begitu, Dul.”






Ikan

“Dul, coba kamu jawab ini; makhluk apa yang paling tidak tahu mengenai air?”

“Hmmm... ga tau, Om.”

“Jawabannya adalah ikan.
Karena ikan sejak awal hidup sampai matinya berada di dalam air. Mereka tidak pernah sadar bahwa mereka eksis di dalam zat yang disebut sebagai air.”

“Hmmm.... iya juga ya Om...”

“Nah... Dul, sekarang... makhluk apa yang paling tidak tahu mengenai Tuhan?”

“Wah... susah nih Om...”

“Jawabannya adalah manusia.”

“Kok manusia sih, Om? Kita kan tau adanya Tuhan?!”

“Dul.... Manusia tidak sadar bahwa sejak dari awal hiidup sampai matinya, eksis di dalam Tuhan.
Bahwa segala sesuatunya di alam ini, adalah Zat Tuhan.
Bagi mereka, Tuhan itu jauh.”






Surga

“Dul, kira-kira surga itu bagaimana menurutmu?”

“Waaah... surga itu hanya ada damai, tenang, nyaman, tentram, penuh suka-cita, bahagia, dan tidak ada kekurangan, segalanya berkelimpahan, Om.”

“Bagaimana hidupmu saat ini, Dul?”

“Saya....hmm .. saya sudah di surga, Om.…”






Melukis

“Dul, coba kamu ambil selembar kertas kosong.”

(Dul mengambil selembar kertas kosong dan meletakkannya di atas meja)

“Sekarang ambilkan sekotak pinsil warna itu.”

(Dul pun mengambil sekotak penuh pinsil warna-warni dan meletakkannya di atas meja)

“Sekarang dengan menggunakan pinsil warna itu, gambarkan UNTUK SAYA sesuatu yang indah di atas kertas itu.”

(Setelah 10 menit)

“Sudah nih, Om... indah kan..?”

“Yang indah bagimu belum tentu indah bagi saya, Dul.
Coba kamu teruskan gambarmu.. buatlah gambarmu menjadi lebih indah.”

(20 menit kemudian)

“Sudah saya tambahkan macem-macem nih Om... wow sekarang tambah indah!”

“Yang indah bagimu belum tentu indah bagi saya, Dul.
Coba kamu teruskan gambarmu lagi... buatlah menjadi semakin indah.”

(40 menit kemudian)

“Naaaah! Ini baru kerreeeennnn, Om!”

“Yang indah bagimu belum tentu indah bagi saya, Dul.
Dan sekarang coba lihat, kertasmu menjadi penuh torehan pinsil warna saling tumpang tindih... menurut saya gambarmu menjadi semakin ga karuan.
Coba ambil selembar kertas putih lagi, lalu mulailah menggambar dari awal.”

(Dul pun sambil berpikir keras mengambil selembar kertas putih kosong kembali dan meletakkannya di atas meja. Kemudian ia terdiam lama)

“Mengapa tidak kau gambar, Dul?”

“Putih polos begini ternyata sudah indah, Om... kalau hanya menggambar demi memenuhi keinginan orang lain, kertas saya malah hanya jadi kotor saja.”

“Hehe... bagus, Dul…”






Warung

“Kita patut bersyukur karena masih bisa membeli kebutuhan kita sehari-hari di warung. Bayangkan mereka yang tidak mampu, kasihan kan, Dul...”

“Tetangga saya ga mampu beli apa2, Om. Kasihan mereka...”

“Kasihan mereka ya Dul...”

“Warungnya tutup, Om...
Dah malem...”






Tampang Serius

“Mas, tampangmu tuh serius... ngga nyangka kalo sampeyan yang nulis kisah garing si Om dan si Dul itu...

Ga cocok blas deh...
Dan sepertinya ga ada relevansinya dengan kisah nyata sehari-hari...”

“Oo gitu ya...
tapi kamu ngerti kisah si Om dan si Dul itu?”

“Ya ngerti lah mas....”

“Baguslah, Dul kalo kamu ngerti.”

(Kisah nyata sehari-hari, kan?)






Belok

“Dul, pakai sepeda, tolong hantarkan barang ini ke kota ya. Hati-hati... Lambaikan tangan kananmu bila hendak belok ke kanan, agar orang di belakang tau.

Jangan gunakan tanga
n kiri!”

“Kenapa dengan tangan kiri, Om?”

“Kalau pakai tangan kiri ya susah lah... gimana melambaikannya, Dul?”

“Kalau belok kiri, Om? Pakai tangan kiri?”

“Ga perlu melambai. Belok kiri langsung!”






Susah dan Senang

“Om, mengapa hidup ada susah dan senang?”

“Dul, mengapa alam ada siang dan malam?”

“Ah, siang dan malam itu alamiah aja dong, Om!”

“Ah, susah dan senang itu alamiah aja dong, Dul!”






Lukisan

“Lihat lukisan itu, indah ya Dul.”

“Iya lukisan yang sangat indah dan sempurna tanpa cela.”

“Nah sekarang coba kamu lihat lukisan itu dari dekat. Kira-kira 5 cm dari wajah kamu.”

“Ya ga kelihatan dong lukisannya, Om.
Saya hanya melihat kerak-kerak, debu dan jelek.”

“Ya... lukisan tampak indah kalau dilihat dari jarak yang cukup. Kalau dari dekat terlihat kasar, ruwet dan jelek.

Begitu pula dengan perilaku kebanyakan orang di sekitar kita, mereka memandang hidupnya dari jarak pendek. Hidup tampak ruwet dan banyak masalah.

Seandainya mereka mau berusaha memandang dari tempat yang lebih tinggi, hidup sudah baik apa adanya.”





Perjalanan Spiritual

“Om, bagaimana perjalanan spiritual itu?”

“Ah kamu kan sudah tau, Dul... kok nanya lagi?”

“Saya ingin penjelasan yang sederhana saja, Om.”

“Hmmm.... baiklah...

Perjalanan spiritual itu membawa seseorang pada kondisi di tengah, seimbang. Karena di dalam keseimbangan itulah dia bisa merasakan Tuhan.

Kanan maupun kiri berkedudukan sama baginya. Benar - salah, baik - buruk, surga - neraka adalah sama dan diterimanya sebagai bagian dari Tuhan.

Dan satu lagi, Dul... tiada sesiapa pun yang dapat memahami hubungan dia dengan Tuhan. Hubungan itu terjalin langsung tanpa perantara. Hanya dia dan Tuhan yang tau.”


“Hmmm terima kasih penjelasannya, Om... tapi hmm... masih terlalu ruwet... bisa lebih singkat dan sederhana lagi, Om?”


“Dasar bocah... masih kurang sederhana gimana sih... gini aja deh... mungkin kamu lebih ngerti ini;

Pejalan Spiritual itu seperti Supir Bajaj!
Duduknya di tengah seimbang, dan kalo mau belok kanan atau kiri cuma dia dan Tuhan aja yang tau.

Lo narik bajaj sono dah... pasti nemu Tuhan!”






Murung

“Mengapa kamu kok murung begitu, Dul?”

“Iya Om, saya lagi sedih, kesel, kenapa hidup kok susah banget ya?!”

“Kamu tadi pagi udah makan?”

“Sudah, Om...”

“Lalu, susahnya hidup itu yang mana, Dul?”






Pejalaran Meditasi

(Si Om sedang mengajarkan si Dul cara meditasi)

“Meditasi itu seperti balon udara. Semakin bebannya kau buang, semakin ia dapat terbang tinggi.

Selagi masih ada beban pikiran di dalam otakmu, meditasimu hanya sekedar memejamkan mata saja.

Begitu, Dul.”


“Hmm... beban pikiran ya Om... beban itu kan pikiran yang tidak bagus...
nah gimana kalau pikiran saya fokus pada yang indah-indah saja??”

“Itu namanya ngelamun, Duuuulll..!”





~ Erianto Rachman ~




Tidak ada komentar: