Selasa, 04 Oktober 2016

A Sufi's Diaries: Book 6






Diary 36:
Knowing is a Process of Transformation
Memahami adalah Proses dari Transformasi

Dikutip dari: "Wherever I Turn, I See Thy Face"
(http://human-earth.blogspot.co.id/2015/07/wherever-i-turn-i-see-thy-face.html?m=1)

Ada yang melayangkan pesan kepada saya, bahwa pencarian saya sebenarnya bisa langsung ditutup hanya dengan kembali kepada Kitab Suci. Kebenaran yang hakiki ada di dalam kitab suci dan saya seperti orang yang sedang kebingungan mencari jalan pulang. Saya hanya bisa berterima kasih kepadanya.

Namun sebagian dari kita adalah manusia yang merasa perlu melakukan transformasi kesadaran. Dan ternyata itu adalah proses yang memakan waktu lama dan berat - jatuh-bangun, membuka sangat banyak celah-celah pengetahuan yang tidak tampak sebelumnya.

Seperti seseorang yang membutuhkan selembar pakaian, cara termudah adalah dengan membeli pakaian jadi di toko. Namun ada yang memilih untuk menjahit sendiri. Karena dengan menjahit sendiri, seseorang akan mempelajari setiap langkah proses pembuatan sebuah baju sederhana, mulai dari pemilihan benang, ada banyak jenis dan kualitas benang tergantung bagaimana benang itu dibuat. Kemudian ia memilih kain. Ada sangat banyak jenis kain, kualitas, tekstur, tingkat kerapatan, kelembutan, dan lain sebagainya. Kemudian ia boleh memilih menjahitnya dengan tangan atau dengan mesin. Semua proses tersebut memakan waktu, tenaga, dan pikiran. Ia akan fokus, mencurahkan segenap dedikasi, ketekunan, dan cinta kasihnya kepada yang akan mengenakan pakaian itu. Sejalan dengan itu ia mendapatkan banyak sekali pengetahuan yang sebelumnya belum pernah ia ketahui. Pengetahuan itu selalu ada di hadapannya, namun ia tidak akan bisa meraih dan mempelajarinya jika ia tidak melakukannya. Selangkah demi selangkah. Pintu demi pintu. Hati demi hati...

Tanpa disadari, ia akan mengetahui jauh lebih banyak dari apa yang diharapkan sebelumnya. Pengetahuan itu terpadu melibatkan segala aspek kehidupannya. Ia mencapai kesadaran yang lebih baik dengan melakukan sesuatu untuk orang lain. Ia menaiki satu anak tangga dalam tingkat kesadaran, Ia melihat dan merasakan lebih banyak dan lebih baik. Di sana ada anak tangga lagi yang bisa ia naiki. Ada pintu lagi dalam ruangan itu yang menunggu untuk dibuka.

Ada kebahagaiaan di dalam kebahagiaan. Ada cinta di atas cinta. Ada cahaya di atas cahaya.

Dan dengan meraih kesadaran itu, didapatinya sebentuk esensi dari segala cara menjahit pakaian yang dilakukan orang di seluruh dunia. Karena walaupuan cara, metode, material yang berbeda, namun esensinya tetap SATU. Sesungguhnya semuanya melakukan hal yang sama. Dengan begitu ia tidak bisa lagi memandang perbedaan antara satu metode dengan metode yang lain. Di tingkat esensial, tidak ada ajaran ketuhanan di bumi ini yang berbeda.











Diary 37:
The Supreme Logic
Logika Tertinggi


Ini mengenai bahasa alam. Bahasa Rasa. Kesadaran kita menyadarkan kita kepada rasa yang ternyata adalah sebentuk bahasa untuk berkomunikasi dengan alam. Dengan Tuhan.

Tetapi banyak manusia yang akan menghadapi perdebatan logika. Karena logika yang selama ini terpatrtri di dalam otak kita harus dipaksa berubah 180 derajat, setelah memahami bahasa rasa ini.

Dan kita tahu bahwa kesadaran ini pengaruhnya nyata pada alam. 

Jika ksesadaran kita dapat mempengaruhi alam di sekitar tubuh, maka apa yang kita pikirkan langsung berpengaruh pada alam. Lebih tepatnya apa yang kita "rasa"-kan akan langsung berpengaruh ke alam semesta sekitar kita. 

Semakin tinggi tingkat kesadaran, semakin luas pengaruh rasa itu ke seluruh alam semesta. Seperti menaiki tangga. semakin tinggi tangga yang kita naiki, semakin banyak yang bisa dilihat.

"Human is agent of creation"
(Manusia adalah agen penciptaan) 
~ Llwellyn Vaughan-Lee (Sufi Master).

Manusia dan Tuhan adalah SATU. Maka manusia juga memiliki sifat2 Tuhan. Salah satunya adalah Penciptaan. Manusia adalah agen penciptaan. Manusia dapat mencipta. Cara kerjanya adalah manusia dapat secara fisik dan non-fisik mempengaruhi kondisi alam sekitar. Ini bukan teori belaka. Ini sudah terjadi sejak dulu. Dan kita bisa memanfaatkannya.

Ada satu kondisi yang menarik.
Pertanyaan: Apakah sesuatu itu ada dulu sebelum diketahui keberadaannya, atau apakah sesuatu itu diketahui dulu maka sesuatu itu jadi ada?
Mengertikah pertanyaan di atas?

Saya ganti pertanyaannya dengan analogi simple;
Apakah kau mampu kemudian bisa, ataukah kau bisa dulu kemudian mampu?

Saya ganti lagi pertanyaannya lebih simple:
Apakah kau belajar gitar dulu baru bisa main gitar, ataukah kau bisa main gitar dulu maka kau belajar main gitar?

Ingat, manusia adalah "Agent of Creation". Jadi kau bisa menciptakan sesuatu supaya sesuatu itu ADA. Kemudian dari ADA itu maka kau bisa melakukan sesuatu terhadapnya.

Jadi, ciptakanlah sesuatu itu terlebih dulu. maka kau tau sesuatu itu ada. Bukan sebaliknya. Inilah kebenaran yang hakiki.

Deklarasi terhadap kebenaran yang hakiki membawa reaksi langsung terhadap alam sekitar. Alam semesta bereaksi langsung. yang tidak terlihat menjadi terlihat. yang tertutup menjadi terbuka. Pengetahuan itu datang setelah diciptakan. Dan kebenaran Hakiki tidak bersifat demokratis. Silakan buktikan kebenarannya, maka kalian akan paham sepaham-pahamnya, dari hati.

Declare: "Saya bisa main gitar". Hasil: Kau akan belajar dan bisa main gitar.

Declare: "I am rich". Hasil; "You will do things that will make you rich.

Declare: "I am happy". Hasil: You are happy and will always be happy.

Declare: "I hope I am rich". Hasil: Nothing

Declare: "I wish I can play guitar". Hasil: You will never play guitar.

Declare: "I wish to be happy.". Hasil: You will never be happy.








Diary 38:
Where are You Heading?
Kemanakah Tujuanmu?



Kau berada di atas sebuah perahu yang berlayar.
Hembusan angin meniupkan layar perahumu.
Kemanakah tujuanmu?

Siang, matahari menyinarimu. Malam, bulan dan bintang membelaikan cahayanya padamu.
Mereka adalah saksi pelayaranmu.
Kemanakah tujuanmu?

Maafkanlah mereka yang selalu bertanya padamu kemanakah tujuanmu.
Maafkan mereka yang tidak mengetahui. 

Matahari, bulan dan bintang adalah saksimu,
tetapi mereka tidak dapat mendengarkan bahasa matahari, bahasa bulan, bahasa bintang.
Karena tidak sesiapa pun yang mampu memahami semua ini.

Hanya aku yang memahami pelayaranmu.
Maka, maafkanlah mereka yang tidak memahami.

Lepaskanlah dan bebaskanlah dirimu dari beban yang telah lalu, karena daratan di belakang sudah kau tinggalkan.
Relakanlah asalmu. Songsonglah masa depanmu yang baru, yang bersih, murni, dan yang penuh cinta.
Berbahagialah untuk dirimu yang baru.
Sambutlah tujuanmu.
Aku.

Aku adalah laut dimana kau berlayar.
Dimana pun kau berada aku selalu ada bersamamu.
Kemana pun kau menghadap, aku selalu ada di hadapanmu.
Kemanakah tujuanmu?
Aku.

Pelayaranmu adalah berada bersamaku.
Pelayaranmu tak bertepi. Karena tujuanmu adalah aku.
Akulah kebahagianmu. Akulah masa depanmu.

Aku sudah selalu berada bersamamu sejak kau layarkan perahumu.
Aku sudah ada di sini bersamamu. 

Sudah sekian lama aku memanggilmu.
Lalu dengan perlahan kau mendengarkan panggilanku.
Kau mendengar aku melalui rasa di hatimu.
Kemudian kau putuskan untuk berlayar kepadaku.

Sekarang kita telah bersama. Tak terpisahkan. Bersama selamanya. 
Akulah lautan cinta yang tak bertepi.
Akulah lautan cinta terdalam tak berdasar.

Kemanakah tujuanmu?
Aku.








Diary 39:
Synchronicity
Keselarasan


Prinsip 1: Abundance (Berkelimpahan)

Apakah kalian yakin bahwa Tidak ada Tuhan selain Tuhan?
Jika ya, maka anda paham betul bahwa Tuhan adalah seluruh alam ini. Maka anda pun sudah seharusnya paham pula bahwa Tuhan adalah Maha Besar. Maha Kaya, Maha Berkelimpahan (Abundance).

Sebagian besar dari kita sudah banyak yang mengetahuinya, namun kebanyakan pula yang tidak paham. Kerena mengetahui tidak sama dengan memahami. Karena tahu belum tentu pasti paham.

Suatu ketika anda merasa sangat dahaga. Anda mendambakan segelas air segar untuk minum dan melepas dahaga anda. Anda mencari segelas air itu. Anda memohon, bahkan sampai mengemis untuk segelas air itu. Sedangkan mungkin karena ketidakpahaman anda, anda tidak sadar bahwa sebenarnya anda sedang berada di atas sebuah perahu yang mengarungi sungai lebar.

Atau pada kesempatan yang lain anda merasa sangat lapar dan mendambakan sepiring makanan, anda mencari, memohon, dan mengemis, sampai putus asa hingga menyalahkan Tuhan kerenanya. Anda tidak sadar di sungai tempat anda berlayar itu terdapat banyak ikan yang berlimpah.

Mengapa demikian?
Di atas adalah dua contoh kiasan dari kisah yang banyak kita temukan di kehidupan kita.

----------
Prinsip 2: Alignment (Kesesuaian)

Bila Tuhan sangatlah penuh berlimpah dengan segala nikmatNya, mengapa kita merasa kekurangan? Jika anda merasa seperti ini maka anda tidak align dengan Tuhan.

Bukankah tadi anda berkata anda paham betul bahwa Tuhan Maha Besar, Maha Kaya, dan Maha Berkelimpahan? Lalu mengapa anda merasa kekurangan?
"God is Abundance, so if you feel lack, then you are not aligned with God."
(Tuhan adalah keberlimpahan, jika kau merasakan kekurangan maka kau tidak berkesesuaian dengan Tuhan.)

Keselarasan dengan Tuhan adalah anda akan berusaha align dengan kelimpahan itu. Jarak antara anda dan Berkelimpahannya nikmat Tuhan adalah "Usaha" anda. Usaha itu diawali dengan belajar lalu bertanya dan mengamalkan apa yang telah anda ketahui. Lalu diulangi lagi. lagi dan lagi. 

Mudah? tidak. Berat? Ya. Tapi apakah mungkin? Ya!

Anda bagaikan sebatang ranting pohon yang hanyut di aliran sungai. Sungai mengalir ke kiri dan ke kanan, dipenuhi bebatuan di setiap sisinya, juga di tengah-tengah. Anda sudah sering terbentur bebatuan. Sakit, pedih, itulah rasanya. Tetapi anda tidak akan pernah patah, dan anda harus tahu bahwa anda berada di sungai itu dan akan selalu mengalir bersama-Nya.

Ranting yang kecil akan mengalami benturan yang kecil, ranting yang besar atau balok kayu yang besar akan mengalami benturan yang besar pula. Adil, sesuai dengan kemampuan masing-masing ranting kayu itu.
Dan keduanya akan tetap selalu berada di dalam aliran sungai. Dan keduanya akan tetap menuju ke suatu tempat di hilir sungai.

Ranting yang kecil akan mendapatkan yang sesuai untuknya. Ranting yang besar pun juga begitu. Semuanya akan sesuai.
Anda hanya butuh menerima kesesuaian itu. 

Masing-masing kita adalah unik. Tidak perlu kita membandingkan bahkan iri dengan ranting lainnya. Namun prinsipnya sama, yaitu Tuhan adalah berkelimpahan.

Selaraslah dengan Dia.
Jika Tuhan itu Maha Berkelimpahan, maka tidak seharusnya kita merasa kekurangan. 
Belajarlah, bertanyalah, kajilah, temukan jati diri anda, amalkan, lalu belajarlah lagi, lagi, dan lagi sampai anda mampu menguak berkelimpahan nikmat-Nya itu. 









Diary 40:
The Healers Conference
Konferensi Para Penyembuh


Saya ingin share sedikit mengenai kesan saya setelah kembali dari Kuala Lumpur menyampaikan seminar "Science & Spiritual" di acara "The Healers Conference".

Pertama,
Saya sangat berterima kasih atas kesempatan yang diberikan ini. Dan sangat menghargai antusias dari para peserta yang hadir. Saya pun merasa sangat beruntung karena para peserta yang hadir sudah membuka hati mereka sebelum acara ini dimulai. Pengetahuan science yang membutuhkan waktu cukup lama untuk dijelaskan dapat disampaikan dengan tempo yang relative cukup baik. Sehingga pesan pun tersampaikan mengenai "ONEness". 

We are ONE!

Kedua,
Seharusnya tidak ada keraguan lagi akan ONEness ini. Maka, "Oneness Attitude" dapat diamalkan dengan pemahaman penuh, dengan kesadaran penuh.

Ketiga,
Dari science kemudian menuju kepada "Tingkat Kesadaran" (atau saya sebut sebagai Attractors) -pun dapat disampaikan dengan urutan dan susunannya yang saling berkaitan. Saya sangat berharap pesan ini sampai dan dipahami sebagaimana saya memahaminya.

Pada tingkat kesadaran lebih tinggi terdapat logika "non-linear". Semua pattern komplit sudah ada dan sudah terjadi saat ini. Contoh Pattern ABC.
Sedangkan di tingkat kesadaran yang lebih rendah, menganut logika "Linear" - pattern itu terjadi berurutan. Yaitu A --> B --> C.

Keempat,
Doa terbaik adalah doa yang mengharapkan pattern pada tingkat kesadaran tinggi tersebut! Bukan doa di tingkat kesadaran rendah.

"Masalah tidak akan dapat diselesaikan oleh tingkat kesadaran di mana masalah itu dibuat!"

Maka, ini semua disimpulkan: "Your Feeling is Your Prayer!" 
Rasamu adalah doamu. Bukan apa yang yang kamu minta, tetapi apa yang kau rasakan.

Kelima,
Dengan memahami tingkatan kesadaran, maka kita sangat memahami bahwa kita semua adalah Para Penyembuh. 
Menyebarkan energi baik, cinta dan kasih Tuhan kepada semua makhluk dan semua alam ini. Membuat dunia lebih baik. 

Sekarang kita sudah tahu caranya.
Dengan membuka hati, dan menghadirkan Tuhan di sini. Di dalam setiap manusia, dan di seluruh alam. 

We know how it works.
Kita tahu bagaimana ini dilakukan.

----------
Sebenarnya banyak lagi yang saya dapatkan dan sangat berkesan di hati ini. Kapan-kapan kita bisa bertemu dan membahasnya dengan lebih rinci. :-)









Diary 41:
Terima Kasih


Kemarin saya berbincang dengan seorang teman. Dia berterima kasih kepada saya untuk tulisan Diary 39 yang lalu mengenai Keselarasan dan Keberlimpahan. Ternyata tulisan itu sangat menginspirasinya. Dan terlebih lagi, apa pun yang saya tulis merupakan pengalaman dan perjalanan hidup saya. Saya sungguh sangat bersyukur bila memang dapat memberi inspirasi dan motivasi kepada orang lain. 

Dia menanyakan apa yang memotivasi saya dalam melakukan usaha dalam hidup ini? Apakah uang? apakah keluarga? atau yang lainnya? Ia terkejut mendengar jawaban dari saya, yaitu, "Saya tampil apa adanya. Saya bersemangat dalam mengerjakan sesuatu karena memang itulah saya. Saya menyadari bahwa eksistensi saya adalah menjalani dan menikmati hidup ini dengan optimal dan maksimal. Tidak ada motivasi khusus. Hasilnya pun bukan milik saya."

Bagaimana bekerja giat tetapi hasilnya bukan jadi milik kita? Tidak logis ah!

Tidak Logis?
Tuhan adalah potensi, makhluk adalah pengalaman. Tuhan berpengalaman melalui manusia. Jadi hidup ini memang hanya untuk dinikmati apa adanya. Simple ya? :-)

Dan saya katakan, "Saya hanya punya satu rencana (plan), anda boleh katakan sebagai Plan A. Dan Plan itu bunyinya adalah "Bahagia". Tidak ada Plan B, Plan C, dst ..."
Hanya "Bahagia."

Caranya?
Cara tidak perlu dipusingkan. Jika seluruh jiwa dan raga kita sudah aligned / selaras dengan berkelimpahannya alam Tuhan ini, maka "Bahagia" itu memiliki berkelimpahan cara juga untuk terwujudnya. Ada tak-hingga cara mencapainya, maka mengapa kita malah membatasinya dengan Plan B, Plan C saja?

"Waduh... tidak semua orang cara berpikirnya begitu." ucapnya.
Karena sebagian besar manusia di bumi ini tidak menerima Keberlimpahan Tuhan itu apa adanya. Bebas, lepas.

----------
The Candy Story
(Kisah Permen)

Saya ingin menambahkan sedikit kisah di atas. Saya analogikan dengan permen / gula-gula.

Hidup ini penuh warna-warni, penuh rasa, penuh warna. Banyak pilihan di dalamnya. Sangat berlimpah. Tak akan ada habisnya kita mengeksplor alam ini. 

Sebagian besar manusia memiliki rencana khusus untuk hidupnya. Contoh, "Saya menginginkan permen rasa strawberry!"
Tidak hanya rasa, tetapi warna dan wanginya pun digambarkannya dengan spesifik. 
Ini saya sebutkan sebagai Kesadaran tingkat dasar.

Pada kesadaran tingkat lebih tinggi, beberapa orang menyadari bahwa rasa permen itu beraneka ragam, jadi mengapa harus memilih salah satu rasa saja? Mereka pun berkata, "Saya ingin permen. Rasa apa pun saya terima, asalkan rasanya manis dan lezat."

Pada kesadaran di tingkat yang lebih tinggi lagi, sebagian kecil orang menyadari bahwa hidup ini tidak hanya manis saja. Tuhan tidak menciptakan hanya rasa manis. Tetapi juga ada rasa pahit. Manis dan pahit adalah dari Tuhan juga. Pendekatan diri kepada Tuhan, atau perjalanan spiritual manusia seharusnya juga menerima Tuhan dengan segala bentuk rasa-Nya. 
Maka ia pun berkata, "Saya menerima apa pun rasa permen itu, manis dan pahit." 

Ah... permen pahit? Gula-gula rasa pahit? Tidak logis!
Tidak logis? :-)

Di tingkat kesadaran tertinggi, sebagian kecil manusia memahami kebenaran yang hakiki. Yaitu Tidak ada Tuhan selain Tuhan. Maka ia pun berkata, "Permen adalah ilusi. Permen tidak relevan, karena saya sudah berada bersama Sang Pencipta Permen itu."

----------
Lalu, apa motivasi hidup ini?
Hidupnya dihujani banyak permen. Namun esensinya bukan pada permen itu, tetapi pada kedekatannya dengan Tuhan. 
Tuhan-lah motivasi hidup.

Hampa untuk menerima yang berisi.
Kosong untuk menerima yang berlimpah.
Kesederhanaan untuk menerima Yang Maha Kaya.

TERIMA Dia dengan segala KeberlimpahanNya.
KASIH-kan semua kelimpahan itu kepada sesama.

Terima Kasih.







Diary 42:
I Celebrate You!
Aku Merayakanmu!


Melanjutkan dari Diary 41 sebelum ini, bila warna-warni, rupa rasa kehidupan sudah menjadi ilusi atau tidak relevan lagi bagimu, lalu apa motivasi kehidupanmu?

Saya bertanya kepada beberapa sahabat, apa syarat kebahagiaanmu? Setelah suatu keinginanmu tercapai?
Lalu kau rayakan (melakukan syukuran) atas tercapainya cita-citamu itu. Itukah perayaan penting hidupmu?

Lalu bagaimana bila cita-citamu sudah tercapai, perayaan apa lagi yang akan kau lakukan? Bila kalian seperti saya, yang motivasi hidup bukan lagi karena materi melainkan karena eksistensimu sebagai manusia, apa yang perlu dirayakan?

Hidup itu sendiri!
Kehidupan inilah yang patut disyukuri. Patut dirayakan. Setiap pagi kau buka matamu dari tidur, kau hidup! itulah yang kau syukuri. Energi dari alam memasukimu, timbullah rasa semangat untuk menikmati setiap jengkal kehidupan ini. Betapa indahnya hidup ini!

Kau tak sabar ingin bertemu dengan temanmu. Dan ketika sudah bertemu, kau jabat tangan mereka, kau tersenyum, mereka pun membalas senyum manis tulus darimu. Terjadi perlipat-gandaan rasa bahagia memenuhi penjuru hatimu. Rasa sejuk kebahagiaan yang membuncah!

Inilah rasa yang patut dirayakan. Bukan hanya kehidupan, tetapi juga orang lain! Kau merayakan mereka! Kau syukuri setiap energi cinta dan kasih yang terpancar kepadamu dari segenap makhluk di alam ini. 

Kau tidak lagi hanya duduk di atas perahumu, tetapi kau sudah melompat masuk ke dalam aliran sungai deras dan dalam yang berlimpah airnya itu. Kau tidak takut tenggelam, karena tenggelam di dalam kelimpahannya Cinta Tuhan Yang Maha Kaya ini justru membuat eksistensimu sebagai manusia bermakna. Inilah makna kehidupanmu. Kau bersatu bersama seluruh alam, Kau Satu bersama-Nya. Dan kau patut mensyukurinya.

Dan kau bersama mereka di dalam sana.
Kebersamaan kalian-lah yang menjadikan hidup ini bermakna.
Doamu bukan untukmu, doamu untuk mereka.
"If there is one celebration in my life, what would it be? What would I celebrate?
 You! You are my celebration of life! 
Thank you for being alive for I can love you."
(Jika ada satu saja perayaan dalam hidupku, apakah itu? Apakah yang aku rayakan? 
Kamu! Kaulah alasan aku merayakan hidupku. 
Terima kasih telah hidup untukku mencintaimu.)

Banyak orang berdalih; merayakan diri sendiri saja susah, bagaimana mau merayakan orang lain?
Tetapi jika sudah sangat memahami hakikat dan makna hidup ini, mengetahui kebenaran yang hakiki dan paham akan rasa syukur, maka kita pun paham mengapa pada akhirnya kita bersyukur akan kebersamaan ini.

Rayakan kebersamaan kita!
Pandangan matamu, senyumanmu padaku, keberadaanmu di atas bumi ini adalah anugerah terbaik dari Tuhan yang saya syukuri. 

Eksistensimu sebagai manusia adalah yang saya rayakan. 
Kalian memenuhi hatiku dengan kasih Tuhan. Penuh hingga tumpah ruah memancar kembali ke seluruh penjuru alam.

Aku merayakanmu setiap hari. Doaku adalah untuk kalian semua
Tiada yang untukku. Semuanya untuk kalian wahai sahabatku, wahai kekasihku. Di sini sekarang ini. Semuanya untuk kalian.

Kalian semuanya makhluk mulia, sempurna, tampan, dan cantik.
Terima kasih saudaraku...
Terima kasih sudah hadir di dalam hidupku yang sederhana ini.
Aku bersujud kepada Tuhan di dalam diri kalian.

Entah bagaimana caranya lagi aku bersyukur atas rasa bahagia yang berkelimpahan ini... Ya Tuhan....


"You are the reason I am celebrating Life."

I love you all so much!

I Celebrate You!



---------------
Erianto Rachman

Tidak ada komentar: