Minggu, 10 Juli 2016

The Great Attractor

Voyage to the Akashic Awareness
(Sang Atraktor Agung, Perjalanan Menuju Kesadaran Akasha)





Part 1

Edisi 1


Pendahuluan

Tulisan saya kali ini membahas sesuatu yang menurut saya sangat penting. Ini mengenai sebuah rahasia alam yang sangat sederhana namun memiliki makna yang sangat dalam, yang terpapar di hadapan kita. Ketika saya coba tuangkan ke dalam tulisan, ternyata cukup panjang juga sehingga saya membaginya ke dalam 3 bagian. Saya berharap pembaca bersedia meluangkan waktu sedikit untuk perlahan mencoba memahaminya.

Mereka yang berpikiran kritis pasti pernah bertanya;
"Is there a master plan of the universe?" (Adakah rencana utama untuk alam semesta ini?)
"Is there a master plan of our existence?" (Adakah rencana utama untuk keberadaan kita?)

Di ajaran Hindu, dikenal sebuah tempat (plane) dimana tertuang rencana agung Sang Pencipta. Sebuah ranah Pengetahuan Suci, yang disebut Akasha. Konon, tempat ini hanya dapat diakses oleh mereka yang sangat sakti seperti dewa-dewi. Dan kononnya pula, sesiapa manusia yang mampu meraih kesadaran hingga ke tingkat ini akan memahami alam secara keseluruhan. Di Islam pun dikenal hal serupa - adanya sebuah tempat di langit yang tertinggi, dimana para malaikat saling berbincang mengenai kondisi alam - yang pembicaraan ini sering dicuri-dengar oleh para jin. Dan tentunya kisah serupa dapat dijumpai di ajaran-ajaran/kebudayaan-kebudayaan lain di bumi.

Saya juga adalah salah seorang yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti di atas. Dan saya tambahkan dengan, "Apakah manusia biasa seperti saya bisa memahami Master Plan dari Tuhan?"
Dan setelah saya pelajari dengan seksama, dalam waktu yang tidak sebentar, hasil dari kajian saya kira-kira seperti ini;


Pattern or Chaos?
(Pola Teratur atau Kekacauan?)

Alam kita berperilaku acak (random) / kacau (Chaos). Benarkah? Tidak, ilmuwan Fisika dan matematika, dan kita pun sudah memahami bahwa alam ini mematuhi hukum tertentu yang baku. Lahirlah banyak teori dari berbagai disiplin ilmu. Di disiplin ilmu Fisika teoretis, diantaranya adalah teori gravitasi, relativitas, sampai ke mekanika kuantum, dan lainnya. Di disiplin ilmu matematika juga ditemukan pola-pola tertentu di alam yang dapat di lihat jelas. Pola-pola geometris seperti bujur-sangkar, lingkaran, spiral, urutan Fibonacci (Fibonacci Sequence), dan lain sebagainya.
The Fibonacci sequence: ’1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55…’ is an infinite sequence, in which any number can be found by adding the previous two numbers in the sequence. For example, the next number in the sequence would be 34+55= 89.
http://creation-arts.com/2015/01/sacred-geometry-in-nature-and-life/ 

Pola-pola geometris alamiah ini sudah diketahui oleh manusia-manusia kuno di masa lampau. Mereka menyebutnya "Sacred Geometry" (Geometri Suci), dan mereka sudah memanfaatkan atau meniru pola-pola geometri suci alamiah pada bentuk-bentuk struktur bangunan mereka. Seperti pada piramid-piramid, dan kuil-kuil di Mesir, piramid di Mexico dan Amerika Selatan, dan lain sebagainya. Karena mereka memahami pentingnya keselarasan dengan alam; alam akan merespon langsung keselarasan ini dalam bentuk energi maupun pesan-pesannya.

Pemanfaatan bentuk atau pola geometri dalam spiritual juga banyak ditemukan, karena pola tertentu bagi orang tertentu menghantarkan getaran energi dalam frekuensi tertentu pula yang membangkitkan sebentuk rasa atau kesadaran di dalam diri orang yang bersangkutan. Dapat berupa suatu kebangkitan atau pencerahan. Bila anda menaruh minat mengenai Sacred Geometry ini, saya menganjurkan anda untuk melakukan pengkajian sendiri mengenainya. Karena topik ini sangat luas dan akan perlu mengulas sejarah-nya yang cukup panjang. 

Dua buah buku yang menarik untuk dibaca adalah:
  • "A Beginner's Guide to Constructing the Universe: Mathematical Archetypes of Nature, Art, and Science", by Michael S. Schneider.
  • "How the World Is Made: The Story of Creation according to Sacred Geometry", by John Michell.

Sedikit contoh Sacred Geometry pada alam;

  

Pola-pola struktur geometris pada Nautilus atau siput laut (Baris pertama, kiri) mengikuti Urutan Fibonacci.
Pola geometris pada berbagai tanaman dan bunga.



Bentuk spiral pada galaksi mengikuti urutan Fibonacci.


Kemudian bentuk-bentuk alamiah digunakan dalam simbol-simbol, contohnya;





Bila pada awalnya alam kita berawal dari sebuah singularitas di masa lalu, maka alam ini berawal dari sebuah kondisi yang sangat teratur, atau entropi adalah nol. Setelah ledakan besar - yaitu setelah terciptanya alam ini, terjadilah perpecahan sesuatu yang singular ke non-singular. Materi dan anti-materi tercipta. Suhu sangat panas, alam ini seperti semangkuk sup kosmos yang mendidih. Partikel sederhana terbentuk, seperti Hidrogen dan Helium, kemudian perlahan seiring turunnya suhu, terbentuklah partikel yang lebih berat. Partikel-partikel tersebut saling berinteraksi dan bereaksi satu sama lain. Demikian seterusnya, hingga tercipta bintang, planet, galaksi, dll.

Saya tidak perlu mengulas peristiwa penciptaan alam ini lebih detail. Yang ingin saya sampaikan di sini adalah, peristiwa penciptaan telah menjadikan sesuatu dari yang sangat teratur, menjadi sangat tidak teratur. Dan ketidakteraturan masih terus terjadi hingga kini dan seterusnya di masa depan. Jadi, bolehlah saya katakan bahwa ketidak-teraturan yang kita amati di alam ini sesungguhnya dilandasi secara fundamental oleh sebuah keteraturan.

Akan tetapi, jika kita ingin mencoba menemukam pola-pola dasar keteraturan pada - katakanlah - sebuah sistem kecil yang tidak teratur (chaos), sangatlah sulit dilakukan. Teori-teori Fisika yang saya sebutkan di atas memang mampu memprediksi hasil dari sebuah kejadian, misal A --> B (suatu awal A dengan kondisi tertentu menghasilkan kondisi B) dengan baik. Namun tidak dengan baik untuk memecahkan suatu kondisi yang tampak sama-sekali kacau/chaos - karena kondisi tersebut terlalu kompleks.


Stephen Wolfram ilmuwan asal Inggris - seorang genius - yang menekuni studi mengenai pola alam dan menuangkannya dalam program aplikas komputer, meyakini bahwa pola-pola alam yang sangat kompleks dapat didedahkan dengan baik dan hasilnya adalah sebuah hukum alam yang sesungguhnya sangat sederhana. Ia tuliskan di dalam bukunya, "A New Kind of Science" menyimpulkan bahwa alam bersifat digital, seperti sebuah program komputer sederhana yang dijalankan terus-menerus. Wolfram kemudian menulis program aplikasi komputer yang dinamakannya "Mathematica".
From 1992 to 2002, he worked on his controversial book A New Kind of Sciencewhich presents an empirical study of very simple computational systems. Additionally, it argues that for fundamental reasons these types of systems, rather than traditional mathematics, are needed to model and understand complexity in nature. Wolfram's conclusion is that the universe is digital in its nature, and runs on fundamental laws which can be described as simple programs. He predicts that a realisation of this within the scientific communities will have a major and revolutionary influence on physics, chemistry and biology and the majority of the scientific areas in general, which is the reason for the book's title. 
https://en.wikipedia.org/wiki/Stephen_Wolfram

Dengan kalimat lain, Wolfram mengatakan bahwa kondisi yang tampak chaos di alam ini sesungguhnya adalah perulangan secara terus-menerus atas suatu pola dasar yang sangat sederhana. Di bawah ini saya tunjukkan maksudnya.

Kita ambillah satu bentuk pola sederhana, yang diistilahkan Wolfram sebagai "rule". Misalkan pola/rule sangat sederhana seperti di bawah ini;



Lalu, pola sederhana tersebut diulang sebanyak 10 langkah, 20 langkah, dan 100 langkah, maka polanya akan menjadi seperti ini;


10 langkah


20 langkah


100 langkah


Jika dilanjukan lagi hingga beberapa ratus kali, akan tampak seperti ini;




Anda dapat melihat dari pola/rule yang sangat sederhana, bila dilakukan perulangan terhadapnya (pada contoh di atas adalah sebanyak 100 kali dan beratus kali lebih lagi), maka tampak pola tersebut menjadi berantakan atau tidak teratur. Dengan kata lain; chaos

Di bawah ini adalah contoh-contoh lainnya;


Pola di atas yang sudah mengalami perulangan jika diteruskan beberapa ratus kali, akan menghasilkan seperti ini:




Lebih lanjut, Wolfram mengemukakan bahwa semua pola alamiah yang kita lihat di alam juga sesungguhnya berawal dari pola/rule yang sangat sederhana. Pola di alam misalnya seperti pada contoh pola geometris pada Sacred Geometry yang sudah ditunjukkan sebelumnya, dan termasuk juga pola-pola geometris seperti di bawah ini;

Wolfram dengan The New Kind of Science -nya membuka sebuah pemandangan baru bagi para ilmuwan di berbagai bidang, baik itu Fisika, Matematika, Astro-Fisika, Biologi, Medis, Ekonomi, Sosial, Kependudukan, dan lain sebagainya, karena dengan landasan pemahanan alam adalah digital, manusia akan mampu meneropong jauh ke dalam suatu obyek yang terlihat kacau, dan menemukan pola sederhana-nya. Dengan menemukan pola sederhana tersebut, diharapkan dapat ditemukan pula jawaban atas masalah-masalah yang terjadi padanya, misalkan di bidang Medis dan Biologi - pada penyakit kanker, kelainan organ tubuh, mutasi, dan lain sebagainya dengan dampak kebaikan yang besar untuk kemanusiaan.

---------------


Seorang ilmuwan lain bernama Benoit Mandelbrot, adalah seorang ahli matematika asal Polandia, melakukan penelitian terhadap kondisi keacakan pada pasar finansial (States of Randomness and Financial Market), menemukan adanya ketidakteraturan atau keacakan (randomness, chaos) pada pasar uang di skala yang kecil, namun terdapat pola tertentu yang teratur di skala yang besar.

Mandelbrot kemudian mengemukakan bahwa terdapat pola geometri tertentu di alam ini yang meliputi kekacauan sekaligus keteraturan. Iya namakan pola tersebut; Fractal Geometry (Geometri Fractal).

Dari sebuah pola sederhana, jika dilakukan perulangan berkali-kali padanya, akan menghasilkan ketidakteraturan/kekacauan, namun dalam skala yang jauh lebih besar dan dalam rentang waktu yang lebih panjang, kekacauan tersebut akan menunjukkan pola yang teratur. Mandelbrot menerbitkan bukunya yang terkenal, "The Fractal Geometry of Nature".

Mandelbrot sempat bekerja di IBM, yaitu perusahaan produsen komputer berkekuatan besar. Dengan perangkat komputer canggih yang tersedia, ia menulis program aplikasi komputer yang membantunya melakukan perulangan suatu pola sederhana dengan jumlah perulangan yang sangat banyak. Pola geometris fractal yang mengangkat namanya ini dikenal luas sebagai "The Mandelbrot Set".

https://en.wikipedia.org/wiki/Benoit_Mandelbrot

Stephen Wolfram menyambut baik temuan Mandelbrot ini yang berkesesuian dengan penelitiannya, dan mengatakan bahwa Fractal pun merupakan pola geometris yang dihasilkan dari perulangan terus-menerus atas sebuah pola yang sangat sederhana.

Di bawah ini adalah Geometri Fractal - The Mandelbrot Set;


ATAS: Gambar 1: Ini adalah gambar Geometri Fractal dari Mandelbrot. Tampak sederhana, namun gambar tersebut merupakan hasi dari perulangan tak-hingga kali atas suatu pola geometris tertentu.


ATAS: Gambar 2: Jika kita ambil salah satu lokasi pada Geometri Fractal Mandelbrot pada gambar sebelumnya, lalu melakukan pembesaran padanya (zoom-in), maka akan di dapat Gambar 2 di atas. Lalu jika kita ambil sampel lokasi tertentu pada gambar di atas (lihat pada kotak putih), maka bila kita lakukan pembesaran lagi padanya, akan didapat Gambar 3 di bawah;


ATAS: Gambar 3: Kemudian, kita lakukan lagi hal yang sama dengan sebelumnya, kita ambil sampel lokasi pada Gambar 3 di atas, lihat kotak putih, dan kita lakukan pembesaran lagi padanya, maka akan didapat Gambar 4 di bawah;


ATAS: Gambar 4: Kita lakukan lagi hal yang sama dengan sebelumnya, kita ambil sampel lokasi pada Gambar 4 di atas, lihat kotak putih, dan kita lakukan pembesaran lagi padanya, maka akan didapat Gambar 5 di bawah;


ATAS: Gambar 5: Kita bisa lakukan pembesaran terus menerus pada di manapun pada gambar, maka kita akan mendapatkan hasil yang sama.


Sampai di sini saya harap anda sudah cukup memahami pemaparan saya di atas. Telah dikukuhkan bahwa seluruh alam ini menganut suatu pola terentu, mirip seperti pola Geometri Fractal dari Mandelbrot Set di atas. Yaitu di skala yang relatif kecil, tampak kekacauan pada suatu sistem, namum pada skala besar dengan rentang waktu yang lebih panjang, kekacauan tersebut ternyata membentuk pola teratur.

Jadi bisa kita simpulkan pula;
Dari satu pola/rule yang sangat sederhana, dilakukan perulangan padanya akan menghasilkan kekacauan/random/chaos. Tetapi bila diteruskan lagi dan lagi hingga mencapai kondisi atau skala tertentu yang besar, akan tampak pola yang teratur.
Dan seperti inilah perilaku alam kita!

Kenyataan ini adalah sebuah revelation atau pencerahan bagi sebagian orang yang mau berpikir. Tidak hanya di dunia sains, tetapi juga di spiritual. Karena Inilah hukum alam.
Di alam ini, tidak ada satu pun yang acak.

---------------

Saya akan dengan singkat menambahkan satu lagi hasil penelitian seorang ilmuwan, sebelum kita masuk pada inti pembahasan kita.

Seorang ilmuwan bernama Edward Lorenz, melakukan penelitian terhadap perilaku cuaca, dan menemukan pola acak pada skala kecil dan pola teratur pada skala besar. Skala yang digunakannya di sini adalah skala waktu. Dengan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dalam rentang waktu yang panjang, cuaca di bumi memiliki pola sangat teratur. Lorenz mengolah dan menganalisa data ini pada komputer, kemudian didapat diagram grafik pola cuaca yang kemudian dikenal dengan "Lorenz's Butterfly". Atau juga disebut "Strange Attractor".


Lorenz's Butterfly / Strange Attractor



Attractors

Attractors adalah istilah yang diberikan untuk pola yang dapat teridentifikasi (identifiable pattern) yang muncul dari sekumpulan besar data yang tidak teratur/chaos.

Dapat dikatakan; Terdapat koheren (logis, masuk akal, kecocokan, keteraturan, kesamaan) di dalam semua hal yang tampak tidak koheren.

Edward Lorenz membuktikan keberadaan "Attractors" ini di alam, melalui hasil penelitiannya yang sudah saya paparkan di atas. Attractors berkaitan erat dengan pola dasar, chaos, serta fractal yang sudah saya paparkan sebelumnya. Anda nanti akan segera memahaminya setelah masuk ke bab selanjutnya.

Keberadaan Attractors ini memang sudah dapat kita simpulkan dari tulisan-tulisan saya sebelumnya. Saya menginginkan anda benar-benar memahaminya. Saya ilustrasikan seperti di bawah ini (harap diperhatikan baik-baik);
  • Planet bumi berotasi pada sumbunya setiap 24 jam (satu hari) dan menghasilkan apa yang kita lihat sebagai pola alamiah siang dan malam. Pola ini sangat teratur dan dapat diamati dengan sangat mudah. Manusia sudah sangat terbiasa dengan pola ini dan tidak akan mengatakan sebagai pola acak. Namun tetap dibutuhkan rentang waktu tertentu, yaitu minimum 24 jam untuk mengetahui keberadaan pola ini. Maka katakanlah ini sebagai Attractor tingkat 1.
  • Planet bumi juga berevolusi terhadap matahari setiap 365 hari yang menghasilkan pola perilaku alam pada musim tahunan. Diperlukan rentang waktu pengamatan selama minimum 365 hari untuk mengetahui keberadaan pola teratur ini. Manusia tidak akan mengetahui pola ini sebelum mengamatinya selama 365 hari. Atau dengan kata lain, pengamatan di bawah 365 hari akan mendapatkan kondisi yang acak. Kita bisa sebut pola ini sebagai Attractor tingkat 2.
  • Sekarang kita juga sudah mengetahui bahwa bumi bergerak seperti gasing terhadap sumbu equinox-nya. Gerakan ini disebut "Precession of the Equinox" (siklus presessi), Plato menyebutnya dengan "The Great Cycle of Time", yang menghasilkan pola siklus pergerakan atau posisi gugus-gugus bintang di langit. Pola ini hanya bisa didapat setelah dilakukan pengamatan selama 25,772 (~26,000) tahun. Bagaimana bisa manusia melakukan pengamatan selama itu? Ini adalah sebuah misteri yang belum dapat terungkap oleh sains main-stream. Namun para manusia kuno di Mesir dan kebudayaan Vedic/Hindu sudah berhasil menghitungnya dengan cukup akurat. Kebudayaan Vedic/Hindu menyebut siklus ini sebagai Sikuls Yuga. Silakan baca artikel-artikel saya sebelumnya. Kita sebut saja pola ini sebagai Attractor tingkat 3. 
  • Seluruh tata surya kita, termasuk matahari kita juga bergerak mengelilingi / berevolusi suatu obyek bergravitasi besar di pusat galaksi bimasakti. Sehingga kita bisa mengira-ngira keberadaan serta kebenaran siklus revolusi besar ini. Tetapi manusia tidak dapat mengetahui secara pasti pola siklus revolusi ini karena belum ada manusia yang mampu melakukan pengamatan dalam rentang waktu yang terlalu panjang. Maka bagi para ilmuwan kondisi ini adalah acak/chaos. Namun bila saya boleh mengambil literatur lain, yaitu dari kebudayaan Vedic/Hindu, maka revolusi ini terjadi setiap 4,320,000 tahun. Kita katakan pola ini sebagai Attractor tingkat 4.
  • Kemudian, diduga pula galaksi bimasakti kita ini bergerak relatif perlahan terhadap sebuah gaya gravitasi yang sangat besar, puluhan ribu kali dari gravitasi bimasakti sendiri. Belum diketahui secara pasti apakah pergerakan ini merupakan sebuah pola lain yang lebih besar dari pola yang sudah kita ketahui sebelumnya (yaitu Attractor tingkat 4). Masih sangat sedikit yang kita ketahui mengenainya, namun para ilmuwan menyebutnya sebagai The Great Attractor.



Ilustrasi di atas diharapkan membuat kita memahami adanya pola attractor dalam skala kecil seperti rotasi bumi sampai kepada pola attractor besar. Ilustrasi di atas juga menggambarkan attractor yang lebih kecil berada di dalam attractor yang lebih besar, menjadikannya bertingkat-tingkat.


The Great Attractor di dalam ilustrasi di atas adalah sebutan bagi sebuah obyek besar di alam semesta ini yang memiliki gaya gravitasi sangat kuat. Manusia belum mengetahui apakah The Great Attractor yang dimaksud ini adalah Attractor terakhir atau ia adalah Attractor tingkat 5 dan mungkin masih menjadi bagian dari Attractor dengan pola keteraturan yang lebih besar lagi - Attractor tingkat 6.

Bila kita menggunakan skala alam semesta, kita mungkin tidak akan menemukan Attractor terakhir yang patut disebut sebagai The Great Attractor sejati.
Atau sudah adakah?



Bersambung ke Part 2
---------------
Erianto Rachman

Tidak ada komentar: