Edisi 1
Penting: Anda harus membaca Part 2 dan Part 1 sebelum membaca tulisan ini.
Sejauh ini, (seharusnya) anda sudah mengerti mengenai energi, dan anda sudah mengerti mengenai penciptaan atau manifestasi. Keduanya adalah hal yang tidak hanya harus dipahami dengan sangat baik, namun juga sebagai pembentuk logika dasar yang sesungguhnya akan perilaku alam ini secara utuh. Ia merubah pemahaman anda, merubah logika yang selama ini anda gunakan. Saya mengerti apa yang anda rasakan bila anda sekarang mengalami kebingungan. Anda tidak bisa menerima tulisan saya begitu saja. Anda tidak percaya begitu saja. Apa pun latar belakang pendidikan anda, anda tidak salah untuk mengabaikan tulisan saya. Ini semua hanya omong-kosong bagi sebagian orang. Dan saya bukan hadir di sini untuk meyakinkan anda. Kepercayaan atau keyakinan adalah sebuah daya cipta. Anda sudah menciptakan wujud kehidupan anda sendiri selama anda hidup. Lalu di tengah jalan, anda menemukan sesuatu yang mengharuskan anda merubah wujud yang anda sudah ciptakan itu. Hal itu tidaklah mudah untuk dilakukan.
Apa yang akan saya tuliskan berikut ini adalah sesuatu yang jauh lebih dalam dari apa yang sudah saya tuliskan sebelumnya. Jika tulisan sebelumnya sudah begitu sulit dipahami atau diterima, maka tulisan kali ini jauh lebih sulit. Sulit bagi pembaca, juga sulit bagi penulis. Karena hal ini sesungguhnya diterima langsung oleh hati, bukan oleh otak yang didengar oleh telinnga melalui penggunaan bahasa sehari-hari. Membahasakan sesuatu yang hanya mampu diterima oleh batin, ke dalam bahasa yang bisa diterima oleh otak adalah seperti anda berbicara dengan sebatang pohon, atau seekor semut, atau kepada matahari, bulan, dan angin. Demikian pula sebaliknya, pohon, semut, matahari, bulan dan angin mencoba berbicara pada anda.
Karena ini adalah pengetahuan alam yang seutuhnya, Pengetahuan illahi. This is the Knowledge (dengan huruf kapital 'K'). Siapa yang mampu membahasakan pengetahuan illahi ini? Tidak seorang pun. Apalagi hanya seorang saya. Bahkan semua ajaran agama dan ajaran spiritual di bumi ini tidak mampu membahasakannya dengan sempurna, sehingga mereka menggunakan bahasa simbol.
------------------
Apa yang anda baca dan pahami dari penjelasan saya mengenai Energi dan medan-kosmos (the field), adalah bertujuan untuk membuka jalan. Membuka pintu ke pengetahuan illahi. Kedua hal itu bukan akhir dari perjalanan spiritual manusia. Bagaikan sedang membaca sebuah buku, anda baru saja membaca kata pengantarnya. Lalu apa isi buku itu selanjutnya?
Pengetahuan terhadap energi dan the field, dapat membuat seseorang lengah. Jika ia tidak secara utuh mampu melepaskan diri dari kemelekatan duniawi maka ia akan memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk tujuan duniawi. Apa saja yang dimaksud dengan 'duniawi' itu? Anda berpikir duniawi adalah segala sesuatu yang bersifat negatif, seperti nafsu, ego, kehormatan, kekayaan, dan lain-lain. Tidak hanya itu. Duniawi juga termasuk yang positif, seperti menolong orang lain, berbuat baik untuk orang lain, merawat alam/lingkungan hidup, dan lain sebagainya. Semua yang anda lakukan di dunia ini dan untuk dunia ini adalah "kemelekatan duniawi" (attachement).
Apakah salah bila anda menolong orang dengan pengetahuan anda itu? Tidak.
Apakah menolong orang adalah kemelekatan duniawi? Ya.
Seperti pada tulisan saya terdahulu, "The God Theory", alam ini diciptakan oleh Tuhan pada awalnya dari cahaya. Cahaya illahi. Konsekuensi dari penciptaan alam dengan cahaya ini adalah bahwa alam menganut sifat polarity atau pengkutuban, dualisme. Sehingga semua yang ada di alam ini selalu berpasang-pasangan. Ada baik-buruk, postif-negatif, materi - antimateri, kanan-kiri, laki-laki - perempuan, jahat-baik, surga-neraka, dan lain sebagainya. Dan semua itu dapat kita sebutkan sebagai sifat alami, atau alamiah. Sifat alamiah ini adalah duniawi.
Pengetahuan illahi membawa anda ke luar dari segala sesuatu yang tergolong duniawi. Terlepas dari keduniawian. Terlepas dari polarity, pengkutuban, dualisme. Sebuah kesadaran dimana hanya ada yang SATU. Singular. Tidak ada yang lain selain yang SATU. Tidak ada ruang, tidak ada waktu. semuanya melebur ke dalam ke-SATU-an. Di tingkat kesadaran ini, manusia tidak akan mampu menyerap atau mengindera pengetahuan itu, sehingga yang SATU itu berupa Ketiadaan (Nothingness). Di tingkat kesadaran ini bukan hanya anda tidak mampu mengartikannya, anda juga tidak mampu melihat kepada diri anda sendiri. Karena anda dan yang Satu itu juga sudah menjadi SATU. Ruh melebur kepada-Nya. Atman melebur kepada Brahman. Dan tidak ada yang lainnya selain sebuah KeSATUan.
------------------
Pertemuan dengan Tuhan adalah sesuatu yang tidak bisa dibandingkan dengan kebahagaiaan apapun yang pernah anda terima di bumi ini. Dalam ajaran Buddha, kehidupan di dunia adalah penderitaan. Jika seseorang hidup dalam kondisi yang baik di kehidupan ini, maka ia akan terlahir kembali dalam kondisi yang lebih baik di kehidupan selanjutnya. Demikian seterusnya. Ini adalah sebuah siklus tanpa henti. Kehidupan yang berulang-ulang ini (walau sebahagia apapun orang itu di dunia) adalah sebuah penderitaan. Tujuan manusia adalah terlepas dari siklus hidup dan mati, terlepas dari penderitaan. Yaitu ketika ruh sudah bersatu kembali dengan Tuhan, tanpa harus terlahir kembali (Moksha).
Pertemuan ruh dengan Tuhan adalah sesuatu yang tidak dapat dijelaskan. "Because God cannot be explained. God is beyond our imagination of the beyond of the beyond". Jika anda sangat mensyukuri cinta-kasih Tuhan kepada diri anda saat ini, maka bayangkan rasa cinta-kasih itu dilipat-gandakan hingga tak-berhingga kalinya. Jika anda merasakan kebahagiaan dunia ini sekarang, bayangkan rasa bahagia itu dilipat-gandakan tak-berhingga kalinya.
Dalam perjalanan spiritual yang utuh, anda akan merasakan cinta dan kasih yang teramat sangat. Tidak ada hal lain yang lebih penting dari derasnya hujan rasa cinta-kasih yang anda dapatkan dari Tuhan setiap saat. Anda akan selalu merindukan rasa cinta itu, dan selalu mengingat Tuhan disetiap tarikan dan hembusan nafas. Tidak ada hal lain yang lebih berarti bagi anda selain cinta kasih Tuhan.
Dan karena hati anda dipenuhi rasa cinta, maka anda akan selalu memproyeksikan cinta tersebut ke sekeliling anda. Energi cinta dimanifestasikan ke wujud di alam, segala sesuatu di sekeliling anda akan merasakan cinta yang sama. Rumah hidup dan selalu menyambut anda pulang. Tanaman selalu tersenyum kepada anda dan mendoakan kebahagiaan. Orang di sekeliling anda juga akan merasakan cinta itu. Semakin kuat energi anda, semakin luas pengaruhnya pada alam ini dan seluruh makhluk. Semua hidup dalam kedamaian dan cinta-kasih Tuhan.
The Balance of Material and Spiritual
Di dalam buku "Bali: Sekala dan Niskala" yang sempat saya terbitkan ulasannya di blog saya ini, saya menemukan pernyataan yang menarik dari sang penulis. Ia mengatakan; 'di sebuah kebudayaan masyarakat yang antara unsur Sekala (segala yang terlihat) dan unsur Niskala (yang tidak terlihat) -nya tidak ada pembatas, maka semua perilaku masyarakatnya akan mengutamakan keharmonisan antara kedua unsur terssebut'. Masyarakat Hindu Bali adalah contoh nyata. Kebudayaan mereka terbangun di atas pondasi kuat dimana antara Sekala dan Niskala harus berdampingan dan diutamakan secara seimbang. Mereka tidak melihat Sekala saja tanpa Niskala, demikian sebaliknya, mereka tidak melihat Niskala saja tanpa Sekala. Setelah membaca buku tersebut, mengertilah saya mengapa masyarakat Bali sulit untuk di-Islam-kan ataupun di-Kristen-kan. Karena kedua agama tersebut secara praktek nyatanya tampak/seolah membedakan dengan jelas antara unsur material dan spiritual-nya. Walaupun sesunggunya kebenaran yang hakiki terdapat pula di kedua ajaran agama tersebut. Bagi masyarakat Bali, selama ratusan tahun mereka sudah berhasil menyatukan kedua unsur alamiah itu lebih dulu secara nyata, dan keduanya sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka.
Bagi orang awam, kebudayaan Bali penuh dengan ritual fisik dan spiritual (yang mistis). Namun jika mempelajarinya dengan lebih dalam, praktek-praktek itu membawa kebaikan bagi masyarakatnya. Setiap ritual penuh arti yang meliputi alam materi dan alam spiritual. Banyaknya simbol-simbol yang menghiasi seluruh penjuru pulau merupakan hal penting yang menjadikan mereka sesunggunya sebuah masyarakat yang tertata dengan baik, mengerti sepenuhnya akan rahasia alam, memahami dengan sangat baik pada semua tingkat kesadaran bagaimana peran mereka di bumi ini.
Materi dan Spritual berasal dari Tuhan secara kesatuan. Hanya manusia yang kemudian memisahkannya. Mengapa demikian? Silahkan baca tulisan-tulisan saya sebelumnya. Kebenaran yang hakiki adalah keterpaduan antara keduanya secara alamiah.
------------------
The Balance of Material and Spiritual
Di dalam buku "Bali: Sekala dan Niskala" yang sempat saya terbitkan ulasannya di blog saya ini, saya menemukan pernyataan yang menarik dari sang penulis. Ia mengatakan; 'di sebuah kebudayaan masyarakat yang antara unsur Sekala (segala yang terlihat) dan unsur Niskala (yang tidak terlihat) -nya tidak ada pembatas, maka semua perilaku masyarakatnya akan mengutamakan keharmonisan antara kedua unsur terssebut'. Masyarakat Hindu Bali adalah contoh nyata. Kebudayaan mereka terbangun di atas pondasi kuat dimana antara Sekala dan Niskala harus berdampingan dan diutamakan secara seimbang. Mereka tidak melihat Sekala saja tanpa Niskala, demikian sebaliknya, mereka tidak melihat Niskala saja tanpa Sekala. Setelah membaca buku tersebut, mengertilah saya mengapa masyarakat Bali sulit untuk di-Islam-kan ataupun di-Kristen-kan. Karena kedua agama tersebut secara praktek nyatanya tampak/seolah membedakan dengan jelas antara unsur material dan spiritual-nya. Walaupun sesunggunya kebenaran yang hakiki terdapat pula di kedua ajaran agama tersebut. Bagi masyarakat Bali, selama ratusan tahun mereka sudah berhasil menyatukan kedua unsur alamiah itu lebih dulu secara nyata, dan keduanya sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka.
Bagi orang awam, kebudayaan Bali penuh dengan ritual fisik dan spiritual (yang mistis). Namun jika mempelajarinya dengan lebih dalam, praktek-praktek itu membawa kebaikan bagi masyarakatnya. Setiap ritual penuh arti yang meliputi alam materi dan alam spiritual. Banyaknya simbol-simbol yang menghiasi seluruh penjuru pulau merupakan hal penting yang menjadikan mereka sesunggunya sebuah masyarakat yang tertata dengan baik, mengerti sepenuhnya akan rahasia alam, memahami dengan sangat baik pada semua tingkat kesadaran bagaimana peran mereka di bumi ini.
Materi dan Spritual berasal dari Tuhan secara kesatuan. Hanya manusia yang kemudian memisahkannya. Mengapa demikian? Silahkan baca tulisan-tulisan saya sebelumnya. Kebenaran yang hakiki adalah keterpaduan antara keduanya secara alamiah.
------------------
"There is no science, there is no spiritual. At the end of the journey there is only Nothingness. And Nothingness is God."
"After the big opening of the book, there are only blank pages to the end. The book contains Nothing. The ultimate knowledge of everything is coming into Singularity."
"Tidak ada sains, tidak ada spiritual. Pada akhir dari perjalanan ini hanya ada Ketiadaan. Dan Ketiadaan adalah Tuhan."
"Setelah dibukanya buku itu, hanya terdapat halaman-halaman kosong hingga ke akhirnya. Buku itu kosong. Pengetahuan pamungkas mengenai segala hal merujuk kepada kemanunggalan."
~ Erianto Rachman ~
When you embark to a spiritual journey, do it wholeheartedly. You will find humility and love. Love of the world, of nature, of others, love of God. Believe in this Love. Walk with it. Live with it.
ER
ER
2 komentar:
ya ya, yg terasa didada hanyalah rasa rindu, rasa tersanjung, berbunga-bunga, damai, bahagia pada segala sikon. Adanya bersyukur, mau sedang kekurangan, sedang dilanda persoalan ataupun sedang berkelimpahan, semua terasa sama nyamannya. Anehnya sikon sulitpun berlangsung lebih singkat dari seharusnya dan selalu saja muncul solusi lebih cepat. Rasa benci, kecewa, mudah kesal enyah entah kemana, semua terasa nyaman, lembut mengalir tanpa beban. Seandainya semua orang merasakan hal yang sama mungkin tak ada lagi kamus kata benci ya ?!
Terima Kasih tulisan2 nya pak Eri, menambah wawasan saya.
ya ya, yg terasa didada hanyalah rasa rindu, rasa tersanjung, berbunga-bunga, damai, bahagia pada segala sikon. Adanya bersyukur, mau sedang kekurangan, sedang dilanda persoalan ataupun sedang berkelimpahan, semua terasa sama nyamannya. Anehnya sikon sulitpun berlangsung lebih singkat dari semestinya dan selalu saja muncul solusi. Rasa benci, kecewa, kesal, semua enyah entah kemana, semua terasa nyaman, lembut mengalir tanpa beban. Seandainya semua orang merasakan hal yang sama mungkin tak ada lagi kamus kata benci diantara para manusia ya ?!
Terima Kasih tulisan2 nya pak Eri, menambah wawasan saya.
Posting Komentar