Rabu, 19 April 2017

Magic Egypt

Part 6: The Seven Dreams



"Know ye, O my brother, that fear is an obstacle great.
Be master of all in the brightness, the shadow will soon disappear.
Hear ye and heed my wisdom, the voice of LIGHT is clear.
Seek not the valley of shadow, and LIGHT will only appear."

("Ketahuilah, wahai saudaraku, bahwa ketakutan adalah hambatan besar.
Jadilah penguasa semua ke-terang-an, bayangan akan segera menghilang.
Dengarkanlah dan simaklah kearifanku, suara CAHAYA yang sangat jelas.
Janganlah mencari dalam lembah bayangan, dan hanya begitulah CAHAYA akan muncul.")

(The Emerald Tablet of Thoth, Tablet VIII, The Key of Mystery)




Edisi 1

Dianjurkan untuk membaca Part 5 terlebih dulu.


25 March 2017, Sunrise Over Luxor

Seharusnya saya menulis bagian ini terlebih dahulu sebelum penulisan kunjungan saya ke Kuil Karnak. Tetapi saya ingin mengutamakan terjaganya keterkaitan antara kisah yang saya tuliskan di bagian Dendera dengan Karnak. 

Pada pagi hari sebelum kami check-out dari hotl Jolly Ville, kami dijadwalkan untuk menikmati terbang bersama balon udara (hot air balloon), melihat kota Luxor dari atas saat matahari terbit. Kami berangkat pukul 4 pagi menuju lokasi penerbangan.












25 March 2017, Karnak (2)

Kita kembali ke kompleks kuil Karnak, karena cerita saya belum tuntas untuk Karnak ini.

Setelah selesai di kuil Sekhmet, kami dipandu oleh DR. Carmen Boulter ke lokasi istimewa berikutnya. Kami kembali berjalan di atas padang pasir berbatu dan semak-semak tajam, di luar dinding utama kuil Karnak. Kami melihat bangunan batu yang sudah hampir rusak seluruhnya. Atapnya sudah tidak ada, terbuka terhadap teriknya dan silaunya sinar matahari yang menyengat panas di atas kepala kami.

Luxor adalah kota yang terletak di selatan (Upper Egypt), perbedaan suhu adalah 4-5 derajat Celcius lebih panas dari Cairo. Siang hari cukup menyengat, namun rendahnya humidity membuat kulit mengering terbakar matahari dan bibir pecah-pecah namun jarang berkeringat. Pada malam hari udara masih terbilang sangat dingin untuk ukuran saya yang terbiasa tinggal di Jakarta.

Bangunan yang kami datangi adalah apa yang disebut sebagai "The Temple of Dreams" atau Kuil Mimpi. Lagi-lagi, tidak ada seorang pun pengunjung selain kami yang berada di sini. Di kuil ini terdapat satu dinding yang memuat ukiran berbentuk pintu berlapis. Yaitu pintu di dalam pintu bertumpuk hingga 7 lapis. Ini adalah simbol dari 7 tingkat mimpi atau 7 tingkat realita yang ada di alam. 

Di sini saya mulai memahami fungsi dari keseluruhan kuil Karnak ini. Tubuh saya bergidik saat memahami makna sesungguhnya. Kuil Karnak bukan kuil biasa. Dan usia kuil ini pastinya jauh lebih tua dari catatan mainstream. Seluruh kompleks merupakan gabungan kuil dan sekolah tinggi atau boleh dikatakan semacam sekolah tinggi (Per Wer) yang diperuntukkan bagi High Level Initiates menjalankan ritual dan ujian terakhir mereka sebelum dinobatkan resmi menjadi Pendeta Mesir (Priest)

Perlu anda ketahui bahwa di zaman Mesir Kuno, hanya ada satu jenis sekolah (Per Wer = Mystery School / Sekolah Misteri). Tidak ada penjurusan apa pun. Semua jenis pengetahuan diajarkan di sini, khususnya mengenai penciptaan alam, kelahiran, kematian, dan setelah kematian, seperti yang kita dapati di kuil Dendera. Bagi mereka, pengetahuan dunawi / science dan spiritual adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan, sehingga kesatuan ilmu itu diajarkan secara bersamaan. Apa yang ada di langit, ada pula di bumi, Apa yang ada di dalam diri, ada pula di seluruh alam (As above so below, as within, so without) - inilah Maat. Sekolah ini kemudian diadopsi oleh bangsa Yunani - oleh Plato yang mendirikan sekolah serupa di Yunani yang dinamakan Mystery School (Sekolah Misteri).

Para pelajar yang belajar di sekolah ini disebut The Initiates. Mereka diajarkan kepahaman illahi (Maat) dan menjalani ritual-ritual khusus selama bertahun-tahun, hingga mencapai tingkat yang dinamakan High Level Initiates (Pelajar Tinggi). Para Pelajar tinggi ini kemudian mengakhiri pembelajaran mereka di kuil Karnak. Bila lulus, mereka akan dinobatkan sebagai Pendeta (Priest).

Temple of Dreams (Kuil Mimpi) adalah salah satu pelajaran sekaligus ujian terakhir yang sangat berat. Para Pelajar Tinggi diharuskan melakukan meditasi di hadapan dinding pintu-berlapis. Jiwa mereka harus mampu masuk ke kesadaran terdalam, kemudian melakukan perjalanan menembus satu lapis realita ke lapisan realita selanjutnya hingga lapisan terakhir - yaitu realita terdalam / terjauh - Lapisan ke-7.

Apakah lapisan realita ini sama dengan nama kuil tersebut, yaitu mimpi?
Tidak. Realita ini memang sesungguhnya secara harfiah adalah 7 lapis alam. Jiwa para calon pendeta harus mampu menembus 7 alam belapis untuk dapat dinyatakan layak dinobatkan sebagai Pendeta Mesir.

Mendengarkan penjelasan ini, tubuh saya tambah merinding. Di dalam kepala saya berkecamuk oleh ingatan-ingatan masa lalu, bagai disambar halilintar, kembali terbayang tulisan pertama saya yang berjudul Braneworlds.

"Ya Tuhan!", Teriak saya dalam hati. 
20 tahun yang lalu, saya memulai perjalan pemahaman saya. Lalu 10 tahun yang lalu sejak saya mengawali tulisan saya di blog ini, saya menuliskan pengetahuan mengenai alam yang berlapis 7. Dan sekarang saya jauh-jauh datang ke negeri keramat ini, ribuan kilometer jauhnya dari rumah hanya untuk mendapatkan sebentuk validasi akan adanya tujuh lapis alam! - Ini adalah sebuah pengetahuan dari masa yang sangat lampau! Bukan hanya sekedar pengetahuan (Know) melainkan juga Kepahaman! (Knowing).

Saya bertanya kepada diri sendiri; "Untuk apa seseorang diharuskan mengalami / memahami alam yang berlapis sebagai syarat untuk menjadi pendeta?"

Bukan hanya cukup mengetahui, tetapi juga diharuskan mengalaminya (knowing).
Bila di dalam agama Islam Nabi Muhammad SAW diberangkatkan ke langit/realita ke-7 oleh Allah, maka para calon pendeta agung di zaman Mesir Kuno juga sudah melakukan hal serupa sebagai ujian terakhir mereka!  (?)

Apakah yang mereka dapatkan dari alam terjauh itu?
Adalah sebentuk pencerahan tertinggi. Jiwa yang berkelana menembus semua (7) batasan realita/alam adalah jiwa yang memiliki kesadaran tertinggi. Mereka hidup di atas segala pemahaman. Mereka hidup di atas dualitas kutub; baik-buruk, salah-benar, bahagia-sedih, feminine-masculine - keseimbangan sempurna.

Chakra-chakra mereka terbuka sempurna. Tidak hanya 7 chakra utama saja, melainkan banyak lagi di sekujur tubuh - terbuka menerima pesan-pesan alam semesta dari berbagai penjuru. Mereka selalu awas (aware) dan sadar (conscious), mereka secara alamiah senantiasa, setiap saat channeling dengan energi pola dasar (Archetype) illahi.

Anda dapat membayangkan betapa agungnya pendeta / priest bagi rakyat Mesir Kuno. Mereka adalah manusia-manusia dengan kepahaman tinggi. Mereka adalah yang berilmu dunia dan ilmu spiritual tinggi. Mereka yang tercerahkan, mereka adalah Para Guru, Para Penyembuh, Penasihat, Sang Kearifan Tinggi, Para Penyampai Pesan Tuhan.

Temple of Dreams

Kami melakukan meditasi dan perenungan di hadapan dinding pintu-berlapis ini.
DR. Carmen mengatakan sesuatu secara halus agar kita dapat saling membantu yang lainnya untuk memasuki lapisan alam. 

Sekali lagi kepala saya bagai disambar petir. Ini adalah informasi yang sangat penting! Entah mengapa DR Carmen mengucapkan kalimat itu, tetapi ini sangat berarti bagi saya! 


Inilah ilham yang saya dapatkan dan saya tuliskan di sini:

Bahwa tidak akan ada manusia yang dapat memulainya sendirian. Mereka harus dibantu oleh yang lainnya untuk dapat membuka lapisan realita pertama. Entah apa yang terjadi setelah lapisan pertama, saya tidak tahu. Para Pelajar Tinggi harus mendapatkan semacam 'dorongan' untuk dapat keluar dari kulit realita dasar ini untuk masuk ke dalam realita selanjutnya. Dorongan ini berwujud niat dan pemusatan energi kepadanya. Kemudian seharusnya sang pelajar melakukan channeling terhadap satu energi pola dasar (Archetype) khusus yang dapat menghantar-kannya / melanjutkannya ke lapisan realita selanjutnya. 
Archetype yang mana?

Saya merasa hal ini sangatlah penting. Saya yakin inilah yang akan menjadi tujuan saya untuk datang kembali ke sini suatu hari nanti - khusus mempelajari kepahaman ini.

---------------

Setelah memperoleh sedikit pengetahuan mengenai Temple of Dreams ini, DR Carmen membawa kami ke lokasi terakhir sebelum para High Level Initiates dilantik sebagai pendeta, yaitu Kolam Suci (Sacred Pool). 

Para pelajar tinggi yang sudah lulus di Temple of Dreams menuju ke Kolam Suci dimana mereka secara bergiliran dimandikan, disucikan, dipersiapkan untuk prosesi pelantikan mereka yang dilaksanakan di gedung utama di kuil Karnak ini.



Sacred Pool (panoramic view)




25 March 2017, Luxor Temple

Kami kembali ke kapal untuk beristirahat dan makan malam, dilanjutkan dengan mengunjungi Luxor Temple (Kuil Luxor). Kuil Luxor terletak di jantung kota Luxor, di tepi sungai Nil. Kuil ini tepat berada di bawah kami saat kami melintasinya menggunakan balon udara.

Jika kita melihat denah atau plan dari Kuil Luxor, kita akan melihat jalan (avenue) yang  dipagari oleh patung-patung Sphinx kecil di sisi kanan dan kiri bagaikan barisan prajurit tengah bersiaga. Jalan ini dulunya sempat tertimbun tanah dan perumahan penduduk, sebelum kemudian para Archeologists menemukannya. Berkat dukungan pemerintah Mesir, penduduk di atas situs bersejarah itu direlokasi dan lahan perumahan digali sehingga terbukalah jalan kuno yang panjang dan dipagari oleh patung Sphinx kecil tersebut. Jalan ini dinamakan The Avenue of Sphinxes.

Sewaktu penggalian dilakukan, para ahli  tersebut melaporkan bahwa jalan kuno tersebut ternyata jauh lebih panjang dari yang telah terungkap, yaitu mencapai 3 km yang menghubungkan Kuil Luxor dengan Kuil Karnak dalam garis lurus, dengan 2000 buah patung Sphinx kecil yang berbaris sepanjang kedua sisi jalan tersebut. Tetapi kita tidak tahu apakah akan dilakukan penggalian lanjutannya karena jalur sepanjang 3 km itu berada di bawah jalan raya utama kota Luxor, perumahan, dan gedung-gedung.

Luxor Temple adalah kuil penting bagi para raja-raja Mesir Kuno, karena di sinilah upacara pelantikan raja digelar, tepatnya di dalam sebuah ruangan paling sakral di kuil ini yang dinamakan Holy of Holies.

Kuil ini menjadi sangat menarik perhatian setelah seorang EgyptologistR. A. Schwaller de Lubicz asal Perancis menerbitkan bukunya yang terkenal, The Temple In Man. Buku ini memaparkan 12 tahun hasil penelitiannya mengenai kuil-kuil kuno di Luxor. Ia mengajukan argumen yang kuat bahwa bangsa Mesir Kuno sangat memahami astronomi dan siklus presessi (Precession), pengetahuan tersebut mempengaruhi bagaimana mereka merancang  dan membangun kuil-kuil mereka dengan mengakomodir keseimbangan komposisi science, spiritual, dan seni. Kuil bukan hanya tempat ibadah melainkan tempat inisiasi mistis - kegiatan ritual mistik para High Level Initiates.

Dalam kaitannya dengan kuil Luxor, Schwaller mengemukakan bahwa kuil tersebut dibangun dengan perencanaan bentuk bangunan menyerupai kerangka manusia. Dan kelenjar Pineal di bagian kepala manusia berkorelasi dengan ruang paling sakral di dalam Kuil Luxor ini. Ruangan itu dinamakan The Holy of Holies. Anda bisa melihat gambar di bawah ini.

Agar dapat melihatnya dengan jelas, anda bisa click pada gambar, lalu click kanan pada gambar dan save image pada komputer anda. Kemudian bukalah file gambar tersebut dengan aplikasi/program apa saja. Anda dapat melihat gambar peta ini dalam ukuran aslinya yang cukup besar, ataupun melakukan zoom-in.


Menurut keterangan DR. Carmen, dahulu, para High Level Initiates atau pelajar tinggi, melakukan ritual khusus di kuil Luxor ini, kemudian berjalan sejauh 3 km menuju kuil Karnak untuk melanjutkan ritual mereka di sana. Malam itu, kami melakukan meditasi berjalan dari ujung Avenue of Sphinxes secara perlahan masuk ke dalam kuil terus ke dalam menuju ruang Holy of Holies, dimana kami melanjutkan meditasi di ruang paling keramat itu.

Setelah 20 menit, kami meninggalkan Holy of Holies ke luar kuil. Karena saya asyik menikmati ukiran di dinding, saya pun agak tertinggal dari rombongan. Seorang penduduk lokal mendekati saya dan menawarkan saya untuk melihat-lihat. 

Ada tips untuk anda bila mengunjungi Mesir. Di setiap situs yang diminati banyak turis, akan selalu ada saja orang-orang penduduk lokal yang mengambil kesempatan untuk menawarkan jasa mereka sebagai pemandu singkat dan meminta bayaran dari kita. Jika anda keberatan langsunglah tolak di awal, jika tidak keberatan, anda sebaiknya sudah menyiapkan uang pecahan kecil (EGP 5, 10, atau 20) untuk membayar orang itu.

Di antara mereka ada yang memang dibekali pengetahuan cukup ditambah pula bahasa Inggris yang lumayan dan sopan, seperti yang kami temui di Masjid Sultan Muhammad Ali, sehingga anda merasa nyaman, bisa bertanya dan mendapatkan penjelasan yang baik dari mereka. Sebagian lain hanya oportunis, kurang pengetahuan, dan asal bicara, tetapi tetap minta dibayar.

Sementara, saya merasa yang saya hadapi di depan saya ini kurang lebih berada di antara kedua kelompok itu. Saya hanya bisa tersenyum pasrah padanya. Hari ini saya sudah bangun sangat pagi (pukul 3 pagi) untuk naik balon udara, berjalan kaki di kuil Karnak yang sangat luas dan panas menyengat, kulit dan bibir saya pecah-pecah mirip tampang dinding kuil, kaki berdarah terkena duri semak, pinggang pun terasa sakit, tidak cukup energi untuk menolak. Saya ikuti saja dia.

Dia menunjukkan ruang di sebelah Holy of Holies, dan memaksa meminta perhatian saya tertuju pada sebidang ukiran di dinding, tampak seperti lilin... atau apa lah.. kurang jelas. Lalu dia berseru menyuruh saya, "This is Christian symbol... You pray!"

Dengan mata yang sayu, saya memandang orang itu dalam-dalam, sambil menggelengkan kepala. Di dalam hati saya berkata, "Kenapa saya disuruh berdoa ya... and I am not a Christian..", tanpa punya tenaga untuk menyuarakannya.

Pikiran saya tidak berhenti sampai di situ, saya bergumam sendiri dengan senyum tertahan, "Dan mengapa sejak menginjakkan kaki di negara ini kalian menyapa saya dengan 'ni hau'? I am not Chinese... Can't you people see that?" 

Tangan saya merogoh kantong mencari uang, untuk segera membayar orang itu dan ingin segera menyudahi keruwetan ini. "Ah! saya tidak punya uang pecahan kecil!" teriak saya dalam hati.

Dia memandang balik ke saya, mungkin dia merasa saya merasa sedikit kecewa, lalu meraih lengan saya dan meminta saya segera mengikutinya, "Come.. come.. follow me!"

Dia membawa saya keluar melalui pintu di sayap kiri kuil, menuju halaman samping. Lokasi ini sepi, tak ada satu pun pengunjung di sini. Tampak sepanjang dinding sisi luar kuil berukiran besar tinggi menjulang. Saya hampir tak percaya dengan apa yang saya lihat. Thoth!

Pemandu dadakan itu berteriak memanggil saya untuk bergegas mengikutinya. Tapi saya sibuk mengambil foto-foto seraya menggerutu dalam hati, "Tunggu dong... Kalau kamu ingin dibayar, kamu yang harus tunggu saya!" 

Tapi saya mengalah. "Baiklah, saya ikuti kamu... lebih cepat terlepas dari kamu, lebih baik."
Dia mengarahkan jari telunjuknya ke sebuah sudut kuil yang gelap. 


"Look! That is for you!", serunya.
"Now you pay me.", lanjutnya lagi.

Saya hanya terdiam. Saya memberi kode kedapa Hilmy untuk membayar orang itu karena saya tidak punya uang pecahan kecil. Hilmy pun tidak punya, sehingga kami memberikan pecahan besar kepadanya. Tadinya saya merasa tidak rela, tapi sekarang pasrah saja. Setelah dibayar - tanpa tawar menawar - dia pun pergi entah kemana.

Dia menunjukkan Altar Dewa Thoth! 

Ingin sekali rasanya saya bisa mendapatkan penjelasan dari seseorang mengenai makna seluruh ukiran di dinding sampai ke keberadaan altar ini. 
Mungkin di lain waktu.
Saya mencoba memahami peristiwa yang baru saja terjadi ini. Kebetulan? Tentu tidak.



Kiri: The Avenue of Sphinxes. Tengah: Pintu gerbang Kuil Luxor. Kanan: Courtyard
  



Thoth's Altar.
Thoth dalam wujud Baboon







26 March 2017, Queen Hatshepsut Temple

Kami bermalam di atas kapal Sonesta Moon Goddess. Keesokan paginya kami berangkat menuju sebuah kuil yang dibangun untuk Ratu Hatshepsut dari dinasti ke-18. Sepeti yang pernah says ceritakan sebelumnya, Ratu Hatsheput berjasa dalam menjadikan Mesir negara makmur yang disegani. Kuilnya dibangun sangat besar dan megah pada dinding gunung batu di sebelah barat sungi Nil kota Luxor. Kuil ini tampak dari udara saat kami menaiki balon udara sehari sebelumnya. 

Dari depan dapat terlihat temple dibagi ke dalam 3 bagian. Bagian tengah memiliki 2 lantai. Bagian tengah bawah dihiasi ukiran bagaimana bangsa Mesir melakukan hubungan perdagangan dengan negara-negara tetangga. Dimulai dari memanen hasil bumi, menimbun hasil panen sampai kepada mengangkutnya dengan kapal layar.

Mesir, di bawah kepemimpinan sang Firaun perempuan ini, melakukan hubungan dagang internasional, sejauh-jauhnya - dengan sebuah negeri yang disebut The Land of Punt (Negeri Punt). Tidak ada yang mengetahui negeri manakah yang disebut Punt itu. Hal ini adalah sebuah misteri tersendiri yang mengundang banyak kontroversi.

Di bagian kiri didedikasikan untuk Dewi Hathor. Di sana tampak jelas ukiran kepala Hathor menghiasi pilar-pilar, serta lukisan kemakmuran rakyat Mesir. Oleh karena Hathor adalah termasuk dewa purba / primeval, yaitu ada sejak penciptaan, maka kuil ini juga didapati ukiran mengenai prokreasi dan kelahiran. Di bagian kanan didedikasikan untuk dewa Anubis, dewa dengan kepala annjing liar. Anubis adalah dewa kematian. Sehingga bila diurutkan; bangungan sebelah kiri adalah kelahiran. tengah adalah kemakmuran, kanan adalah kematian.

Tampak pula seklompok orang sedang bekerja merestorasi kuil. Baru kali ini saya melihat bagaimana para Arkeolog bekerja secara langsung di lokasi.




Queen Hatshepsut Temple (panoramic View)











Berlanjut ke Part 7


===============
Erianto Rachman


Sebagian Foto dan Video adalah hasil liputan dari Hilmy Hasanuddin.



Tidak ada komentar: